31. Kenapa?

181 23 23
                                    

Apakah menghilang tanpa kabar adalah hobimu? Jika iya, tolong jangan buat aku jatuh terlalu dalam dan berharap terlalu tinggi.

***

Semburat jingga kembali memperlihatkan warnanya yang elok. Laily tengah memainkan sebuah bunga yang ada di tangannya. Memutar-mutar bunga itu dengan kedua telapak tangannya. Netranya terus menelisik ke sana ke mari.

Laily mengecek ponselnya lagi, berharap mendapat kabar atas keterlambatan sosok yang ditunggu. Sudah satu jam yang lalu, namun dia tidak kunjung datang.

Aldy, cowok itu. Sampai sekarang dia belum datang. Dia yang mengajak janjian, dia juga yang kembali ingkar. Untuk kesekian kalinya Laily menelepon nomor Aldy, namun hasilnya tetaplah sama. Tidak aktif. Dan hanya ada suara operator yang menjawab.

Suara guntur memasuki gendang telinga, awan mulai menggelap, dan angin mulai berembus kencang. Laily bangkit, seharusnya ia sadar. Jika Aldy sudah tidak ada tanda-tanda untuk datang, seharusnya ia pulang. Bukan malah menunggu berjam-jam.

"Ck! Kenapa gue masih di sini?!" monolog Laily.

"Aldy Aldy, gue heran sama lo, udah dikasih kepercayaan, masih aja kayak gini."

Rasa kecewa itu kembali hadir. Laily tak bisa menolak jika memang Aldy lah alasan Laily menjadi pribadi yang labil.

Dering ponsel Laily membuat gadis itu terlonjat. Laily mengeceknya. Mengembuskan napas panjang, ternyata bukan nama kontak yang diharapkam yang tertera di sana. Laily mengangkatnya dengan malas.

"Hallo, ngapain lo telepon gue?"

"Lailyyyy urgent!!!!" pekik Ellin membuat Laily reflek menjauhkan benda berpetak itu dari telinganya.

"Bisa nggak sih gak usah teriak-teriak!" Laily tak kalah ngegas. Ia kapok jika bertelepon dengan Ellin. Cukup. Ia tak mau menempelkan ponselnya itu di telinga. Cukup ia lihat saja layar itu, tanpa loudspeaker pun suara Ellin sudah sangat terdengar begitu jelas.

"Urgent Laily urgent!!! Lo cepet ke sini!!!"

Laily memutar bola matanya malas. Kebiasaan Ellin yang selalu heboh dan alay.

"Urgent kenapa sih?!"

"Gue dalam bahaya, lo cepet ke sini!"

"Lo serius, kan, Lin? Lo nggak lagi nge-prank gue, kan?" tanya Laily was-was. Takutnya ini adalah trik Ellin untuk mengerjainya. Sudah sering hal ini terjadi, Ellin suka sekali usil.

"Cepet ke sini atau lo mau nyawa gue ilang."

Tut ... tut ... tut ....

Sambungan terputus.

Sedetik setelah sambungan terputus, Ellin mengirimkan sebuah alamat lengkap pada Laily. Gadis itu segera bergegas tanpa berpikir panjang lagi.

***

Rumah mewah yang menyambut indera penglihatan Laily. Ia melihat lokasi yang beberapa menit lalu Ellin kirimkan, ini benar alamat Ellin. Tapi, apa? Di sini sepi juga tidak ada tanda-tanda bahaya apa pun. Laily menggeram di tempat.

"Ellin ngerjain gue lagi nih, dasar!" gerutu Laily mencoba menelepon Ellin.

"Woy, ngapain lo di situ?" teriak Ellin dari balkon lantai dua rumahnya.

Laily mendongak, Ellin menampakkan wajahnya disertai kekehan.

"Masuk, Lai, biar gak kayak orang susah." Suara Ellin sangatlah lantang dan hanya membuat Laily terus menerus menggerutu dalam hati.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang