Kamu mengenalkanku apa itu cinta, lalu kamu mengenalkanku apa itu luka. Seharusnya kamu juga mengerti alasanku sakit hati dan merasa suka, sebelum kamu benar-benar pergi menjauh dariku yang belum benar-benar bisa melupa.—Laily
Aku tak memaksamu untuk mempercayaiku, maka dari itu jangan berharap lebih padaku. Aku juga manusia yang bisa membuat kecewa.—Aldy
***
"KENAPA GAK BILANG KALO LO ALERGI MAYO LAILY?!" teriakan Ellin menggema luar biasa di ruang rawat inap Laily.
"Lo ngomong pelan dikit gak bisa apa?! Apa-apa ngotot!" tegur Aris yang heran denga Ellin. Setidaknya gadis itu berpikir bahwa mereka sedang berada di rumah sakit, bukan di hutan. Berteriak-teriak seperti itu hanya akan membuat kegaduhan dan mengganggu pasien yang lain.
"GUE TANYA SEKALI LAGI, INI MULUT-MULUT SIA—" Aris membekap mulut Ellin lagi.
Ellin marah. Sudah berulang kali gadis itu dibekap Aris. Ia menggigit jari Aris membuat cowok itu menarik tangannya kembali.
"Cewek gesrek."
Laily masih terbaring di atas brankar. Badannya masih lemas, namun lebih baik dari yang tadi. Melihat Ellin dan Aris berdebat seperti mengingatkannya pada kejadian di masa lalu. Rasa benci yang merupakan asal muasal rasa cinta. Tak bisa diduga dan tak dikira.
Ellin berdeham lalu menarik kursi yang ada di sebelahnya. Gadis itu duduk dan melihat Laily dengan dagu yang dipangkukan dengan kedua tangan.
"Jadi, Ly, kenapa lo gak bilang kalo lo alergi mayonaise?" tanya Ellin so cute.
"Ya ... ngapain gue harus bilang."
Ellin berdecak. "Ya, kan gue kelihatan salahnya! Ngapain tadi gue ngajak makan lo kebab yang ada mayonaise-nya." Raut Ellin berubah masam.
"Gue nggak nyalahin lo. Gue tadi yang salah udah jawab terserah. Justru gue berterima kasih sama lo udah bawa gue ke sini, Lin." Laily tersenyum dengan bibirnya yang masih pucat. Ia melirik Aris. "Makasih juga, Ris."
Aris mengangguk.
"Kalo gak ada kalian berdua, gue gak tau nasib gue kayak gimana. Pokoknya makasih banyak."
***
Ellin masih menarik tangan Aris menuju toilet cewek. Entah keberapa kalinya cowok itu menghempaskan tangan Ellin, namun Ellin tetap Ellin, gadis itu selalu bersikukuh dan kemauannya harus dituruti.
Setibanya di sana, Ellin langsung masuk ditemani Aris. Beruntung, saat itu tidak ada seorang pun, jika tidak Aris pasti dikira mesum atau orang cabul.
Ellin mengecek satu per satu kamar mandi yang pintunya ia bisa buka dengan mudah. Tibalah ia di hadapan satu pintu toilet yang susah dibuka.
Ellin mengetuk pintu toilet itu kasar. "Ly, lo di dalem?"
Tak ada sahutan dari dalam membuat Ellin tambah khawatir.
"Ris, dobrak pintunya! Laily mungkin di dalam," ujar Ellin sangat panik. Ia terus menerus menggigiti jarinya.
"Ya kali, kalo itu Laily. Kalo bukan? Gue bisa dihabisin massal."
"CEPETAN BUKAK! FEELING GUE GAK PERNAH SALAH!" Ellin mendorong kasar bahu Aris sampai cowok itu menabrak pintu.
"Dasar cewek kasar!" umpatnya tak sengaja.
Ellin sedikit terhenyak tapi memang dia tabiatnya seperti itu jadi dia terima saja.
Aris terus berusaha mendobrak pintu. Sampai pada dobrakan ketiga, pintu itu terbuka memperlihatkan Laily yang terkapar lemas di lantai.
"LAILY!" pekik Ellin melihat sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlLy [COMPLETE]
Teen Fiction-Sequel 18 Words- ° ° ° ° Entah mengapa takdir mempertemukan kita kembali dan sepertinya semesta ingin melanjutkan kisah kita yang sempat terhenti.