Mendengar kata Angela, Alvin berlari turun tanpa pikir panjang. Dia berlari menuju ke depan rumah menemukan punggung seorang pria yang menghadap ke arahnya.
"Kabar apa yang kau punya?" Seolah kehilangan kewarasan, Alvin menarik lelaki itu agar melihat ke arah dirinya.
Albert berbalik, dia memindai Alvin dari atas ke bawah. Menelisik apa Alvin pantas bagi adiknya, Albert terus menilai tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan Alvin.
Resah, Alvin bergerak mundur menjauh dari pandangan menilai Albert. "Bagaimana kabarnya? Apakah dia baik-baik saja? Apa dia mengalami luka?" tanya Alvin cemas.
Melihat ketulusan di dalam mata Alvin, Albert mengangguk. Ia berjalan masuk tanpa menunggu persetujuan Alvin sama sekali, ia duduk di kursi tamu dengan satu kaki di atas kaki lain. Tubuhnya ia sandarkan dengan mata terpejam mencoba menetralisir kemarahan di dalam hati.
"Seberapa penting dia untukmu? Apa kau mampu menjaganya dengan baik? Bisakah kau memperlakukan dia dengan sepenuh hati?" Albert melontarkan pertanyaan santai tanpa membuka mata.
Alvin duduk di depan Albert bingung, tapi kemudian sesuatu melintas di benaknya. "Dia sangat penting bagiku, aku sangat mampu menjaganya dan aku akan melakukan apa saja demi membuat ia tersenyum." Alvin menjawab apa yang ditanyakan Albert cepat.
"Kau layak disebut sebagai pengusaha sukses, hanya sedikit pertanyaan dan kau langsung memahaminya. Dia sedang hamil saat ini, kondisi jiwanya sedikit tidak stabil. Aku ke sini ingin menanyakan satu hal padamu, maukah kau bertanggung jawab untuk anak itu?" Albert langsung pada tujuannya datang ke mari setelah memuji Alvin.
"Hamil?" tanya Alvin memastikan, air mata jatuh di pipi Alvin cepat. Ia bangkit dari duduknya, bersimpuh di kaki Albert memohon. "Bawa aku padanya, aku mohon! Aku sangat ingin bertemu dengannya."
Albert mendesah, niat awalnya untuk memberi Alvin pelajaran hilang sudah tak bersisa. Cinta mendalam yang diperlihatkan Alvin pada Angela tidak bisa membuatnya memukul Alvin.
Albert menggeser posisi duduknya, "dia di rumahku, satu hal yang perlu kau tahu mulai saat ini. Dia adalah adikku, jika kau menyepelekan hidupnya maka kau akan berada dalam masalah besar. Aku tidak peduli dengan koneksi serta kekayaan yang kau miliki, menghancurkanmu sangat mudah bagiku."
Ancaman, Albert melontarkan ancaman dengan sungguh-sungguh. Tatapan tajam yang Albert layangkan mengalahkan kesombongan yang dulu selalu dimiliki Alvin di hadapan lawannya. Alvin seperti tikus yang bertemu kucing, Alvin mengangguk sebagai jawaban.
Ia berdiri menunggu Albert bangkit dari duduknya namun Albert bertindak tidak peduli sama sekali dengan harapan yang tertulis jelas di wajah Alvin. Ia melihat sekeliling rumah Alvin menilai serta menghitung berapa kekayaan Alvin agar bisa membuat Angela senang dan bisa hidup mewah.
"Aku ingin seluruh harta milikku dibalik nama menjadi kepunyaan Angela. Aku juga ingin tempat ini diubah, ada banyak barang berbahaya di sini aku tidak mau adikku terluka." Albert mengatakan semua itu santai.
"Ini kartu namaku, setelah kau berhasil menyelesaikan apa yang aku minta baru kau datang mencari adikku. Aku tidak mau ada persaingan nantinya jika adikku masuk ke rumah ini." Albert berdiri.
Ia meletakkan kartu nama miliknya di atas meja sebelum melangkah, Albert bahkan dengan sengaja menjatuhkan sebuah guci mahal yang ada di ruang tamu. Alvin melihat kartu nama itu, ia melihat ke sekeliling mencari kepala pelayan.
'Heh, akan kubuat kau bangkrut. Bermain-main denganku, semua hartamu harus menjadi milik adikku. Aku tidak mau dia hidup sengsara di sini jika tidak memiliki kekuasaan,' bisik Albert penuh kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother I Hate You
RomanceSedang dalam tahap revisi 🙏🙏🙏 follow author dulu sebelum membaca, biar author tahu kalau yang suka ceritanya banyak, cerita belum direvisi. Aku menjadi budak nafsu kedua kakak tiriku hanya untuk bisa bertahan hidup.