50. AlLy

277 13 0
                                    

Semesta merancang kejadian sedemikian rupa agar kita bisa bertemu, dan aku mohon padamu, jangan membuat perpisahan itu ada meski karena waktu.

***

Dari dulu Aldy memang begitu. Itu hobinya, datang sesukanya dan hilang semaunya. Namun, jika Aldy benar-benar pergi kali ini, Laily juga tidak akan siap.

Dunia kadang begitu. Kadang Laily menganggap itu semua tak adil untuknya. Mengapa? Mengapa harus Aldy orangnya?

Laily tak pernah menyesali yang namanya pertemuan, yang ia sesali ada rasa yang muncul menjadi suka lalu cinta. Hingga saat ini pun, meskipun ia berkali-kali mengatakan benci, namun hatinya tidak bisa berbohong. Hatinya masih menaruh harapan pada Aldy. Cinta pertamanya. Air matanya kembali turun. Ia tak memikirkan apa pun kecuali Aldy.

"Ck, sial!" Laily kesal karena penerbangannya harus ditunda beberapa menit.

Notifikasi masuk dari ponselnya, membuat Laily mengalihkan perhatiannya sejenak.

Aish
Sorry, gue tarik pesan waktu itu, gue takut lo marah sama gue karena ini suara Aldy.
Percakapan ini gue rekam beberapa hari yang lalu.
Voice message

Laily mendengarkan pesan suara yang baru dikirim oleh Aish. Suara Aldy dan Azmy menyambut indera pendengarannya.

"Mau sampai sejauh mana? Gue nggak jamin 100%."

"Kasih tau, sebelum lo nyesel."
"Gue nggak bisa."

"Lo pikir, dengan sikap lo kayak gini lo nggak nyakitin dia?"

"Waktu gue nggak banyak. Gue gak bisa memprediksi waktu."

"Kalau lo emang gak bisa bahagiain, seenggaknya gak usah nyakitin. Pada akhirnya bukan cuma lo yang terluka, tapi juga dia."

"Gue tau itu. Tapi, gue lebih gak bisa lihat dia sedih. Gue lakuin ini supaya dia lebih cepet ngelupain gue."

"Lo salah," jawab pria itu cepat. "Justru sikap lo yang kayak gini malah ngebuat dia terluka dan selalu inget sama lo. Inget, sesuatu yang menyakitkan lebih lama tersimpan di memori dari pada hal yang menyenangkan. Kesannya, lo kayak ninggalin sisi negatif kalo kayak gini."

"Terus, gue harus apa?"

"Cari dia, minta maaf, bilang yang sebenernya."

"Gue gak janji."

"It's okay, the decision is still in your hands."

Ting!

Aish
Kayaknya Aldy nyembunyiin sesuatu dari lo.
Gue ngomong kayak gini bukan karena di pihak Aldy, tapi dari arah percakapan mereka ada sesuatu yang aneh.

"Aldy ...." lirih Laily kemudian mengelap sudut matanya yang basah. Air matanya malah turun tak terkontrol. Ya, Aldy menyembunyikan faktanya bahwa cowok itu sedang sakit.

Laily jadi teringat kalimat yang dilontarkan Aldy kala itu, saat mereka berbocengan di atas motor.

"Lo satu-satunya," ujar Aldy lagi dari balik helm-nyam

Laily mendesis. "Serius?" tanya Laily. Rasanya cukup omong kosong jika orang yang mengatakan itu adalah Aldy.

Aldy menggaruk tengkuknya dengan tangan kirinya yang bebas. "Ya ... gimana, lo tau sendiri kan konsep semesta kayak gimana?"

"Maksud lo?"

"Gak ada yang abadi di dunia ini lai, lo, gue, maupun semesta yang mempertemukan kita. Ada saatnya kita juga berpisah oleh garis takdir dari Tuhan."

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang