32. Riky dan Laily

163 23 27
                                    

Dibercandain gitu aja udah salting tujuh turunan, gimana kalo beneran disayang?

***

Riky berjalan menuruni anak tangga dengan gontai. Cowok itu berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Laily yang tadinya sempat berbaring sebentar, langsung terduduk kembali setelah melihat sosok Riky.

Cowok berpakaian t-shirt tanpa lengan itu hanya menoleh sekilas padanya. Tatapannya datar, lalu kembali menaiki tangga dan masuk kamar.

"Apa dia beneran sakit?" tanya Laily tampak berfikir. Entah dapat keberanian dari mana, gadis berambut sebahu itu menaiki anak tangga dan berjalan menuju kamar Riky.

Laily hanya diam di tempatnya. Memperhatikan pintu kamar itu yang tertutup. "Gue gaje banget nyamperin Riky ke sini." Ia berniat melangkahkan kakinya untuk turun namun suara orang batuk mengurungkan niatnya untuk pergi. Laily melihat lantai dasar, belum ada tanda-tanda kedatangan Ellin pulang.

Suara batuk itu semakin kencang dan terdengar berulang-ulang. Laily hanya bingung, apa ia tetap di sini menunggu Ellin atau masuk ke dalam? Setelah berdebat dengan hati dan pikirannya sendiri, Laily memutuskan untuk masuk ke kamar Riky. Mengecek apa dia baik-baik saja, gini-gini Laily juga merasa iba. Ya ... meskipun sikap Riky kepadanya tidak bisa dikatakan baik.

Riky terbaring membelakanginya, dengan selimut yang menutupi tubuhnya sampai dada. Laily dapat melihat kamar Riky yang lumayan rapi untuk seukuran cowok. Cat yang berwarna hitam memberikan kesan dark dan suram.

"Untung aja masih ada lampu," ujar Laily berjalan selangkah lebih dekat.

Laily berhenti. Riky tepat di hadapannya. Bahu cowok itu terlihat bergetar, dan Laily bisa mendengar suara napas Riky yang tidak teratur.

"Ky ...." Laily menggigiti bagian dalam bibirnya. Tangannya mulai tergerak untuk menyentuh kening Riky. Panas. Benar kata Ellin. Dahinya masih panas sampai sekarang. Laily tidak tega melihat cowok itu seperti ini. Gadis itu akhirnya turun untuk mengambil air hangat dan handuk kering untuk mengompres Riky.

Laily mulai mengompres, perlahan tapi pasti. Laily bisa melihat tidur Riky yang lumayan nyaman daripada tadi.

"Kasian banget sakit di hari ultahnya." Laily masih mengompres, berkali-kali dia mengganti tempat untuk mengompres. Dari dahi, kemudian leher, tangan, dan dahi lagi.

"Lo bisa setenang ini kalo tidur." Setan apa yang merasuki Laily sehingga gadis itu berani untuk menyentuh surai Riky dan mengelusnya. Riky yang masih terpejam memegang tangan Laily yang menyentuh surainya.

"Nja, makasih ya," ujar Riky.

"Nja? Senja maksudnya?" Cowok itu masih tertidur. Apa dia mengigau sekarang?

"Tapi, kenapa lo lebih milih cowok itu?" tanya Riky yang masih terpejam.

"Ehmm pantes sakit, abis potek dia, kasian amat. Belagu sih lo." Laily ingin tertawa, tapi dia tidak tega.

Dengan satu gerakan, cowok itu berhasil menarik kuat tangan Laily sehingga berhasil membuat tubuhnya oleng dan kepalanya jatuh tepat di dada bidang milik Riky. Detak jantung milik Riky bisa Laily dengar. Laily ingin melepaskan diri, tapi cowok itu malah memeluknya erat.

"Gila. Riky gila. Lepasin gue bego!"

"Bentar aja, Nja."

Laily masih berusaha ingin lepas. Tetap saja gagal. Riky, cowok itu benar-benar.

"Ekhem." Dehaman itu membuat Laily menoleh ke arah pintu.

"Bagus bagus, gue keluar di sini enak mesra-mesraan?" Ellin berjalan dan mengambil duduk di tepi ranjang Riky.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang