Angela meringis menahan rasa sakit yang begitu menusuk tubuhnya, badannya serasa remuk dan terbelah dua. Permohonan Angela sama sekali tidak didengarkan oleh Alvin sebab saat ini yang ada dipikirannya adalah kesenangan dan kepuasan.
Alvin tampak begitu menikmati kegiatan yang tengah dilakukannya. Alvin bahkan melakukan berbagai mengikuti gairahnya tanpa melepas ikatan erat di tangan Angela sedikitpun.
Angela pasrah menerima semua keadaan yang harus dilaluinya malam ini. Dia tidak sanggup untuk melawan dan menolak semua keinginan Alvin, rasa perih di tangannya bahkan terasa sampai ke ulu hati namun diabaikan Angela kali ini.
Hanya ada air mata dan juga rintihan kesedihan sesekali terdengar saat Alvin mengubah posisi tubuhnya secara paksa. Hingga akhirnya Angela pingsan dan jatuh tertidur ketika masih dipaksa oleh Alvin yang sedang diliputi semangat.
Alvin menatap wajah pucat Angela, ada kepuasan yang terlihat di wajahnya saat melihat noda merah bercampur putih yang keluar melewati celah rahasia milik Angela hingga jatuh di pahanya. Alvin berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu berbaring di samping Angela untuk menghilangkan lelah tubuhnya.
Petir yang menyambar diluar masih terlihat menerangi kamar, tetesan hujan yang jatuh masih bisa dilihat dari sela kain yang dibawa terbang oleh angin. Sebelum memasuki alam mimpi masih terlihat sebuah senyuman di bibir Alvin.
Suara kicau burung terdengar memasuki telinga, daun-daun tampak bergoyang diterpa angin. Rumput di tanah masih terlihat basah menyisakan bukti hujan dan kegiatan Alvin semalam, tampak sengaja ingin membangunkan pasangan yang masih terlelap itu suara burung makin keras setiap kali mereka berkicau.
Pagi kali ini Angela terbangun dengan tubuh yang masih dibalut selimut, sebuah tangan melingkar di perut Angela seperti ular yang sedang melilit mangsanya hingga mati kehabisan napas. Kurang nyaman karena panas yang dikirimkan tubuh di sebelahnya Angela berusaha menggerakkan tubuhnya menjauh.
"Ini menyakitkan sekali," rintih Angela kesakitan saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya secara perlahan.
Angela mencoba menggeser tubuhnya namun ikatan kuat di tangannya menyadarkan Angela akan hal kelam yang terjadi kemarin malam. Angela seketika menjadi panik apalagi saat mengetahui dirinya berada di kamar lain sekarang.
"Diamlah," perintah Alvin yang merasa terganggu dengan gerakan Angela.
"Aku mohon lepaskan aku," pinta Angela memelas saat mendengar suara serak Alvin yang berbaring di sebelahnya.
"Tidurlah lebih dulu! Nanti aku akan melepaskanmu," bisik Alvin kembali memejamkan matanya.
"Aku merasa lengket dan gerah," lirih Angela perlahan dengan suara seperti bisikan.
Angela takut jika dia banyak bicara maka Alvin akan marah dan membentaknya lagi seperti semalam.
"Sebentar lagi saja, aku masih lelah dan mengantuk. Aku tidur tengah malam tadi asal kau tahu saja?" ujarnya pada Angela dengan suara lembut namun terasa dingin di telinga Angela.
Angela akhirnya memilih diam dan mencoba menutup matanya hingga akhirnya ia terlelap kembali.
Pukul 10 Angela kembali terbangun dan menemukan Alvin masih terlelap sembari memeluk erat tubuhnya. Di saat bersamaan Alvin membuka mata dan menemukan bahwa Angela juga terbangun di dalam pelukkannya.
"Kau sudah bangun?" tanya Alvin.
"Hmmm," jawab Angela diiringi anggukan kepala.
Alvin bangkit perlahan dan mencoba melepaskan ikatan di tangan Angela yang meninggalkan jejak memar ungu dan luka berdarah. Angela meringis merasakan sakit yang begitu menyiksa pada tangan dan tubuhnya.
Apalagi pada bagian bawah tubuhnya yang terasa terbelah, Alvin di sisi lain tampak tidak peduli dengan apa yang Angela rasakan.
Melihat tubuh tanpa busana Alvin, Angela kembali memejamkan mata, rona merah samar muncul di pipi putih miliknya.
Alvin mengangkat Angela menuju ke kamar mandi dan meletakkannya ditepi bak mandi besar yang berada di kamarnya.
Risih, Angela mencoba menutupi tubuhnya yang menunjukkan bekas kegiatan mereka tadi malam dengan tangan mungil miliknya.
"Untuk apa kau tutupi! Toh aku sudah melihat semuanya dengan jelas tadi malam," tutur Alvin santai tanpa memperhatikan raut wajah Angela yang memerah malu.
Alvin menyesuaikan hangat air di dalam bak mandi sebelum memasukkan Angela ke dalamnya.
"Aku bisa sendiri," ujar Angela saat melihat Alvin mengambil sabun mandi dan hendak memandikan dirinya.
"Diam dan nikmati saja apa yang aku lakukan!" perintah Alvin lagi, kali ini dia terus mengambil sabun dan menggosok tubuh Angela hingga suara rintihan Angela terdengar mengalun lembut di dalam sana.
Alvin dengan sengaja menyusuri titik-titik sensitif Angela untuk memancing hasrat Angela bangkit kembali.
"Uhh, jangan di sana!" tolak Angela sembari menjauhkan tangan Alvin dari tubuhnya.
Bukannya menjauh Alvin terus memasukkan satu jarinya ke dalam tempat milik Angela sebelum menambahkan dua jarinya lagi dan menggerakkannya secara cepat.
Tubuh Angela langsung bereaksi akibat tindakan Alvin.
Putik merah jambunya kembali mencuat ketika satu tangan Alvin ikut bermain dengan bagian tepi bukit kembar Angela.
"Susah kak," desah Angela sembari berusaha mendorong tangan Alvin menjauh.
Alvin ikut masuk ke dalam bak mandi dan membuka lebar kedua kaki Angela untuk memaksa dirinya masuk ke tempat itu lagi.
Alvin bergerak maju mundur dengan cepat sembari masuk kian dalam dan makin dalam lagi ke tubuh Angela. Angela merintih menahan desakkan yang diberikan Alvin padanya, tanpa sadar tangan Angela mengalun di leher Alvin agar dirinya tidak terbentur dinding bak mandi.
Ritme kecipak air akibat tindakan mereka membuat lantai yang tadinya kering menjadi basah akibat gerakan mereka di dalam air.
Setelah sekali pelepasan Alvin mengeluarkan miliknya dari milik Angela yang terlihat lelah lagi.
"Berendamlah dulu," perintah Alvin sembari keluar dari air dan mengambil handuk di balik lemari khusus yang ada di kamar mandi.
Alvin menutup pintu kemudian menekan sesuatu di samping tempat tidur.
"Bersihkan kamarku dan ganti dengan seprai berwarna putih bersih bukan warna hitam seperti biasa," perintahnya kemudian setelah menekan tombol itu.
Alvin mengambil baju Angela yang bertebaran dan membawa baju itu ke kamar mandi tempat Angela berendam tadi.
"Sudah lebih baik?" tanya Alvin saat melihat Angela masih memejamkan mata.
"Sudah, aku ingin ke kamarku!" pinta Angela dengan suara lembut sembari berusaha bangkit dari bak mandi.
"Di luar ada pelayan yang sedang membersihkan kamarku jika kau ingin disebut sebagai penggoda kakak tirimu sendiri sih tidak masalah," jawab Alvin enteng sembari masuk ke dalam bak mandi kembali.
Kata-kata itu terdengar kasar dan menjijikkan, Angela menundukkan kepala mendengar perkataan Alvin. Sakit hati, tentu saja dia merasakan semua itu namun dia bisa apa menghadapi Alvin yang memiliki kuasa dan kekayaan.
Kasta mereka jauh berbeda dan Angela tahu perbedaan antara orang kaya dan orang miskin yang memiliki kuasa dan tahta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother I Hate You
RomanceSedang dalam tahap revisi 🙏🙏🙏 follow author dulu sebelum membaca, biar author tahu kalau yang suka ceritanya banyak, cerita belum direvisi. Aku menjadi budak nafsu kedua kakak tiriku hanya untuk bisa bertahan hidup.