39

2.7K 153 7
                                    

Lama Friska memeriksa keadaan Angela hingga akhirnya ia mengembalikan peralatan yang digunakannya ke dalam tas yang tadi ia bawa.

"Dimana suaminya?" tanya Friska pada Alena dan Albert yang senantiasa menemani Angela di dalam ruangan selama pemeriksaan berlangsung.

"Suami?" tanya Albert dan Alena serempak bingung. "Untuk apa, Dok?"

"Dia saat ini tengah hamil dan butuh perawatan ekstra dari suaminya. Anak muda zaman sekarang memang aneh, ada masalah langsung lari ke rumah. Padahal masalah bisa diselesaikan dengan cara baik-baik," keluh Friska, ia mengambil kertas putih di dalam tas.

Albert terlihat marah, tangannya tergenggam erat hingga kukunya masuk ke dalam kulit dan darah segar juga ikut ke luar dari sana. Alena sebaliknya, ia terpaku dengan mata berkaca-kaca menatap iba pada Angela yang sedang terbaring.

"Nak," bisik Alena pilu.

Air mata Alena jatuh dengan sendirinya, Alena merasa jantunnya ditikam oleh pisau yang begitu tajam. Perih, sakit dan tak tertahankan menyebabkan Alena tidak tahu harus berkata apa.

"ini resepnya! Pastikan dia meminum vitamin ini bahkan nanti ketika kondisinya sudah stabil pastikan ia dijaga. Bayinya masih rentan sebab ini baru satu bulan." Friska menyerahkan resepnya pada Albert yang lebih dulu tersadar.

"Mari saya antar ke luar, Dok!" Albert berjalan lebih dulu.

Ia menuju ke pintu dengan langkah tenang. Friska tidak merasa ada yang salah pada Albert dan Alena memohon izin pergi. Setelah pintu ditutup barulah Albert berteriak murka dengan kemarahan luar biasa.

Albert melempar barang-barang yang ada di ruang tamu untuk melampiaskan kemarahan yang ia rasakan.

"Kenapa bisa begini, Tuhan? Aku baru saja menemukan adikku dan dia masih menjalani hari-hari yang menyedihkan meski telah bersamaku. Dia masih harus kuliah, masih bisa menikmati waktu untuk bermain tapi kenapa? Kenapa ia malah hamil?" teriak Albert frustasi.

Di dalam kamar Alena malah menangis dalam diam tanpa suara. Air mata Alena jatuh, kesedihan yang luar biasa menikam hatinya, meremukkan jantungnya. Paru-paru Alena terasa sesak, ia kesulitan untuk bernafas.

"Kenapa nasibmu begitu malang, Sayang? Kau harus menjalani kejadian yang begitu pahit seperti ini, kau mengalami masalah, dipisahkan dengan sengaja dari ibumu ini dan sekarang kau hamil dan harus membuat masa bersenang-senangmu hilang." Alena berbisik sedih.

Dengan lembut Alena mengusap rambut Angela, mencurahkan cinta yang selama ini tidak bisa ia berikan pada Angela. Alena patah hati, bukan karena luka yang dia dapatkan dari Anton tapi karena nasib malang yang diterima putrinya.

Angela akhirnya sadar setelah lama tertidur, ia melihat sekeliling ruangan dan menemukan kalau saat ini ia tengah tidur di kamarnya yang disiapkan oleh Albert.

Alena masih setia menemani Angela, saat ini Alena sudah menghentikan tangisnya dan mencoba untuk tersenyum setulus mungkin.

"Aku kenapa Bibi?" tanya Angela pada Alena.

Angela mencoba untuk duduk akan tetapi rasa lemah yang masih tersangkut di tubuhnya membuat Angela merasa tidak mampu sekaligus tidak nyaman.

"Kau kelelahan, banyak pikiran dan juga ...." Alena tidak sanggup melanjutkan.

Angela yang melihat dan mendengar pernyataan terputus Alena mengernyit bingung.

"Aku kenapa Bibi?" Angela penasaran dan butuh jawaban.

"Kau hamil, siapa ayah anak itu Angela?" tanya Alena mengiba.

Alena sedih, air matanya kembali jatuh tanpa bisa ia cegah. Alena memegang tangan Angela, entah untuk menguatkan Angela atau malah menguatkan dirinya sendiri.
##

Maaf telat up, beberapa hari ini sakit gigi dan enggak mau sembuh. Cuman bisa nangis dan minum obat, obat habis sakitnya kambuh lagi😭😭😭😭

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang