16. Dia Terluka

342 50 302
                                    

Benar kata Aris di sini sangat ramai. Aldy celingukan mencari pria itu katanya ia akan menunggu di depan area sebelum memasuki taman, namun Aldy tak menemukan Aris dimanapun.

Merasa bosan, Aldy memutuskan untuk langsung masuk saja. Melihat buku-buku yang mungkin menarik. Awalnya ia tertarik untuk membeli buku berkaitan tentang musik, tapi ia segera mengurungkan dan mengenyahkan niat itu. Fokusnya sekarang adalah bisnis bahkan ia sudah berjanji pada Hendrick.

Aldy menelusuri untuk setiap buku yang terjual di sana. Sungguh complete dan harganya cukup terjangkau. Pas untuk kantung mahasiswa seperti dirinya.

Mau beli komik tapi takut tidak sempat baca. Mau beli novel, takutnya malah dikira kayak cewek. Cewek kan sukanya baca novel. Apalagi genre romance. Aldy bergidik ngeri memikirkan adegan-adegan baper yang ia sering dengar dari teman-teman sekelasnya.

Cewek itu gampang baper. Sukanya pake perasaan mulu. Gak capek apa hatinya, baper terus. Mungkin itu yang dapat Aldy simpulkan tentang novel genre romance yang ia dengar sekilas dari temannya.

Ada hal lagi. Katanya cewek itu selalu benar dan cowok pasti selalu salah. Hello?? Prinsip dari mana itu, tidak ada sumber yang terpercaya. Aldy hanya bisa merasa kesal, walau hanya mendengarnya kala itu.

Satu hal lagi. Di novel romance katanya adegan paling ditunggu adalah saat kissing. Apa benar itu yang buat baper para pembaca? Aldy bertanya-tanya dalam benaknya. Ia hanya melihat-lihat judul novel romance tanpa minat.

Jika Aldy ingin membeli novel, ia akan membeli novel genre thriller. Bagaimana adegan-adegan itu terlihat mencengangkan, tragis, penuh teka-teki dan mungkin agak psycho juga.

Mungkin menegangkan dan seru, pikirnya.

Suara ribut dari arah lain mengalihkan perhatiannya. Aldy penasaran tentang pa yang terjadi di sana. Ia mendekat mencari sumber suara.

Aldy membolakan mata sempurna. Melihat kejadian di depannya.

***

Ellin dan Aish mencari keberadaan Laily sedari tadi. Kemana perginya gadis itu. Padahal mereka sudah berjanji akan berkumpul lagi di jam yang sudah ditentukan sebelumnya.

Setelah keliling bersama, mereka berdua memutuskan untuk berpencar. Berharap Laily cepat ketemu.

Ellin melihat Laily sedang bersender pada batang pohon bersama seorang lelaki yang tampak samar karena ia mengenakan topi. Ia mendekat.

Ellin bahkan bisa melihat lebih jelas ekspresi Laily yang terlihat ketakutan. Pria itu hendak menyentuh surai Laily, tapi suaranya menghentikan pergerakan laki-laki itu.

"Laily?" Mereka terkejut melihat Ellin datang. Ellin melangkah maju mendekat ada yang tidak beres di sana.

"Kalian sedang apa?" tudingnya kemudian.

"Ly, lo dari mana aja sihh?! Gue dari tadi cariin lo," ucapnya kesal disertai wajah yang sedikit merajuk seperti anak kecil saja.

"G_g_gue," ujar Laily yang tidak bisa berbicara lancar.

"Apa apa? Lo ngomong apasih? Gajelas gitu!"

"Itu orang jahat banget tau nggak, Lin. Mukanya itu loh nyeremin," bisik Laily pelan. Ellin mengangguk-anggukan kepalanya perlahan. Tatapan membunuh Ellin ia tujukan pada pria itu.

"Jangan liat dia kayak gitu, Lin. Entar di bunuh lo. Mampus," bisik Laily lagi takut bila Riky mendengar apa yang ia bicarakan.

"Cihh. Dasar fakboi lu!" Ellin tiba-tiba mendorong bahu Riky kasar. Sehinggap pemuda itu terhuyung ke belakang. Mungkin efek terkejutnya.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang