37. Memulai Sebuah Hubungan

167 19 28
                                    

I dont know, what i feel
You make me addict

***

"Lai!"

"LAILY!!"

"Hah?! Apa Dy?" gelagap Laily yang mulai sadar dari lamunannya.

"Dy Dy Aldy? Gue Ellin!" seru Ellin kesal. "Ohh, gue tau, lo mikirin Aldy kan? Makanya keliru nyebut nama gue."

Laily sadar sekarang. Bahkan sangat sadar. Lamunannya tadi hanya halusinasi belaka, yang tak berujung nyata.

"Hemm, ya mungkin."

"Bilang aja iya susah banget."

Mungkin bagi Ellin mudah untuk mengatakan sesuatu hal yang ia rasa pada orang, mengingat mulut Ellin yang suka ceplas-ceplos. Tapi tidak untuk Laily, perasaannya terkadang tertutup dan sulit untuk mengekspresikannya.

Begitu pun perihal hati. Laily tak mau ada yang tahu isi tentang hatinya. Misal, seseorang yang ia suka. Entah mengapa aneh saja dirasa. Laily lebih suka memendam dan menyimpan nama dia baik-baik dalam hatinya.

Tau tidak bagaimana rasanya menyukai orang secara diam-diam?

Pertunjukkan Aldy dan Senja sudah berganti dengan pertunjukan lain, Laily dapat melihat lengkungan di bibir Aldy yang terus mengembang dari awal sampai akhir acara. Sesenang itukah dia? Ya, Berduet dengan Senja.

Haha. Lucu.

"Eh guys, nyokap gue telepon, gue disuruh balik." Aish berbicara sembari menunjukkan layar ponsel yang baru saja menutup panggilannya.

"Lah, Ishzzz, baru jam delapan. Masa udah dicariin aja sih?!"

"Nah, bener Ellin. Lho bukan bocah lagi lho, Ish. Udah dewasa, udah kuliah malah." Laily menyahut.

Aish yang mendapat lontaran-lontaran itu hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Gue gak tau juga."

"Bujuk kek apa kek," kata Ellin.

"Bakalan susah," ujar Aish mendesah pasrah. "Tuh kan telepon lagi."

"Ya udah sana angkat, pulang sana pulang! Gausah balik lagi dan gak usah temenan sama kita lagi!"

"Ishhh, apasih Lin!"

Laily hanya tertawa melihat kedua temannya itu. Kadang terlihat akur dan kadang juga sering terlihat adu cekcok.

"Yaudah Ish, tiati!"

Aish menepuk bahu kedua sahabatnya itu lalu melambaikan tangan dan tersenyum. Sementara Laily dan Ellin akan menikmati perayaan acara akhir semester malam ini.

***

Sepertinya takdir suka begitu. Mempertemukanku dengannya secara tiba-tiba di waktu yang tidak terduga. Pukul sebelas malam, acara baru saja berakhir dan kini sudah lewat tiga menit. Aku berdiri menunggu ojek online yang aku pesan sekitar lima menit yang lalu.

Suasana kampus mulai sepi. Ellin sudah pulang beberapa menit yang lalu dan tersisalah aku. Iya, sendirian. Namun, kata 'sendirian' itu tak lama, ketika aku merasakan tepukan di bahu kiriku. Tentu saja aku terlonjak kaget, bukankah aku sudah pernah bilang? Semakin larut malam, lingkungan kampus semakin seram.

Aku membuang napas kasar, mengetahui orang itu adalah Aldy. Entah kenapa aku tak bisa menahan gejolak dalam dadaku dan nyaris saja senyumku terbit karena melihat parasnya.

"Nunggu apa?" tanyanya yang kujawab dengan dengusan.

"Kok jawabnya gitu?" tanyanya lagi yang sudah memicu detak jantungku berdebar lebih kencang.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang