34. Intuisiku Berkata Itu Kamu

173 20 15
                                    

Siang dan malam aku tak kuasa melupakan bayangmu
Meski telah kau lukai hatiku
Meski aku harus mendusta nurani

Siang dan malam aku tersenyum teringatkan ulahmu
Mungkinkah kuterjerat cinta buta?
Ataukah ku hanya merasa kasmaran

(Now playing - Kasmaran)

***

Entah sampai kapan rasa ini tersemat. Yang jelas kini aku mengerti, sebuah hati tidak bisa memilih di mana tempatnya akan berlabuh.

***

Laily merebahkan tubuhnya di sofa dan menaruh asal tasnya. Sendirian lagi. Bosan. Ia memilih membuka ponselnya, tidak ada notifikasi apapun kecuali dari grup kelas, dan grup alumni. Gadis itu mengganti posisinya menjadi tengkurap dan mulai menjelajahi beranda instagram dan me-like semua postingan. Segabut itu dia.

Menurut Laily, terlalu awal untuk dirinya belajar, sementara masih ada waktu yang sangat panjang. Masih ada siang, sore, dan malam.

Layarnya menampilkan video call dari sosok yang ia rindukan ... papa. Laily bangkit dari rebahannya, merapikan rambutnya, dan menggeser ke atas untuk mengangkat.

"Hallo, Pah," sapa Laiy tersenyum merekah.

"Hai, sayang, gimana ujiannya?" tanya Sidik dari balik layar. Pria paruh baya itu tampil rapi dengan kemeja kerjanya.

"Alhamdulillah, Pa, lancar. Papa pasti sibuk, buktinya aja banyak dokumen-dokumen di meja Papa."

Sidik terkekeh mendengar anak semata wayangnya berbicara. "Jangan peduliin Papa, kamu jaga diri yang bener."

"Pasti, Pa."

"Jangan pacar-pacaran." Sidik terkekeh setelah mengatakan itu.

"Ishh, Papa."

"Bercanda, sayang. Emang udah punya pacar?"

"Ihh, Papa." Entah kenapa, pipi Laily tiba-tiba merasa panas.

Sebuah ketukan pintu membuat fokus Sidik teralihkan. Laily mengerti, Sidik melambaikan tangan dan Laily juga membalasnya. Panggilan ditutup, dan kini layarnya kembali pada laman instagram.

Laily kembali merebahkan tubuhnya kembali, mulai menutup matanya, ia ingin tidur sekarang.

***

Aldy sudah mengganti pakaiannya. Beberapa hari lalu, ia benar-benar tidak bisa aktif dalam segala kegiatan apa pun. Cowok itu membuka ponselnya, banyak sekali notifikasi masuk juga beberapa panggilan tidak terjawab. Perhatiannya hanya jatuh pada kontak yang ia beri nama 'Laily'.

Pesan yang belum Aldy buka sejak dua hari yang lalu. Segera mungkin Aldy mengetik balasan. Suara pintu terbuka, menampilkan sosok Melati dari balik pintu.

"Gercep amat dah di sini?"

"Ya, iya, dong, gue kan care." Melati tersenyum manis.

"Dy, lo mau kan nemenin gue ke mal? Nyari kado buat nyokap, lusa dia ultah." Melati sudah melingkarkan kedua tangannya di lengan Aldy. Gadis itu bergelayut manja.

"Mau lah. Ngapain nggak mau?"

"Ya, udah, sekarang aja, ya?"

Aldy mengangguk.

***

Aldy dan melati sekarang ada di toko baju. Melati sibuk memilih-milih pakaian yang sekiranya cocok untuk mamanya. Aldy hanya mengikuti gadis itu dari belakang. Sebuah kaca besar  Aldy lewati, ia memundurkan langkahnya. Sejenak ia bercermin, menatap pantulan dirinya lalu tersenyum hambar.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang