39. Love is Gift

145 15 48
                                    

Aku suka kamu bukan tanpa alasan. Aku suka kamu karena itu memang kamu, iya kamu ... yang membuat detak jantungku abnormal.

***

Perlahan tapi pasti, Laily mulai menetralkan cahaya yang masuk dari jendela kamar. Ia membelalak kaget tubuhnya tertutupi selimut tebal. Laily meneguk ludahnya kasar memikirkan kejadian tadi malam.

Laily terus bertanya-tanya sampai tak sadar seseorang keluar dari bilik kamar mandi miliknya. Azmy, cowok itu berjalan ke depan cermin dan mengancingkan kemejanya satu per satu.

"Udah bangun?" tanya Azmy tanpa berbalik.

Laily menggeram di tempat, dengan tampang datarnya Laily bertanya, "Lo habis ngapain gue kemarin?"

Azmy tak menjawab. Pria itu masih bercermin lalu tersenyum miring memicu tanda tanya besar di kepala Laily.

"AZMY LO KELUAR SEKARANG JUGA DARI APART GUE!!!" teriak Laily lalu melempar buku yang ada di atas meja dekat ranjang.

Azmy bergeming dan malah menaikkan alisnya. Puncak kemarahan Laily sudah sampai di ubun-ubun, ia terus melempari barang apa saja yang ada di dekatnya. Azmy lalu menyeringai, memperlihatkan wajahnya yang tampak seperti orang psycho. Sungguh, ini bukan sosok Azmy yang Laily kenal dulu.

"Azmy gue benci sama lo!"

"Itu terserah lo, tapi lo jangan lupa, Ly," ujar Azmy menggantungkan kalimatnya dan berjalan mendekat ke arah Laily, "hubungan kita malam ini," bisik Azmy kemudian melenggang pergi dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

***

Laily tak bisa menjernihkan pikirannya saat ini. Ia sama sekali tak mengingat kejadian semalam. Tatapannya kosong, berkali-kali gadis itu menghela napas. Sekarang tujuannya membeli mie instan di minimarket, cukup berjalan kaki karena tempatnya cukup dekat.

Langkahnya terhenti karena sosok paruh baya tiba-tiba muncul di hadapannya. Pria yang berpakaian kemeja rapi juga jas yang melengkapi. Laily mendadak bingung, ia tak mengenal sosok paruh baya ini.

Hendrick menyunggingkan senyum. Tak sulit baginya mencari info tentang Laily, mengingat anak buahnya yang sangat banyak.

Tatapan mata sosok pria itu penuh arti sehingga Laily sulit mengerti. Kenapa ia tiba-tiba menjadi gugup?

"Jauhi anak saya." Tiga kata lugas itu cukup menyentak Laily, yang tadinya ia hanya menunduk langsung mendongak saking terkejut.

"Kamu Laily, bukan? Tinggalkan Aldy, dia tak butuh gadis seperti kamu. Kamu hanya akan merusak masa depannya."

Jadi, dia Papa Aldy?

Jadi dia sosok yang selama ini terlalu egois pada Aldy, Laily masih ingat dengan jelas. Ya, hari itu. Hari di mana Aldy menceritakan masalah keluarganya, keluh kesahnya, tentang luka yang hanya ia pendam sendiri, dan kemudian memilih untuk berbagi cerita pada Laily. Sosok Papa yang pernah Aldy banggakan sejak kecil menjadi orang yang paling Aldy benci saat ini. Tak menyangka, sosok itu malah berdiri di depannya.

Laily berniat menyalimi Hendrick, tapi beliau malah memundurkan langkahnya membuat hati Laily sedikit teriris.

"Aldy harus fokus sama masa depannya, dan pacaran hanya akan merusak itu semua. Saya harap kamu mengerti. Kamu juga ingin membanggakan orang tua kamu, kan?" sindir Hendrick. Pria itu masih terlihat berkharisma, meski kalimatnya ketus.

"Sebelumnya saya minta maaf, apa Anda tidak pernah memikirkan kebahagiaan anak Anda sendiri?"

"Apa maksud kamu?"

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang