4. Rasa yang Terabaikan

856 132 634
                                    

Wajahmu adalah candu bagiku.

***

Gantungan kunci itu terlihat manis. Dengan bentuk love dan juga sebuah simbol didalamnya. Setiap inci memori terus melekat pada benaknya. Pada seorang gadis yang membuatnya jatuh hati. Tidak ada yang istimewa, pertemuan yang terlampau biasa, namun ia terpikat dengan sengaja.

Rasa ini sungguh tak biasa. Hadir begitu saja, tanpa di duga. Seseorang mungkin bertanya 'Apakah ini cinta?' Tapi apakah rasa itu terlalu cepat dirasa hanya dengan pandangan sekejap saja?

Aldy mungkin sempat bimbang dengan hatinya. Hilang arah dan ntah apa tujuannya. Mungkin menggambar akan menghilangkan kejenuhannya di pagi ini. Mengambil sketch book dan juga alat-alat lettering. Aldy mulai menuliskan sebuah nama disana.

Drrt... Drrt...

Belum selesai Aldy menyelesaikan tulisannya, sebuah dering ponsel mengacaukan segalanya. Aris meneleponnya. Aldy menghela napas sebelum mengangkat telepon itu. Barangkali, Aris menyusahkan dirinya lagi.

"WOYY ONTA! UDAH BANGUN LO?" Suara dari seberang membuat telinga Aldy berdengung sejenak. Pasti dia ada maunya kalo telepon pagi-pagi seperti ini.

"KAMPRET! DIEM AJA LO! Dy gue mau cerita, tadi malem gue mimpiin mantan gue." Aldy hanya mendengus pelas sambil melihat layar ponselnya malas. Masih pagi dan sempat-sempatnya Aris curhat.

"Oh iya, Dy. Gue belum nyiapin barang-barang yang di suruh panitia bawa hari ini. Lo tolong siapin," ucap Aris di seberang sana. Benar dugaannya, Aris pasti menyusahkannya lagi. Belum sempat Aldy menolak, sambungan telepon sudah dimatikan secara sepihak. Aris memang tidak menerima penolakan!

"Kutu kupret emang!"

Sudahlah, daripada ia kesal dengan Aris lebih baik ia berangkat ke kampus sekarang.

***

Aldy membelah jalanan ibukota dengan tenang. Tak lupa membawa barang bawaan yang sudah ia siapkan tadi pagi. Dua buah kardus berukuran 60×40cm, dan juga kertas soko sebanyak empat lembar. Ospek hari ketiga, para maba harus membawa itu. Ntah untuk apa, panitia tidak mau menjelaskannya. Akan menjadi kejutan, katanya.

Harinya nampak biasa saja, namun berubah menjadi luar biasa setelah melihat seseorang yang ingin ia lihat wajahnya. Orang itu nampak kesal dan mengoceh tanpa henti pada lelaki yang nampaknya sedang melihat ban motor yang bocor. Merutuki diri sendiri dan menendang-nendang ban itu tanpa henti.

"Motor lo gimana sih My?! Gue ntar telat! Hari ini ospek terakhir. Gue gak mau kena masalah gara-gara motor lo ini ya!" ucap Laily yang masih menendang- nendang ban motor Azmy berulang kali.

"Lo bisa diem nggak sih?! Nggak ngaruh juga lo tendang-tendang kayak gitu. Lo kira ban gue bola apa?!" Azmy mulai geram dengan tingkah Laily

"Tau ahh! Gapeduli gue!" Laily semakin keras menendang ban motor milik Azmy. Aktivitasnya terhenti karena sebuah suara memanggil namanya.

"Laily."

Laily menolehkan kepalanya ke samping, ada Aldy disana dengan yah senyum seperti biasanya. Senyum menyebalkan. Laily nampak malas dan membuang mukanya lagi.

"Bareng gue aja yuk, Lai. Tinggal lima belas menit lagi. Gak takut telat? Lumayan kan di bonceng sama cogan kayak gue?"

Laily mendesis pelan. Terlalu malas meladeni makhluk yang percaya dirinya sudah se-galaksi bima sakti. Azmy ikut menyaksikan interaksi keduanya secara bergantian. Terbitlah senyuman devil dan terlintas sebuah ide.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang