Ayo ngaku siapa yang nunggu cerita ini up?
Ada yang kesel enggak karena belum up juga padahal biasanya pagi udah up?Wkwkwkw maaf author telat soalnya tadi ada pekerjaan dulu, selamat membaca.
##
"Kak, entah kenapa ketika melihat mata gadis ini aku seperti melihat mata seseorang yang sangat aku kenal." Renata berdiri dengan tangan menyentuh dagu di sebelah wanita itu.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Renata, wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya dan melihat ke arah Renata dengan alis terangkat sebelah. Ketika Renata melihat mata milik kakaknya barulah Renata sadar kenapa ia merasa mata milik gadis yang ditolongnya terlihat sama.
"Apa maksudmu Renata?" tanya wanita paruh baya itu dengan heran.
Apalagi binar cerah cemerlang di mata Renata mengungkapkan banyak hal yang menjadi sesuatu tanda tanya.
"Matanya mirip denganmu, Kak! Aku tidak salah lihat, ya mata cerah dan cahaya terang yang dimilikinya sama persis dengan milikmu." Renata terlihat bersemangat.
Renata memegang tangan Angela penuh harap, keraguan, kecemasan serta kebahagiaan berputar-putar di kedalaman mata Renata.
"Kak Alena, dia memiliki mata indah seperti dirimu, warna matanya juga sama seperti milikmu." Renata terlihat begitu antusias.
Sedangkan di sisi lain Alena hanya tersenyum ke arah Renata tanpa menunjukkan reaksi apa-apa di wajahnya.
"Itu tidak mungkin Renata! Bagaimana itu bisa terjadi, lagipula saat kejadian itu putriku sudah dinyatakan meninggal dunia oleh perawat itu." Alena tersenyum miris memikirkan tragedi yang menimpa dirinya.
Rasa sakit dari kejadian nahas hari itu masih menyisakan kenangan buruk bagi Alena dan seluruh anggota keluarganya. Akan tetapi hatinya juga berharap hal itu benar adanya.
"Bukankah Kakakmu sendiri yang mengatakan kalau putri kami sudah meninggal. Dan dia juga menguburkan anak itu sendiri dengan tangannya, apakah mungkin dia berbohong pada kita." Alena tersenyum miris.
Sedikit saja Alena tidak diberi kesempatan untuk melihat anak yang ia lahirkan, hal yang bisa ia lihat hanyalah gambar lucu putrinya serta batu nisan dengan nama bertuliskan putri mereka.
"Tidak mungkin kakakmu membohongi kita bukan? Kalaupun iya, apa keuntungan yang ia dapatkan untuk membohongi kita?" Alena menatap gadis cantik yang berbaring di ranjang.
Air mata Alena jatuh saat memikirkan anaknya yang dinyatakan meninggal sesaat setelah dilahirkan ke dunia ini. Salahnya karena jatuh pingsan setelah melahirkan hingga tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya saat itu.
Di sisi lain Renata terlihat berpikir sangat keras, akhirnya Renata memilih diam takut melukai hati kakaknya dan takut untuk membuat kakak iparnya semakin sedih kala memikirkan kejadian beberapa tahun yang lalu.
Alena ke luar dari kamar tempat Angela istirahat dan berjalan dengan tertatih-tatih menuju kamarnya yang berada di lantai bawah. Air matanya luruh kala kenangan buruk itu merasuki pikirannya kembali.
"Apa semua itu benar? Lalu apa keuntungan bagi Mas Anton menyembunyikan semuanya dariku? Apakah untuk wanita itu?" Alena terlihat berpikir sebelum dengan langkah goyah memasuki kamarnya dan mengunci pintu.
Alena mencari keberadaan ponselnya untuk menghubungi seseorang agar bisa membantu dirinya mencari kebenaran beberapa tahun lalu. Alena menghubungi kakak kandungnya dan dengan lembut meletakkan ponsel itu di telinganya.
Harapan terlihat jelas di mata Alena kala ia dengan sabar menunggu panggilan yang sedang ia lakukan terhubung.
Kamar yang ditempati Alena terlihat begitu cerah dengan warna biru langit dicampur dengan warna putih di setiap sisi. Ada juga warna gold di beberapa tempat untuk menyembah estetika. Perabotan di kamar itu dibuat oleh kayu berkualitas tinggi dan juga di atas ranjang ada foto pernikahan dan juga foto anak-anaknya yang lain.
"Halo, Kak!" sambut Alena dengan suara bergetar penuh dengan keluhan.
"Sayang ada apa? Apa Anton menyakiti dirimu?" Kakak Alena terkejut bukan main.
"Bukan Kak bukan seperti itu. Aku hanya ingin meminta tolong padamu tentang suatu hal, apakah boleh?" tanya Alena ragu-ragu takut permintaannya akan ditolak.
"Katakan Alena! Sudah lama kau tidak meminta bantuan kakakmu ini bukan?" Pria di seberang menjawab dengan nada lembut penuh kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother I Hate You
RomanceSedang dalam tahap revisi 🙏🙏🙏 follow author dulu sebelum membaca, biar author tahu kalau yang suka ceritanya banyak, cerita belum direvisi. Aku menjadi budak nafsu kedua kakak tiriku hanya untuk bisa bertahan hidup.