21. Harus Memilih

266 45 311
                                    

Ini bukan tentang soal peduli. Ini adalah tentang sebuah rasa yang sulit aku raih.

***

"Laily!"

Aldy terkejut seketika melihat Laily yang sudah terduduk di aspal sedangkan pengendara motor yang tadi menabraknya kabur entah kemana.

Laily tidak apa-apa, hanya saja telapak tangannya sedikit beset karena tergores jalanan itu. Ia terjatuh dengan menumpu pada telapan tangannya. Perih yang dirasakannya sekarang.

Aldy menurunkan Melati yang berada di gendondangannya. Ia mengecek keadaan Laily yang hanya sedikit tergores pada telapak tangannya itu. Tetap saja itu membuat pemuda itu khawatir.

"Laily, lo gak papa?"

"Gak papa kok," ujar Laily sambil membersihkan telapak tangannya yang sedikit kotor.

"Sini gue liat tangan lo." Aldy menarik tangan Laily, tapi Laily dengan cekatan menarik tangannya kembali.

Aldy menarik telapak tangannya lagi, dan Laily menepisnya. Ini sungguh membuat pria itu geram. "Mana tangan lo, gue mau lihat."

Laily menggeleng.

Karena respon Laily sungguh menguji kesabarannya, akhirnya Aldy meraih paksa tangan gadis itu dan melihatnya lamat-lamat. Tidak seburuk dugaannya. Cuma goresan kecil saja, mungkin hanya perih beberapa saat.

"Sakit bego!" tukas Laily ketika Aldy menyentuh dan menunjuk-nunjuk luka itu.

"Mulutnya tolong dijaga. Kasar banget sih," ujar Aldy disertai kekehan pelan. Laily hanya memutar bola matanya malas.

"Ya itu lo tunjuk-tunjuk gitu sama jari lo. Sakit tau!" Laily kesal bahkan sangat kesal pada Aldy.

"Kalo gini cukup nggak?" Aldy mencium punggung tangannya.

Bukannya baper, Laily malah gumoh. Memangnya ia sudah tua? Pake acara disalimi segala?

"Masih sakit?" tanya Aldy lembut dan langsung mendapat jitakan dari Laily.

"Masih sakit? Masih sakit? Gila lo ya!" hardiknya kemudian marah. Aldy mencium punggung tangannya tanpa seizin pemiliknya.

"Hehe, santai, Lai. Gue kira lo baper sama perlakuan gue barusan," papar Aldy yang membuat Laily membulatkan matanya sempurna.

Aldy modusnya benar-benar kelewatan. Gak ada acara baper-baperan! Yang ada risih, Aldy bertindak seperti itu.

"Yaudah, maaf deh."

"Hem," jawab Laily singkat terlalu malaa meladeni Aldy.

"Hem doang?"

"Terus?" Bukannya menjawab, Laily malah balik bertanya. Aldy malah tersenyum jahil.

"Belok." Aldy menjawab sekenanya membuat Laily mengernyitkan dahinya.

"Cukup Dy! Cukup! Iya gue maafin!" teriak Laily menyudahi, bahkan ia tidak tahu kemana arah percakapan absurd ini berakhir.

Aldy selalu saja terkekeh geli saat melihat ekspresi Laily yang seperti itu. Lucu saja menurutnya.

"Mau gue beliin minum nggak?" tanya Aldy sambil memapah Laily untuk duduk di sebelah Melati. Ya, sedari tadi Melati duduk di pinggir jalan menyaksikan interaksi mereka berdua.

"Air putih."

"Gue juga mau, Dy," pinta Melati manja bahkan ia juga memasang wajah memelas.

"Oke," jawabnya kemudian lalu pergi membelikan air minum untuk gadis-gadis itu.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang