15. Biang Onar

336 55 369
                                    

Tenang saja ... Tuhan memang selalu berada di samping hambanya yang berdoa.

***

"Ish, pembahasan yang ini gimana sih?"

"Oh ini ...." Aish menjelaskan cukup rinci dan detail, Ellin hanya bisa menatap temannya itu dengan terkagum-kagum.

"Lo pinter banget sumpah! Thanks ya," ujar Ellin kegirangan. Ia mempunyai teman yang sangat pandai. Apa boleh buat, ia menanyakan hal berbau pelajaran pada Aish. Lumayan. Tidak perlu les privat. Aish juga cukup unggul.

"Aish pinternya udah turunan kali ya?"

"Turunan? Lo kira rumus matematika kali ya?" tanya Aish sambil tertawa.

"Tuh, Lai, Lihat. Aish aja masih hapal tentang turunan materi SMA dulu," ujar Ellin heboh.

"Bego lo natural, Lin," cibir Laily. Laily juga tau Aish berniat menyindir Ellin, tapi yang disindir malah berasumsi seperti itu.

Sementara Laily asik mengerjakan laporan praktikumnya di kasur ditemani sebungkus kacang. Udahlah. Ngerjain tugas sambil rebahan itu enak banget. Ya meskipun Aish lebih unggul dari dirinya, Laily tetap mampu mengerjakan sendiri walau kadang-kadang masih bertanya. Sedikit.

"Dilihat-lihat lo kok enak banget, Lai. Rebahan gitu sambil ngerjain tugas?" tukas Ellin tak mau kalah.

"Capek gue ngomong sama lo!"

"Gue malah capek nge-jomblo," ujarnya disertai kekehan pelan. "aduh." Ellin menatap Laily tajam karena Laily melempar kulit kacang ke kepala Ellin.

"Yang bener aja lo lempar! Yang ada isinya juga dong, ini kulit doang!"

"Berisik aja teross." Aish yang sedari tadi sibuk menyelesaikan laporan, akhirnya angkat bicara juga.

"Udah deh, Ish," ujar Ellin kesal.

"Lo diem, Lin," ucap Laily kemudian.

"Stop!" Aish menengahi. Kepalanya hampir pecah melihat Laily dan Ellin ribut tak henti-henti.

Bel apartemen Laily berbunyi beberapa kali. Tamu tak diundang ini nyatanya tak punya kesabaran lebih. Laily pikir itu hanya orang iseng, ia berniat membiarkannya saja. Nanti juga capek sendiri.

Dugaan Laily salah. Makin dibiarkan malah makin melunjak. Orang itu malah menekan bel lebih cepat dari sebelumnya. Orang aneh.

"Wah, minta di bunuh tu orang." Ellin beranjak kemudian membukakan pintu. Ia geram setengah mati mendengar bel yang nyaring berkali-kali.

"WHOAHHH, DAEBAK! NIKMAT TUHAN MANA LAGI YANG ENGKAU DUSTAKAN!" Ellin tercengang ditempat setelah mengucapkan kalimat barusan. Detak jantungnya berdebar begitu hebat, serasa jantungnya akan copot.

Laily penasaran melihat siapa yang datang. Ia menggelengkan kepalanya tak peduli. "Lo ngapain kesini?"

"Gue cuma ngasih tau aja sih. Malam ini ada bazar buku besar-besaran di taman deket kampus. Yang ngadain dari fakultas gue," ucap Azmy menjelaskan.

"Itu aja?" Bukannya menjawab pertanyaan Laily, Azmy malah mengunci leher gadis itu dengan lengannya. Sepupu laknat ya kayak gini ini.

"Dateng nggak lo?!" ancam Azmy kemudian. Laily mengangguk saja. Dari pada Azmy melakukan hal lain yang lebih menjengkelkan.

"Lo boleh bawa dua temen lo ini kok," ujarnya sambil menatap bergantian Aish dan Ellin penuh arti. Aish menatap datar, sementara Ellin menatap dengan wajah berseri-seri khas orang kasmaran.

AlLy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang