Dari jauh Angela juga memperhatikan interaksi antara Eliza dan Andra, meski sibuk mengagumi bunga-bunga indah itu Angela masih tidak lupa kalau saat ini mereka sedang tidak berada di rumahnya. Angela menyukai keindahan seperti gadis-gadis remaja lainnya, jika saja mereka memiliki halaman dia pasti akan menanam bunga juga di rumah.
Ke-duanya tampak sangat akrab dan sudah terbiasa, jelas terlihat kalau mereka bukan hanya bertemu sekali atau dua kali saja. Andra menatap wajah cantik Eliza bergantian melirik Angela yang memiliki mata indah, netra biru itu bukan bagian Eliza dan diyakini Andra diturunkan dari mantan suami Eliza.
Puas mengagumi keindahan taman itu Angela berjalan mendekati Andra dan Eliza yang terus mengawasi dirinya, Angela berdiri di depan Eliza sembari bercerita tentang keinginannya dulu sebelum masuk kuliah.
"Angela berencana untuk kuliah sambil bekerja dulu, tapi ternyata pihak sekolah sudah mencarikan Angela kampus terbaik yang memberikan beasiswa untuk siswa berprestasi." Angela merangkul tangan Eliza sembari bergelayut dengan manjanya.
"Angela selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya, uang sekolah dan buku bahkan didapatnya dari beasiswa. Aku hanya bekerja untuk menghidupi keluarga saja, sedangkan yang lain Angela tidak pernah merepotkan diriku." Eliza dengan lantang langsung menyuarakan kehebatan Angela.
Mendengar pujian Eliza wajah Angela memerah malu, Angela menatap Eliza dengan senyum yang disembunyikan.
"Ah Ibu! Angela kan belajar untuk mencapai cita-cita Angela, Angela tidak ingin ibu bekerja terlalu lelah lagi, Angela akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Ibu." Angela memegang tangan Eliza dengan erat.
Bagi Angela tidak ada yang lebih berharga di dunia selain kebahagiaan Eliza, dia bahkan belajar sampai larut malam hanya agar prestasinya tidak turun.
"Anakmu memang pintar, Eliza! Dia sangat mementingkan dirimu, kau beruntung memiliki putri yang hebat seperti Angela." Andra memuji kehebatan Eliza dalam mendidik Angela hingga bisa berhasil seperti itu.
"Angela yang beruntung mendapatkan Ibu, Paman!" tegas Angela yang berhasil menciptakan rona samar di wajah Eliza.
Mereka serentak memasuki rumah Andra, Andra mengajak Eliza dan Angela berkeliling rumah. Satu-persatu ruangan yang ada disebutkan oleh Andra beserta fungsinya, ada ruang olahraga, ada ruang bermain, dan ada juga bioskop pribadi.
Angela sangat senang dengan keindahan rumah Andra, apalagi dengan keramahan pelayan di rumah itu. Dari mata mereka terlihat rasa hormat, mereka sama sekali tidak merendahkan Angela maupun Eliza.
"Ini kamarmu! Mulai sekarang belajar memanggil Ayah padaku, tidak enak rasanya jika dipanggil Paman peluh putri sendiri. Jika ada yang tidak kau sukai kau tinggal mengatakannya pada Ayah," ujar Andra saat mereka berada di depan kamar yang diperuntukkan bagi Angela.
Angela membuka pintu kamar itu, betapa terkejutnya Angela saat melihat kamar itu begitu luas dengan barang-barang mewah menghiasi.
"Ini, kamar ini terlalu bagus untuk Angela, A-a-ayah!" Angela masih terlihat ragu memanggil Andra dengan sebutan ayah.
Andra menggelengkan kepala tanda tidak setuju dengan pernyataan Angela barusan, "tidak, kamar ini malah terlihat lebih kecil dari kamar kakakmu. Ayah akan merenovasi kamar di lantai bawah, Ayah akan menyiapkan kamar yang lebih besar dan lebih luas lagi."
Kali ini giliran Angela yang menolak, "tidak Ayah, kamar ini sudah cukup untuk Angela. Angela tidak ingin kamar lain, iya kan, Ibu!" Angela meminta bantuan Eliza.
"Ya, Mas! Kamar ini sudah cukup bagi Angela, jangan memberinya kamar yang terlalu besar atau nanti dia malah kabur." Eliza mencoba bercanda.
Andra terpaksa mengalah, dia meninggalkan Angela di kamar itu membawa Eliza ke kamar mereka yang sudah dia persiapkan jauh-jauh hari. Angela masuk ke dalam kamar yang diberikan Andra padanya, saat membuka lemari pakaian betapa terkejutnya Angela menemukan lemari itu dipenuhi baju berkualitas tinggi.
Bukan hanya baju saja, ada juga tas dan sepatu yang Angela yakini mereka tidak akan mampu membelinya meski bekerja selama puluhan tahun. Disentuhnya oleh Angela barang-barang itu, bahannya sangat lembut, tidak ada jejak jahitan atau lem sama sekali.
Betapa Angela bersyukur diterima oleh Andra di sini, Angela bahkan tidak mengira akan mendapatkan kejutan ini bahkan sebelum ibunya menikah dengan Andra. Eliza diajak oleh Andra ke lantai bawah, di sana sama seperti Angela barang-barang untuk Eliza juga sudah disiapkan.
Eliza memeluk Andra erat sebagai bentuk rasa terima kasihnya, Eliza bahagia bisa menjadi bagian hidup Andra setelah semua kepahitan yang dijalaninya dengan Angela.
"Terima kasih telah menerimaku dan Angela di sini, aku sangat bahagia dengan semua ini." Eliza meneteskan air mata bahagia atas apa yang didapatkannya dari Andra.
Andra mengangguk, dibalasnya pelukan itu tidak kalah erat. Jika bukan karena terhalang restu orang tua sejak lama Andra menikahi Eliza, sayang sekali orang tuanya melarang hubungan mereka hingga Eliza menghilang dan dia menikah dengan orang pilihan ayahnya.
0o0
Sudah hampir tiga Minggu Eliza tinggal di rumah Andra tapi tidak satu pun wujud dari putra Andra yang terlihat. Pada akhirnya Eliza dan Angela memilih diam dan melupakan tentang janji temu mereka dengan anak-anak Andra.
Angela akan lebih sibuk belajar di dalam kamar agar bisa mendapatkan nilai bagus untuk membuat Eliza bangga pada dirinya, dia hanya akan keluar sesekali dari kamar itupun ketika Eliza dan Andra berada di rumah.
"Ayah dan Ibu akan kemana?" tanya Angela penasaran saat melihat Andra dan Eliza terlihat rapi pagi ini.
Andra dan Eliza memilih menikah setelah anak-anak Andra pulang ke rumah, meski begitu peralatan milik Eliza sudah bertumpuk di dalam rumah Andra. Semua barang-barang yang menurut Andra bagus akan dibelinya untuk Eliza dan juga Angela, meski Angela kerap menolak barang-barang mahal itu, Andra tetap kekeh membelikan Angela berbagai baju dengan merek ternama.
"Ibu akan menemani Ayah Andra pergi bekerja Sayang! Ayah bekerja jauh dan butuh seseorang untuk membantu dan menolongnya." Eliza tersenyum seraya mengelus lembut rambut Angela
Entah kenapa Angela merasa berat melepas kepergian Eliza dan Andra kali ini, tidak seperti biasanya ketika mereka berangkat ke luar negeri bersama. Rasanya seperti ada sesuatu yang akan memisahkan mereka, Angela memegang tangan Eliza erat, hatinya terasa begitu tidak tenang dan gelisah.
"Angela tidak perlu takut, kakak kedua Angela, Kelvin akan kembali hari ini jadi Angela akan ada teman di rumah. Ayah sudah mengirimkan foto Angela pada kedua kakak Angela." Andra yang tahu kegelisahan Angela mencoba membujuk Angela agar tidak banyak berpikir.
"Apa Kak Kelvin menerima Angela?" tanya Angela dengan antusias dan penuh harap.
Angela bahkan melupakan rasa gelisah yang menyerang dirinya, bagi Angela diterima oleh anak-anak Andra adalah suatu keharusan demi hubungan ibunya ke depan.
Semua terlihat dari binar dan raut wajah Angela yang berseri-seri.
"Dia sangat senang dan antusias. Dia bahkan bahagia dan sangat ingin segera pulang ke sini." Andra mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother I Hate You
RomanceSedang dalam tahap revisi 🙏🙏🙏 follow author dulu sebelum membaca, biar author tahu kalau yang suka ceritanya banyak, cerita belum direvisi. Aku menjadi budak nafsu kedua kakak tiriku hanya untuk bisa bertahan hidup.