28

4.1K 158 4
                                    

Nah loh siapa yang kangen aku? Enggak ada ya😩😩😩 ya udah aku pulang balik aja. Enggak jadi up sekarang deh. Up-nya ditunda besok.

Hehehehe

Canda kok.

###

Albert mengangkat Angela dengan hati-hati seolah Angela adalah benda berharga yang harus dijaga dan dilindungi. Lemah lembut dan penuh cinta Albert melangkahkan kakinya menuju lift.

"Lantai berapa apartemenmu berada?" Kali ini Alena berdiri di samping Albert.

Alena bersiap untuk menekan tombol lantai menuju ke kamar Albert. Alena terlihat sudah tidak sabar dari raut wajahnya.

"Lantai 33, Bu!" jawab Albert lembut.

Mata Albert menunjukkan cinta yang luar biasa berbeda dengan caranya memberikan cinta pada Alena di rumah utama keluarga. Albert sejak kematian tersembunyi adiknya memang tidak lagi menyayangi ayahnya lagi.

Albert berubah semenjak kejadian hari itu tanpa diketahui apa penyebabnya. Bahkan Albert terkesan menjauh dan tidak ingin disentuh oleh ayahnya, seolah-olah jijik dan merasa kalau ayahnya begitu kotor.

"Aku sangat senang, Bu! Sejak lama aku ingin membawa Ibu pergi dari neraka itu, sejak lama aku jijik Melia wajah pria itu. Aku tahu kalau bukan karena dia aku dan adikku tidak akan pernah ada di dunia ini tapi perbuatan yang ia lakukan benar-benar membuatku merasa jijik. Aku benci, Bu!"

Jika Albert bisa menggerakkan tangannya mungkin jemarinya sudah mengepal karena amarah. Alena tidak mengeluarkan suara untuk bertanya apa penyebab Albert membenci, Ardian, suaminya sebab setiap kali Alena bertanya pada Albert alasan dia membenci ayahnya, Albert hanya memutar wajahnya ke arah lain dan memilih untuk pergi.

Albert di sisi lain juga memilih untuk diam karena tidak ingin mengganggu tidur nyenyak Angela. Alena di sisi lain juga mencoba memikirkan apa yang dilakukan Ardian hingga membuat Albert begitu membencinya hingga ke tulang sampai seperti ini.

Saat lift berhenti Alena dan Albert ke luar dari lift dengan langkah kaki teratur.

"Apartemen di sini terlihat aneh ya, Nak!" ungkap Alena dengan rasa penasaran yang tinggi.

Tidak seperti apartemen lainnya yang di setiap lantai memiliki kamar beberapa kamar, apartemen Albert terkesan aneh dan jauh dari keramaian. Pintu yang ada di lantai apartemen ini hanya ada dua saja dan saling berhadap-hadapan, pintunya juga memiliki warna berbeda tanpa ada nomor apapun di depannya.

"Apa tidak masalah jika seperti ini?" tanya Alena dengan wajah khawatir.

Alena memandang Albert dengan wajah gusar, keriput di wajah Alena juga terlihat bertambah saat ia memikirkan hal-hal aneh dan menakutkan.

"Jangan berpikir yang macam-macam, Bu! Keamanan di sini terjamin, apalagi kamar di sini memiliki pengaman ganda jadi tidak ada hal buruk yang akan terjadi." Albert menjelaskan.

Senyum lembut di wajah Albert membuat dirinya semakin tampan dan ketegangan di hati Alena langsung terangkat.

"Yang mana milikmu?" tanya Alena kemudian saat mereka masih berdiri di lorong itu tanpa bergerak.

"Yang sebelah kanan," jawab Albert sembari berjalan menuju ke depan pintu apartemen miliknya.

"1410141204." Albert mengucapkan sepuluh nomor itu dengan suara lantang sebelum ada bunyi dengungan lebah terdengar di sekitar.

"Sudah, Bu! Dorong saja pintunya segera. Aku juga sudah merasakan lelah."

Albert menunjuk tubuh Angela dengan bibir serta tangannya yang memegang Angela terangkat tinggi.

Alena dengan segera mendorong pintu masuk, membiarkan Albert berjalan terlebih dahulu ke dalam ruangan.

Albert membawa Angela ke sebuah kamar yang terletak didekat pintu masuk. Albert menunggu di depan pintu agar Alena membukakan pintu untuknya.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang