Bab 4

36.8K 2.2K 41
                                    

     

Typo bertebaran!!

            Happy reading ☺️




Luna tersenyum senang,dia berjalan menuju kantin. Banyak mahasiswa yang memuji kecantikan Luna,tak jarang ada yang mengajaknya berpacaran tapi Luna tak pernah menanggapinya.

Luna tak mau hidupnya jadi kacau hanya karena seorang laki-laki yang belum tentu jadi jodoh kita. Lebih baik dia sendiri jadi single happy.

"Loh kok Lo udah disini aja." Rena bingung melihat Luna,cepat sekali keluar dari ruangan pak Alan.

"Doa kita terkabul,pak dospan Baik banget hari ini." Ucap Luna sambil tersenyum senang. Ia juga tak menyangka sang dosen mau berbaik hati melepaskannya.

"Maksud lo apa Maimunah?" Heran Rena melihat sahabatnya baik-baik saja.

"Pak Alan gak ngasih hukuman buat gue. Dia cuma minta laptop gue bentaran doang terus gue disuruh keluar." Ucapnya masih dengan senyum yang tak luntur di wajahnya.

"Lo gak lagi halu kan? Sejak kapan tu dosen jadi baek gitu." Hardik Rena tak percaya.

Luna hanya menggedikkan bahunya pertanda tak tau.

"Gue jadi curiga sama tu dospan,gak mungkin lo gak dihukum secara tadi jelas-jelas dikelas pak Alan bilang kalo lo disuruh ke ruangannya buat dihukum." Jelas Rena penuh tanda tanya.

"Lo ya, bukanya seneng temen lo gak jadi di hukum. Nih malah curiga gak jelas."ujar Luna kesal pada Rena,beneran laknat ni sahabat.

"Ya udah deh,selamat yaa Aluna Safitri hari ini bebas dari hukuman pak dospan."ucap Rena yang akhirnya merasa bodoh amat sama hukuman Luna. Malahan ia senang jadi cepat ada temennya.

"Nah gitu dong, kalau gitu ntar sore pulang dari kampus gue mau traktirin lo. Kita nongkrong di cafe, gimana Lo mau gak?" Tanya Luna memainkan alis beserta matanya.

"Mau dong,masak ditaktirin nolak." Jawab Rena cepat,takut Aluna berubah pikiran.

"Tuh kan di traktirin langsung deh cepat." Luna menoyor kepala Rena pelan yang dibalas senyum cengengesan Rena.

***

Alan sedang memeriksa laporan keuangan cafenya. Setelah tadi dari kampus,Alan langsung tancap gas menuju restoran nya setelah dari sana Alan berangkat lagi menuju cafenya.

"Bulan ini cafe mengalami peningkatan pak,mejanya hampir tak pernah kosong,dan pesanan makanannya pun meningkat." Lapor salah satu karyawan staf bagian keuangan.

"Kalau begitu pasokan bahan makanan terus di kontrol jangan sampai pelanggan kecewa kalau menu tak ada. Usahakan pelayanan kita harus memuaskan." Ucap Alan sambil memeriksa laporan keuangan.

"Baik pak." Jawab Reno selaku penanggung jawab cafe.

"Ren,tolong kamu buatkan saya nasi goreng seafood sama minumnya ekspreso dingin ya." Titah Alan selaku atasan mereka.

"Baik pak,mau makan disini atau di meja luar pak?" Tanya Reno.

"Di luar saja." Jawab Alan sambil membereskan berkas laporan.

Alan pun duduk di meja pojok sendiri,dia memperhatikan sekelilingnya dan terhenti pada dua orang gadis yang dikenalnya.

"Kita duduk dimana nih lun,disini mejanya penuh semua." Ucap Rena sambil mencari meja kosong tapi yang di cari tak jua di temukan.

Mata Luna juga tak luput dari pencarian,sejak tadi dia sibuk menelusuri setiap meja cafe dan matanya tak sengaja menangkap sosok yang dikenalinya.

Sebuah senyuman terbit dari bibir mungil gadis 22 tahun itu. Luna menarik tangan Rena membawanya menuju meja yang sedang diduduki oleh dosennya.

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang