38. Faktanya

152 19 29
                                    

Semesta memang begitu kejam, bukan? Karena takdir memang bertindak dengan semestinya. Hidup memang pilihan.

***

Laily berlari kecil sembari menyandungkan sebuah lagu untuk menuju ke pintu apartnya. Kejadian beberapa waktu yang lalu masih membuatnya bahagia. Sudah dipastikan pipinya pasti semerah tomat. Apalagi kalimat yang Aldy lontarkan sebelum dia masuk.

"Dah, cantik, jangan lupa mimpiin gue ya."

Aaaaa

Laily rasanya ingin menjerit saat itu juga namun hanya bisa ia tahan. Kan, dia harus jaga image. Agak aneh jika dia tiba-tiba bersikap alay saat sudah memulai suatu hubungan. Alhasil, ia hanya bisa menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan rasa senang.

Sampai di depan pintu apart nya. Laily menemukan sosok pria yang duduk di bawah dengan kepala tertunduk. Kaki kanannya terlipat digunakan untuk memangku tangan kananannya, sementara kaki kirinya dibiarkan lurus begitu saja.

Laily pikir, ketikan Azmy di chat tadi hanya bercanda. Karena yah untuk apa cowok itu ke sini malam-malam. Ah, bukan malam lagi, bahkan itu bisa dikatakan dini hari karena sudah lewat jam duabelas malam.

Belum sampai berada di titik tujuan. Cowok itu menolehkan kepalanya. Azmy sedang terduduk di depan pintu apart Laily, bersender pada dinding dengan kaki kiri yang diluruskan dan kaki kanan yang ditekuk untuk menumpu tangan kanannya. Tatapannya kacau. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu saat ini.

Laily mendekat dan berjongkok di hadapan sepupunya itu. Seolah ingin bertanya apa yang baru saja terjadi. Namun gerakan Azmy yang kelewat cepat membuat Laily tak bisa menolak. Cowok itu menarik tubuh Laily lalu memeluknya erat. Menyenderkan kepalanya di bahu Laily dan menghirup aroma gadis itu lekat.

"Lo gila ya?!" Laily mendorong bahu Azmy.

"Ly ...," lirih Azmy sambil menatap bibir mungil Laily.

Mengetahui arah pandang Azmy, Laily lalu bangkit. Apa sebenarnya yang ada di otak lelaki itu?

"Azmy lo udah gak waras! Lo bisa kan cerita baik baik. Gak kayak gini caranya!" Laily sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.

"Gue mau masuk."

Azmy mencekal lengan Laily menahan pergerakan lelaki itu.

"Kenapa lagi sih?!" Azmy hanya bungkam.

Kesabaran Laily sudah habis. Ia tak mau terjebak dalam situasi ini. Laily akui sikap Azmy hari ini benar-benar berbeda.

Laily tak peduli. Ia masuk ke dalam apartnya dan ia mendudukkan dirinya di kursi. Matanya membulat sempurna saat Azmy mengikuti dirinya masuk ke dalam apart.

"Azmy! Lo ngapain?!"

Azmy berjalan dengan santainya. Ia duduk di tepi ranjang dan menepuk-nepuk sisi sampingnya yang kosong.

"Azmy lo udah gila sumpah!"

"Ayolah, Ly, sekali aja."

"Lo sinting!" Laily mengambil ponselnya hendak mengabari bundhenya. "Gue mau bilang sama nyokap lo atas tindakan lo barusan!"

"Nyokap?" Azmy bangkit ia berjalan mendekat ke arah Laily. Laily yang was-was hanya bisa memundurkan langkahnya sampai menabrak tembok. Tak ada tempat lagi yang tersisa, ia tersudut. Mau kabur rasanya percuma, Azmy menyekapnya dengan tangan kirinya.

"Ternyata gue bukan anak kandung mereka, Ly." Azmy tersenyum getir namun rautnya terlihat menyeramkan.

"Gue anak pungut yang diadopsi dari panti waktu masih bayi."

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang