Angela terus mengedarkan pandangannya ke berbagai arah demi bisa melihat asal suara dan siapa yang berbicara namun Angela tidak bisa menemukannya meski Angela sudah memindai segala arah.
"Seolah kau tahu saja kalau aku bisa lepas dari mereka. Aku ini anak yatim piatu, tidak ada keluarga dari sisi mana aku bisa lepas dari mereka? Dari segi apa aku bisa mendapatkan kesempatan itu?" Angela berdiri kali ini.
Sungguh, Angela merasa kurang puas dengan suara itu, suara yang menginginkan dia bangkit tapi tidak mampu memberikan ia kepastian, suara yang tidak mampu memberikannya sebuah solusi dan bukan hanya janji.
Angela berjalan ke arah kiri dengan santai, pakaian yang Angela kenakan adalah gaun putih panjang dengan bahu terbuka, kakinya tidak memiliki alas apapun sebab tempat yang ia pijak ditumbuhi rumput lembut hingga Angela merasa nyaman melangkah kemanapun ia pergi.
Angela dengan hati-hati memetik bunga-bunga berwarna-warni di sana, ia terus melangkah menjauh meninggalkan tempat itu menuju ke sebuah pondok kayu yang di atasnya juga ditumbuhi tanaman mawar merambat.
Angela membuka pintu pondok dengan hati-hati dan masuk ke dalam, saat akan menutup pintu Angela mendengar suara langkah kaki yang beraturan hingga tanpa sadar Angela kembali membuka pintu pondok itu untuk melihat.
Angela sangat sadar sejak awal dia hanya sendirian di sini lalu kenapa sekarang ia bisa mendengar langkah kaki dan juga suara panik seseorang yang memanggil namanya.
"Bangun Angela! Jika kau tidak bangun maka ibumu yang selama ini kau cari dan kau tunggu akan mati di tanganku," ancaman itu terdengar jelas oleh telinga Angela.
Akan tetapi Angela tidak bisa menebak suara siapa itu, Angela merasa suara itu sangat akrab dan sangat sering ia dengar.
"Bangun! Kali ini aku akan memaafkan diriku tapi jika kau berbuat seperti ini maka aku akan mematahkan tangan dan kakimu hingga kau tidak bisa berbuat apa-apa lagi."
Ancaman demi ancaman didengar Angela dengan suara semakin lama semakin terasa dekat hingga Angela berusaha menutup telinganya dan duduk sembari mengeluarkan air mata.
"Pergi! Aku bilang pergi! Aku tidak ingin kembali bersama kalian, aku tidak ingin bersama kalian berdua. Kalian iblis berwajah manusia, kalian tidak punya perasaan, kalian jahat dan tidak punya hati."
Angela berteriak keras, air matanya makin jatuh dengan kencang. Angela melihat kiri, kanan dan ke depan namun asal suara itu tidak ia temukan. Angela berharap suara-suara itu akan menghilang dari pendengarannya dan ia akan kembali merasa nyaman.
"Hahahaha, kembalilah gadis kecil! Tempatmu bukan di sini, masih banyak hal yang harus kau kerjakan dan kau malah memilih tidur di sini dengan nyaman. Kau sama saja dengan mereka tidak punya perasaan."
Suara tadi kembali terdengar di telinga Angela, kali ini Angela sudah mulai merasa tenang dan tidak seburuk tadi.
Angela mencoba berdiri dengan tegap sebelum tiba-tiba cahaya putih menarik dirinya pergi dari tempat nyaman itu.
###
Di ruang perawatan kelas atas sebuah rumah sakit seorang gadis cantik berbaring dengan nyaman dan tenang. Sudah dua hari gadis cantik itu dirawat di sana dan kondisinya juga sudah mulai stabil.
Tiba-tiba pintu kamar rawat terbuka dari luar dan seorang perawat cantik dengan anggun masuk ke dalam ruangan. Perawat itu memeriksa infus, suhu serta detak jantung gadis itu sebelum dengan tenang mencatat di sebuah buku kecil yang ia bawa.
Setelah selesai memeriksa seperti biasa perawat cantik itu kembali ke luar ruangan dengan santai dan menutup pintu dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara berisik yang mengganggu.
Saat perawat itu pergi tangan gadis itu bergerak perlahan sebelum akhirnya mata cantik itu terbuka dengan sendirinya untuk menyesuaikan cahaya.
Double up sesuai permintaan siapa tadi, jadi besok aku enggak up ya🤭🤭🤭
Kangen aku kan, kangen lah ya. Kangen aja wkwkwkkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother I Hate You
RomanceSedang dalam tahap revisi 🙏🙏🙏 follow author dulu sebelum membaca, biar author tahu kalau yang suka ceritanya banyak, cerita belum direvisi. Aku menjadi budak nafsu kedua kakak tiriku hanya untuk bisa bertahan hidup.