19. Ada dan Tiada (2)

302 46 301
                                    

Hallo..... Haiii.....

Apa kabar?😊😊😊

Happy reading. Semoga suka.💞

***

Hari sudah malam. Suasana kampus juga tampak sepi. Aldy berjalan beriringan dengan kedua teman perempuannya yakni Dini dan Erlin.

Mereka bertiga baru saja menyelesaikan tugas berupa proyek kecil-kecilan membuat miniatur rumah-rumahan lengkap dengan hiasannya. Entah mengapa, Dosen mengamanahkan tugas tersebut pada mereka. Menjadikan mereka harus lembur dan pulang sangat larut.

Aldy kemudian berpencar dengan kedua temannya itu. Erlin yang sudah di jemput oleh kakaknya, sementara Dini sudah di tunggu oleh pacarnya di parkiran kampus. Tinggal Aldy yang tersisa, sendirian.

Saat ia ingin menuju parkiran motor, ia melewati gedung perpustakaan. Aldy menajamkam indra penglihatannya melihat sosok perempuan yang ia kenal.

Gadis itu sering bersama Laily. Walau Aldy tidak mengenalnya, tapi wajahnya cukup familiar untuk di ingat.

Jika dilihat gadis itu tampak gelisah. Berjalan mondar-mandir beberapa kali. Entah apa yang terjadi padanya. Ia tetap fokus pada ponselnya, jarinya bergerak lincah di atas layar ponsel, kadangkali terlihat sedang mencoba menghubungi seseorang.

Kegelisahan gadis itu bisa dirasakan oleh Aldy. Gadis itu bahkan menggigiti ibu jarinya berulang kali.

Aldy menghampiri kemudian menepuk pundak gadia itu. Responnya di luar dugaan. Gadis itu memiting lengan Aldy ke belakang membuatnya tak bisa berkutik.

Padahal nyamperin niat nolongin, eh malah kena piting.

"Lo mau macem-macem ya sama gue?" tanyanya penuh selidik. Cowok semacam ini memang harus dimusnahkan di muka bumi ini jika perlu.

Kesannya di sini Aldy adalah penjahat yang akan berbuat macam-macam. Padahal tujuannya bukan itu dan sama sekali tidak berniat ke sana.

"Gue Aldy, temennya Laily," ujar Aldy memberi penjelasan tapi Ellin tidak mau mendengarkannya. Ia malah melintir tangan Aldy tanpa ampun.

Serasa cukup, Ellin mulai memperhatikan wajah lelaki itu. "Oh My God, emang bener lo ternyata!" teriak Ellin heboh. Padahal sudah dijelaskan sedari tadi, bukan?

"Heh! Tolongin Laily tuh di dalem perpus. Ada hantu. Gue takut," kata Ellin cemas dan mohon kepada Aldy dengan tangan yang disatukan.

"Hah? Hantu?"

"Iya hantu. Mirip gue jirr. Gak ada bentuk lain apa?!" Ellin dibuat keki sendiri dengan hantu itu. Mengapa ia harus menyamai dirinya.

"Maksud lho gimana sih?" geram Aldy yang tak mengerti arah pembicaraan Ellin.

"Jadi gini ...."

Flashback on

Ellin merutuki Riky yang suka menunda-nunda keinginannya. Padahal hari ini ia ada janji dengan Laily dan Aish belajar kelompok di perpustakaan jam tujuh malam.

Riky yang tidak mau mengantar Ellin ke kampus dengan alasan inilah itulah. Ada saja alasannya. Seperti, belum mandi, belum makan, belum bikin tugas, belum ngasih makan kucing tetangga, belum gosok gigi dan alasan-alasan konyol lainnya.

Ellin sampai tidak habis pikir dengan kakak laki-lakinya itu.

Sampai beberapa jam kemudian, Riky akhirnya mau nengantarkan dirinya. Di perjalanan menuju kampus Aish mengiriminya pesan karena tidak bisa datang. Okelah, mungkin Ellin hanya akan belajar bersama Laily saja.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang