Saat aku menjadikan kamu pusat duniaku, aku mengerti bahwa sebuah kemungkinan, tak mungkin tidak akan terjadi.
***
Laily dan Ellin sudah sampai di mal. Meski Ellin tahu suasana hati Laily, tapi gadis itu masih memaksa Laily untuk berjalan-jalan. Laily melangkah dengan malas, tangannya terus ditarik oleh Ellin.
Laily sedikit termenung saat melihat pemandangan yang ada di mal yang hampir semua pengunjung adalah pasangan. Iri? Tentu saja. Ia jadi mengingat di mana Aldy menggenggam tangannya waktu itu.
Diingat lagi soal genggaman yang begitu hangat dan besarnya telapak tangan Aldy mampu menangkup semua jari-jarinya. Tanpa sadar Laily jadi sedikit melow.
"Hellow?" Ellin menjetikkan jarinya di depan Laily. Sekali-kali Ellin ingin menjitak kepala gadis itu agar sadar. Toh, ini cuma masalah cinta-cintaan doang. Bukan masalah besar, Laily tak seharusnya sampai memimirkan itu sampai berlebihan, pikir Ellin kelewat simple. Ia bahkan lupa memikirkan hati Laily yang disakiti.
"Udah ya, Ly, kita ke sini buat seneng-seneng. Gausah galau deh, please," ujar Ellin menghadap ke belakang dan masih menarik tangan Laily.
Bruk. Tubuh Ellin menabrak dada bidang seseorang dan membuat Laily juga berhenti mendadak.
"LO JALAN LIAT-LIAT BISA GA SIH?!" pekik Ellin nyolot. Padahal di sini dia yang salah karena tak melihat depan.
"Lo yang gak lihat jalan ogeb!" Aris tak mau kalah. Jelas, bukan dirinya yang salah. "Eh, Laily," sapa Aris kemudian melihat Laily di belakang Ellin.
"Gausah nyapa-nyapa! Sokap amat." Ellin memutar bola matanya sambil melihat sekitar.
"Kok lo yang sensi? Suka-suka gue lah," coloteh Aris lagi. Ia masih penasaran dengan Laily yang diam saja.
"Kenapa lo, Ly?" selidik Aris penasaran.
"Gara-gara temen lo tuh, ketahuan selingkuh! Cihh, cowok-cowok di mana-mana sama aja ...," ujar Ellin melirik Aris malas. "buaya."
Aris sedikit terkejut dengan fakta itu. Tidak mungkin teman dekatnya selingkuh, mengingat Aldy begitu menyukai Laily. Pasti ini salah paham.
"Aldy gak mungkin selingkuh deh, Ly. Lo percaya itu, kan?"
Laily tak menggubris. Semakin ia menaruh percaya kepada orang, hatinya kembali sakit. Bukan maksudnya untuk melupakan bagaimana baiknya Aldy memperlakukannya, hanya saja hatinya telah dipenuhi rasa kecewa yang berlebih.
Ellin mendorong bahu Aris. "Udah, gausah ngebela Aldy, cowok kayak Aldy pantes mati," ucap Ellin yang langsung mengajak Laily melenggang pergi dari sana.
Aris berdiri di tempat menyaksikan kedua perempuan itu pergi.
Lo gak tau yang sebenernya, Ly. Gue harap lo nggak nyesel, batin Aris lalu menelepon seseorang.
***
"Lo mau pesen apa, Ly?" tanya Ellin sambil melihat-lihat buku menu. Hari ini gadis itu ingin memakan kebab, maka dari itu Ellin mengajak Laily ke sini.
"Gue gak laper."
"Sok jual mahal! Di sini kebabnya enak loh."
"Pesenin terserah."
Ellin memicingkan matanya kesal. Efek patah hati seburuk ini. "Mbak, kebab beef ekstra mayo cheese dua ya."
"Baik." Waitress itu pergi setelah mencatat pesanan.
Suara decitan kursi yang ditarik membuat Ellin dan Laily menoleh.
"LO NGAPAIN SIH NGIKUTIN KITA?! DASAR PENGUN—" Aris langsung membekap mulut Ellin. Gadi ini benar-benar toak. Dengan teriakan Ellin tadi, Aris bisa dituduh yang tidak-tidak.
"Lo ngomong biasa aja, bisa?" Aris sudah melepas bekapan itu.
"LO KOK—" Lagi, mulut Ellin dibekap Aris lagi.
"Mmmphh."
"Ly, suruh temen lo ini tenang gak bisa? Dia udah kayak orang kesurupan gak jelas. Gue jadi pengen manggil ustad."
Senyum Laily terbit walau sekilas. Ulah Aris dan Ellin mampu mengembalikan mood-nya meski sedikit.
"Lepasin!"
Aris menarik tangannya kembali. "Gak usah teriak-teriak. Lo cewek, kalem dikit, bisa?" Aris kembali duduk di tempatnya.
"Suka-suka gue lah," ujar Ellin mengikuti nada bicara Aris tadi. "Ini mulut-mulut siapa? Kok lo jadi sok ngatur, hah?!" Ellin berdiri dan berkacak pinggang.
"Udah duduk, gak usah bikin ribut," pungkas Laily memegang pundak Ellin agar gadis itu duduk.
"Lagian lo ngapain ngikutin kita sih, Ris?"
Aris menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Emm ...."
"Amm emm amm emm, apa sih gak jelas! Cowok, bukan? Ngomong ya ngomong aja kali," sewot Ellin.
"Jadi gini Ly ...."
"Yesss makan!" Mata Ellin berbinar setelah melihat pesanan kebabnya datang. "Makan, Ly! Enak loh ini."
Ellin menyambar kebab miliknya cepat dan melirik Aris. "Dan lo Ris, kalo nggak penting mending gak usah ngomong, buang-buang waktu aja!"
Ellin memulai suapan pertama kebab yang ia pesan. Kombinasi antara rasa saus, mayo, dan keju begitu pecah di lidahnya. Ditambah daging yang begitu kaya rasa menambah ia ingin menggigitnya lago dan lagi.
Aris diam dan tampak enggan berbicara. Laily masa bodoh, menunggu Aris mengeluarkan suara sangat lama. Ia mulai menyantap makanannya.
Satu suap.
Dua suap.
Tiga suap.
Laily belum merasa aneh dengan rasanya. Sampai suapan yang kelima. Ia mulai merasa mual dan tak berselera lagi.
"Lo kenapa Ly? Minum dulu nih minum." Ellin menyodorkan minumnya, namun Laily menggeleng pelan sambil menutup mulutnya.
Laily tak tahan, rasa mualnya semakin besar. "Gue ke toilet dulu," pamitnya kemudian.
Setelah sampai di toilet, Laily mengeluarkan semua isi perutnya.
"Huekk." Rasa mualnya tak berkurang meski ia sudah memuntahkan apa yang dimakannya.
Laily menyeka sudut-sudut bibirnya. Badannya merasa lemas dan bibirnya pucat pasi. Ia merasa kehilangan seluruh tenaganya. Keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya ia mulai tak berdaya. Belum lagi perutnya yang seperti tertusuk-tusuk, begitu sakit sampai dia mencengkram erat perutnya.
Laily kehilangan keseimbangan, untuk berdiri saja ia tidak mampu. Gadis itu meringkuk di bawah dan tangan kirinya berpangku pada kloset duduk menahan tubuhnya.
"To-tolong," lirihnya kehabisan tenaga. Seketika pandangannya meremang lalu gelap. Laily kehilangan kesadarannya.
***
"Serius Laily ke toilet lama amat. Dia pup apa gimana?"
Aris yang memainkan ponsel melirik Ellin sekilas. "Telepon aja."
"Ini udah gue telepon ya! Tapi handphone-nya di sini, gak dibawa." Ellin menunjukkan ponsel Laily yang dia ambil dari slingbag gadis itu.
"Samperin aja ke toilet."
"Bener juga lo! Ayo ikut."
"Ma-les."
"Ck! IKUT CEPET!" Ellin menarik tangan Aris untuk ikut bersamanya, entah kenapa perasaannya tidak enak. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan temannya itu.
***
🙂🙂🙂
NEXT, KAN?
YA, KAN??
KAN???
BigLuv,
ALnDMy04
KAMU SEDANG MEMBACA
AlLy [COMPLETE]
Teen Fiction-Sequel 18 Words- ° ° ° ° Entah mengapa takdir mempertemukan kita kembali dan sepertinya semesta ingin melanjutkan kisah kita yang sempat terhenti.