Bab 8

43.3K 2.3K 43
                                        

Typo bertebaran!!



Happy reading ☺️





"Beneran pak Alan mau datang?" Luna sudah lelah menunggu tapi yang di tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Iya lun, kalau gak percaya baca lagi deh wa nya semalam." Ketus Rena memberikan ponselnya tapi tak di terima Luna.

"Ini tu hampir satu jam re kita tungguin. Apa kita dikerjain lagi sama si dospan?" Luna sampe curiga mengingat pak Alan yang belum tampak batang hidungnya.

"Waah!! Ndak tau saya jeng, pusing saya." Ujar Rena mendramatisir keadaan.

"Maaf saya telat!!" Alan tiba-tiba datang menghampiri meja mereka.

Kedua gadis itupun menoleh kesamping. Mulut mereka terbuka melihat penampilan pak Alan.

Dengan baju kasual nya dan rambut yang agak berantakan tak serapi biasanya membuat pak Alan terlihat sangat tampan. Tak salah memang julukan yang mahasiswi sematkan padanya, dospan alias dosen tampan.

"Ekhmm!! Boleh saya duduk?" Alan berdeham melihat kedua gadis itu terpana menatapnya.

"Ah iya pak,boleh. Silahkan pak mau duduk di depan saya boleh, didepan Luna juga boleh." Tawar Rena mempersilahkan Alan duduk.

Alan pun duduk di depan Luna,karena dia ingin memperhatikan wajah Luna.

"Sudah pesan?" Tanya Alan pada Luna yang di depannya tak terlihat ada makanan apapun,beda dengan Rena yang sudah menghabiskan sepiring spaghetti.

"Saya bukan mau makan,tapi mau bicara penting." Ucap Luna sedikit ketus.

Rena berbisik pelan." Lun yang sopan dong, bahaya ni dosen."

"Udaah lo tenang aja." Balas Luna tak kalah pelan.

Tak lama datanglah seorang pelayan menanyakan pesanan pada Alan.

"Pesan apa pak?"

Alan melihat buku menu," saya pesan mie daging saos tomat sama lemontea dingin. Beneran kamu gak pesan?" Tanya Alan sekali lagi.

Luna menganggukkan kepalanya yakin,enak aja mau pesan makanan orang mau ngomong penting juga.

"Oke,nanti jangan ngiler liat makanan saya." Sindir Alan lagi tapi Luna tetap pada pendiriannya.

"Oke ditunggu pesanannya ya." Ucap pelayan itu dan berlalu pergi.

"Saya udah nyuruh pesan dari tadi,tapi lunanya emang gak mau pak." Bela Rena pada Luna yang memasang wajah acuh tak acuh.

"Oke!! Jadi ada keperluan apa nih ngajak saya ketemuan diluar, urusan pribadi kah?" Tanya Alan dengan wajah yang mulai serius.

"Begini pak,saya mau minta maaf. Kalau sekiranya bapak kemarin tersinggung dengan ucapan saya dan Luna." Rena membuka pembicaraan.

"Luna?" Tanya Alan.

Tapi tak ada jawaban dari Luna,dia hanya terdiam malas untuk membuka suaranya.

"Lun!" Tegur Rena pelan,tapi masih juga tak ada respon.

Alan tersenyum melihat Luna yang hanya diam tak mau membuka suaranya. Tangannya sibuk memilin ujung kemejanya pertanda menahan kekesalan.

"Maafin Luna ya pak,dia memang kek gitu kalo lagi kesal." Jelas Rena.

"Kesal? Kesal sama siapa?" Tanya Alan dengan wajah tak berdosa.

"Ya sama bapak lah,gak mungkin kan sama mang Ujang." Itu suara Luna yang menjawab bukan Rena.

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang