32

3.7K 154 4
                                    

Angela tidak menjawab pertanyaan itu sebagai gantinya Angela memandang wajah Alena dengan keingintahuan yang semakin lama semakin membuncah. Ada kata-kata yang tidak mampu ia ucapkan meski beberapa kali bibirnya bergerak hendak melontarkan pertanyaan demi pertanyaan.

Air mata Alena jatuh dalam keheningan yang sunyi itu, selain deru nafas yang mengambang di antara keduanya hanya ada gerakan mata. Alena menangis semakin sedih saat Angela hanya menggerakkan sedikit kepalanya dan memandang Alena dengan kepala miring ke kiri.

"Anakku yang malang," teriak Alena sedih saat dia tidak mendapatkan tanggapan dari Angela.

"Anak?" tanya Angela bingung.

Angela terlihat berpikir keras dan perlahan air matanya yang menetes sedari tadi tanpa suara juga berhenti mengalir.

"Aku bukan anakmu! Ibuku sudah meninggal karena kecelakaan, apa kau mengalami depresi atau semacam penyakit lainnya?" tanya Angela dengan penolakan yang begitu jelas.

Alena yang dihadapkan dengan pertanyaan Angela semakin menangis dengan keras. Bahu Alena bergetar semakin kuat saat Angela benar-benar tidak ingin mengakui dirinya sebagai wanita yang telah mengandung dan melahirkannya ke dunia ini.

"Apakah aku menyakitimu? Baiklah-baiklah! Aku putrimu, berhentilah menangis!" suruh Angela dengan nada seperti menghibur anak kecil.

Angela menepuk punggung Alena dengan penuh kelembutan dan kasih sayang sama seperti ibunya membujuk Angela ketika menangis. Alena yang diperlakukan seperti itu oleh putrinya tidak bisa berkata-kata lagi.

Albert yang mendengar tangisan ibunya juga menuju ke kamar Angela dan menemukan pemandangan yang begitu indah. Cara Angela membujuk ibu mereka lebih seperti membujuk anak kecil berhenti menangis.

Albert tersenyum dan memasukkan kedua tangannya ke kantong celana miliknya dan berbalik menuju ke dapur untuk melanjutkan acara memasak Alena. Albert tidak ingin mengganggu suasana khusuk itu hingga memilih untuk membiarkan semua berjalan sesuai arus takdir.

Alena tidak tahu harus berbuat apa, setelah berhasil menghentikan tangisnya Alena menegakkan tubuhnya untuk melihat wajah Angela yang masih pucat.

"Ya, aku kehilangan putriku! Suamiku yang aku berikan kepercayaan memberikan putriku pada wanita yang ia cintai dan berbohong padaku kalau anak itu meninggal setelah dilahirkan." Alena mengakui semua itu dengan suara bergetar.

Mendengar pernyataan perempuan di depannya Angela merasa sedih. Akan tetapi Angela segera sadar saat melihat umur wanita yang sedang ia bujuk dengan lembut itu 'Bagaimana mungkin ada seorang wanita tua melahirkan bayi kecil ketika berumur?' pikir Angela di dalam hati.

Melihat keraguan di mata cantik Angela yang berputar-putar dan menilai dirinya Alena tidak tahu harus tertawa ataupun menangis. Alena memperbaiki posisi duduknya hingga bisa melihat lebih jelas wajah kecil Angela yang cantik.

"Itu terjadi beberapa tahun yang lalu tapi aku, aku baru saja mendapatkan kebenarannya kemarin. Aku merasa hancur dan ingin pergi, ketika aku melihatmu di ranjang adikku aku merasa kau seusia anakku. Itu sebabnya aku memanggil dirimu anakku!" jelas Alena dengan pelan agar tidak menimbulkan kecurigaan Angela.

"Siapa namamu gadis kecil?" tanya Alena lembut.

Alena mengambil tangan putih Angela dan menggenggamnya dengan erat seolah ia masih bermimpi dan menolak untuk bangun.

Angela yang melihat penderitaan wanita di depannya juga ikut merasa sedih. Tanpa sadar tangan Angela bergerak sendiri dan menghapus air mata di pipi Alena.

"Angela, Bibi! Maaf mengecewakan dirimu tapi aku mempunyai Ibu yang begitu mencintai diriku jadi tidak mungkin kalau aku adalah anakmu. Ibu berkata kalau Ayah meninggalkan kami karena Ayah menikah dengan wanita penggoda." Angela terlihat benci saat mengatakan itu semua.

"Tahukah Bibi karena ulah wanita jahat itu aku tidak bisa mendapat kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuaku. Aku juga tidak mendapatkan cinta yang cukup dari Ibuku karena Ibu harus bekerja siang dan malam agar aku bisa bersekolah dan makan secukupnya." Angela terlihat marah.

Alena menggelengkan kepala ketika mendengar cerita yang disampaikan oleh Angela. Jejak kesedihan yang mendalam di mata indah Alena membuat Angela merasakan ada tangan tidak kasat mata meremas jantungnya. Membuat Angela ikut sedih dan kembali tanpa Angela sadari tangannya terangkat untuk menghapus air mata Alena.

"Kenapa Bibi begitu cengeng?" tanya Angela dengan suara muram penuh kebingungan.

"Apa kau tidak bertanya pada orang lain tentang cerita lainnya?" Alena menatap mata indah Alena.

Angela yang mendengar ucapan Alena terlihat berpikir dengan serius sebelum kepalanya akan bergerak ke bawah seolah mengangguk tapi kemudian Angela menggeleng dengan cepat.

"Aku tidak akan mendengar apa yang mereka ucapkan. Mereka terus mengejek aku anak liar yang lahir tanpa ayah. Kadang mereka akan melemparkan sebuah telur busuk, kadang mereka akan mengucapkan kata-kata menyakitkan yang menikam hatiku dan kadang mereka akan terlihat mengasihaniku seolah aku adalah sebuah kesalahan."

Angela mengutarakan apa yang ia rasakan selama ini. Apa yang ia tahan tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun pada Eliza takut melukai hatinya.

###

Aku up sekarang karena besok enggak akan sempat. 🙏🙏🙏🙏

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang