Bab 20

40.7K 1.7K 13
                                        






Typo bertebaran!!!






       Happy reading ☺️

"Ma,Luna masih sakit ma, jangan di ajak jalan-jalan dulu." Luna cemberut tak diberi izin oleh Alan. Padahal dirinya sudah tak apa.

"Ya udah deh,kalo gitu biar mama sama Irene aja yang pergi."

"Tapi ma,Luna mau ikut?" Cicitnya pelan yang mendapat tatapan tajam Alan.

"Luna dirumah aja dulu sama Alan ya,mama gak lama kok." Ariana memberi pengertian pada Luna.

"Atau kamu mau nitip sesuatu Lun?" Tanya Irene yang sudah bersiap pergi dengan mertuanya.

"Emang boleh?" Tanya Luna menatap Alan. Dan mendapat anggukan Alan.

"Tapi aku gak ada uang cash. Belum narik ATM." Ujarnya dengan cengiran tak enak dan malu.

"Gak papa,nanti biar mbak minta sama Alan." Ucap Irene sambil menggoda Alan.

"Aku mau pesan pizza medium,trus cheese burger. Minumnya aku mau Thai tea Boba ukuran medium juga." Luna mengucapkan pesanan makanan nya pada mbak Irene tanpa melihat ke arah Alan yang menatapnya horor.

Makanan pesanan Luna semuanya fast food. Alan tak percaya,Luna sedang sakit tapi bisa-bisanya dia memesan pizza dan burger.

"Mbak jangan lupa belikan baju ganti buat Luna,sekalian dalamannya, ukurannya tanya sendiri tuh sama dia." Alan berkata dengan suara datar, membuat wajah luna bersemu.

Luna pun membisikkan ukuran dalamannya, Irene takjub mendengar bisikan Luna,dia mengerlingkan matanya sambil menatap dada Luna menggoda.

"Nanti kalo Alan gak mau bayar bilang ya mbak. Biar aku ganti uangnya. Tapi ngutang dulu tunggu aku ambil ke ATM." Ujar Luna kelewat polos. Tak perduli dengan tatapan menggoda yang dilayangkan Irene.

"Okay,kita pergi dulu ya!"  Pamit Irene menyusul Ariana yang sudah duluan keluar rumah.

"Tadi bisik apa?" Tanya Alan penasaran. Tadi dia memang sempat memperhatikan tingkah keduanya. Apalagi Irene sampai melihat ke arah dada Luna.

"Kepo!!" Ucap Luna yang mendapat tatapan tajam Alan. Alan pun mengalihkan pertanyaan nya,karena Luna tak mau menjawab.

"Kok gak panggil mas Alan kayak biasanya." Alan masih menatap Luna tajam.

"Malu," ucap Luna nyaris berbisik, wajahnya bersemu merah.

Bibir Alan tertarik ke atas,dia pikir Luna tak lagi malu berinteraksi dengan keluarga nya. Mengingat tadi dia begitu bersemangat melawan keinginan Alan di depan keluarganya.

Ya akhirnya tadi mereka sepakat untuk membicarakan dulu masalah pernikahan dengan kedua keluarga. Dan Alan punya pr yang tak kalah penting,dia harus memikirkan cara apa yang di pakai untuk melamar Luna.

Alan tak habis pikir dengan perempuan, padahal cuma nikah tapi ribetnya minta ampun. Untung sayang.

Dan sekarang tinggalah mereka berdua. Alan yang sibuk dengan bukunya dan Luna sibuk dengan ponselnya.

"Aaaaaakhh!!" Teriakan Luna membuat Alan tersentak kanget.

"Ada apa ?" Tanya Alan khawatir mendengar teriakkan Luna.

"Gabut pak!" Jawab Luna dengan wajah tak berdosa.

Alan menghela nafas lega, padahal Luna berteriak di sampingnya tapi rasa khawatir Alan sangat besar.

"Jangan berteriak seperti itu,kamu buat aku khawatir."

"Aaa.. bapak khawatir?? Ulu-ulu pak Alan ternyata bisa khawatir,aku kira pak Alan cuma bisa hukum aku doang." Goda Luna.

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang