43

2.4K 149 5
                                    

Pagi ini Alena memasak dengan raut wajah bahagia, dipikiran Alena adalah bagaimana membuat Angela makan dengan banyak hingga kandungannya sehat. Alena melakukan semua itu dengan penuh cinta, punggungnya yang menghadap ke pintu dapur memberikan Albert ketenangan pikiran.

Albert memperhatikan apa yang Alena kerjakan dengan senyuman yang tidak pernah hilang di bibirnya, kelembutan serta cinta yang begitu besar di dalam mata Albert membuat siapa saja akan merasa cemburu.

Angela di sisi lain masih tertidur dengan nyenyak, tidak satupun dari Alena maupun Albert berniat untuk membangunkan Angela. Saat Albert masih sibuk memperhatikan Alena ketukan di pintu rumahnya terdengar menganggu.

Kesal, marah sekaligus benci dirasakan Albert. Dengan langkah kaki tergesa-gesa Albert mempercepat  langkahnya menuju ke pintu masuk utama rumahnya yang besar dan kokoh. Seolah tidak sabar ketukan di pintu tidak berhenti sama sekali, kekuatan yang digunakan bahkan membuat Albert takut pintu rumahnya akan bolong.

"Sabarlah sedikit," ucap Albert marah saat ia berhasil membuka pintu.

Di depan Albert saat ini ada Alvin dengan tangan memegang dokumen. Wajah Alvin terlihat layu dan lelah, jelas kalau dia tidak beristirahat dengan baik tadi malam. Albert melihat jam yang terletak indah dipergelangan tangannya, di sana menunjukkan pukul enam tiga puluh.

Sebelah alis Albert terangkat, Albert tidak mengira Alvin akan melakukan semuanya secepat ini tanpa berpikir dua kali.

"Ini masih pagi, Angela masih tidur dengan nyenyak tidak ada yang boleh membangunkannya. Datanglah lagi saat dia sudah bangun," tolak Albert cepat sembari mencoba menutup pintu kembali.

Alvin menolak, ia mempertahankan tangannya di gagang pintu dengan kaki menahan agar pintu tidak tertutup lagi. "Izinkan aku masuk! Aku berjanji tidak akan menganggu tidur Angela, aku hanya ingin melihat dirinya saja," mohon Alvin mengiba.

Sungguh, rindu yang Alvin rasakan sudah tidak tertahankan lagi. Jika tidak, kenapa ia bergegas ke sini hanya untuk memperlihatkan dokumen pembalikan nama atas hartanya sepagi ini.

Albert terlihat tidak sabar, ingin sekali Albert mengusir Alvin dengan kekerasan sebelum suara lembut Alena terdengar dari belakang Albert.

"Biarkan dia masuk, ada yang Ibu sampaikan padanya. Berhentilah mempersulit dia, apa kau tidak kasihan pada adikmu?" tanya Alena tidak suka.

Alena menarik Albert ke belakang hingga tangannya terbebas dari pintu, Alvin pun tidak mensia-siakan kesempatan itu segera, Alvin menerobos masuk ke dalam rumah. Alena melihat Alvin menilai dari atas ke bawah sebelum mengangguk puas dengan senyuman di bibir.

"Duduklah, aku tidak akan mengundangmu makan karena kau belum menjadi keluarga kami. Kau bisa menunggu selagi kami sarapan," tunjuk Alena pada sofa ruang tamu mereka.

Alvin mengangguk senang, ia memberikan senyum terbaik pada Alena sebagai bentuk terima kasih atas dukungan yang Alena berikan padanya," terima kasih Ibu mertua," ujar Alvin lembut penuh dengan rasa syukur.

Alvin duduk di kursi yang ditunjuk Alena tadi, ia meletakkan dokumen peralihan nama di atas meja sembari bermain dengan ponselnya. Mengabaikan kemarahan Albert atas sikap tidak sopan yang ia perlihatkan.

"Kenapa Ibu mengizinkan dia masuk? Dia ingin mencuri Angela kita, Ibu? Waktu kita bersama Angela sangat sedikit dan dia akan pergi dari kita," todong Albert dengan nada tidak suka di depan Alvin.

Alena menggelengkan kepalanya atas sikap Albert, Alena tahu Albert sangat menyayangi Angela tapi mau bagaimana pun mereka tidak bisa mempertahankan Angela di sisi mereka selamanya.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang