7. Sebuah Pesan

645 99 621
                                    

Ketika rasa tergantikan oleh asa.

***

Hari semakin larut. Jalanan yang tampak sepi serta suara jangkrik yang mendominasi, menjadi saksi dua orang remaja yang saling berseteru. Aldy berjalan dengan santai mengikuti pergerakan gadis di depannya. Sudah berkali-kali ia memanggilnya tapi tidak di gubris oleh sang pemilik nama.

"Laily."

Masih tidak ada jawaban.

"Laily."

Gadis itu malah memperlebar langkahnya mengabaikan suara Aldy yang terus-menerus memanggilnya.

"Laily."

Hening. Belum ada respon sama sekali.

Aldy kemudian mempercepat pergerakannya. Alhasil ia tengah menghadang Laily dengan kedua tangan yang direntangkan. Mencegah gadis itu agar diam di tempatnya dan tidak menghindar lagi.

"Lo ngapain sih ngikutin gue dari tadi?! Kurang kerjaan banget jadi orang!" Tukas Laily dengan oktaf yang terlampau tinggi.

Aldy menatap manik mata Laily lekat. "Gue suka sama lo, Lai."

Matanya membulat seketika. Laily tidak menyangka Aldy akan mengatakan hal itu sekarang. Aneh saja, menurutnya. Ia tidak akan termakan kalimat atau rayuan-rayuan Aldy lagi. Kata pepatah 'jangan jatuh pada lubang yang sama' Laily akan menerapkan itu.

Laily tidak mau jatuh hati lagi pada orang yang sama. Tapi apakah mungkin? Mengingat, hati manusia yang sering kali berubah-ubah?

"Gue suka sama lo, Laily," ujar Aldy sekali lagi meyakinkan gadis dihadapannya.

Laily memutar bola matanya jengah. Terlalu malas mendengarkan Aldy yang menurutnya omong kosong. Aldy tidak bisa tinggal diam, sejak tadi diabaikan begitu saja. Aldy maju selangkah dan menarik tengkuk Laily dengan gerakan cepat. Dan yah, bibir Aldy bertemu dengan kening Laily. Aldy menciumnya.

Laily menegang ditempat, dengan apa yang Aldy lakukan barusan. Hendak mendorong tubuh Aldy, tapi lelaki itu malah mencekal tangannya. Tatapan mereka saling bertemu. Mengunci dimensi satu sama lain.

Aldy bisa merasakan embusan napas Laily, begitupun sebaliknya. Waktu terasa berjalan begitu lambat.

Satu detik. Mereka masih menatap satu sama lain.

Dua detik. Mereka masih terjebak dalam suatu dimensi dimana mereka sulit untuk membebaskan diri.

Hingga akhirnya, Aldy menyatukan bibirnya dengan bibir milik Laily.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik.

Lima detik.

Kringggggg....

Alarm itu lagi membangunkan Laily dari mimpi konyolnya.

"Dasar bodoh! Kenapa sih harus mimpiin dia?!" Laily merutuki dirinya sendiri. Sudah dua hari berturut-turut Laily bermimpi tentang Aldy yang mengatakan dia menyukainya.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang