4. Ibu Ingin Menikah

26.6K 326 5
                                    

Angela Pratama Putri adalah nama yang diberikan ibunya pada Angela, sejak kecil Angela tidak pernah bertemu dengan sosok laki-laki bernama Ayah, ibunya lah yang membesarkan Angela seorang diri. Angela sekarang sedang mengenyam bangku perkuliahan, dia baru saja memasuki jenjang pendidikan itu selama satu tahun.

Biasanya ibu selalu pulang malam demi bekerja menghidupi Angela dan juga semua kebutuhan mereka. Kadang Angela suka mengatakan padanya untuk mencari suami agar beliau tidak perlu repot-repot bekerja pontang-panting demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kami.

Namun setiap kali Angela bertanya, beliau selalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Tapi sebentar ini, Angela mendengar beliau bertanya tentang bolehkah dia menikah lagi?

Hati Angela terasa begitu senang, ada kembang api yang meledak di kepala dan hatinya, Angela selalu berpikir jika ibunya menikah lagi maka beliau tidak perlu untuk bekerja serabutan. Beliau bisa beristirahat dan bersantai di rumah merawat diri dan memberikannya adik untuk bermain.

"Sayang, apakah kamu benar-benar ingin Ibu menikah lagi?" tanya ibunya dengan air mata berlinang.

Tangan keriput dan kasar itu menyentuh pipi Angela dengan lembut sembari menghapus air mata yang jatuh di pipi Angela. Dengan penuh kasih Ibunya merapikan rambut Angela yang tidak terikat itu kebelakang.

Angela langsung mengangguk sembari berkata tanpa berpikir lagi, "Iya, Bu! Aku sangat ingin Ibu menikah lagi. Aku ingin punya saudara dan keluarga yang lain, aku ingin memiliki seorang Ayah ataupun saudara."

Angela memegang tangan ibunya dengan air mata mengalir dengan cepat, Angela menggenggam tangan itu erat akibat rasa senang yang datang menyentuh hatinya.

Akhirnya, akhirnya ibu Angela mau menikah lagi. Angela berharap dengan ibunya menikah maka ibunya bisa beristirahat di rumah dan dia tidak akan mendengar orang-orang menggunjingkan ibunya lagi di sana-sini karena selalu bekerja siang dan malam.

Beliau tidak perlu kelelahan lagi, ibunya bisa menemani Angela lebih lama dari biasa serta bisa mendengar keluh kesah yang Angela rasakan setiap malamnya.

"Baiklah, sekarang kamu berangkat ke sekolah nanti siang Ibu akan mengajak kamu pergi bertemu dengan calon Ayah baru kamu. Ibu harap pria itu sesuai dengan apa yang kamu inginkan!" Ibu Angela tersenyum sembari menghapus air mata Angela yang jatuh tanpa Angela sadari.

"Oke, aku pergi berangkat ke kampus sekarang juga. Ibu harus istirahat dan jangan kemana-mana ya, Bu! Aku sayang Ibu," ujar Angela penuh semangat.

Hilang sudah rasa gundah tadi malam, bahkan karena kebahagiaan itu Angela lupa kalau tadi malam dia begadang karena memikirkan permasalahan yang menimpa ibunya.

Angela mencium pipi ibunya tanpa menghabiskan sarapan, rasa kenyang ketika mendapatkan kabar gembira itu membuatnya tidak ingin makan lagi. Angela bahkan dengan penuh semangat berjalan menuju ke halte agar bisa menaiki bus untuk sampai ke kampusnya, senyuman di bibir Angela juga tidak menghilang sedikitpun.

"Eh inikan anak haram itu ya? Tumben ya, sudah beberapa hari ini Ibunya tidak menjual diri lagi, apa sudah dapat karma atau sudah mendapatkan laki-laki yang bisa menafkahi mereka?" Suara sumbang penuh ejekan itu terdengar memasuki telinga Angela.

Di depan gang sebelum sampai di halte beberapa ibu-ibu tengah duduk bersama sembari tersenyum dengan wajah mengejek ke arah Angela. Di depan mereka ada tukang sayur keliling yang sedang berhenti karena ada orang yang membeli dagangannya.

"Iya, mungkin dia sudah tobat karena mendapatkan karma. Kalau kaya sih enggak mungkin ya, bagaimana mungkin dengan menjual diri dia bisa mendapatkan kekayaan? Palingan ada lelaki bodoh yang menawarkan diri dengan imbalan bisa menyentuh anaknya juga." Tawa mereka pecah setelah mengatakan itu.

"Lihat pakaian lusuh yang dikenakan anaknya! Tidak ada kelas sama sekali, anaknya juga tidak memiliki sopan santun, ya maklum saja kan tidak ada yang mengajari jadinya seperti itu." Ibu dengan daster berwana merah terang berbicara dengan gaya seperti mengukur Angela dari atas ke bawah.

Angela tidak menggubris semua itu, bagi Angela hal ini sudah biasa dia dengar. Bahkan yang lebih kejam dari ini pun pernah dia alami, Angela sudah merasa dirinya kebal terhadap hinaan dan cacian yang diberikan orang-orang di sekitarnya.

Kalau dulu, dia akan menangis tersedu-sedu di sudut ruangan sembari menekuk lutut dan menyembunyikan wajahnya. Sekarang dia sudah tidak merasa takut lagi mendengar hinaan itu, Angela merasa orang-orang itu hanya iri dan tidak tahu dengan perjuangan ibunya.

Sesampainya di kampus, Angela berjalan menuju ruang kelasnya, ia duduk di bangku yang telah menjadi tempat duduknya selama beberapa lama ini. Angela mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya lalu membaca buku itu dengan teliti.

"Kau kelihatan senang?" tanya Rita sahabat Angela dari belakang, gadis seumuran Angela itu duduk di sebelah Angela sembari memandang wajah cantik Angela.

Di wajah Rita tertulis jelaa raut kebingungan, satu alisnya terangkat ke atas sedangkan tangannya memegang kening nampak berpikir.

"Iya, sebentar lagi aku akan punya Ayah. Ibu tidak perlu repot-repot bekerja lagi dan beliau tidak perlu bekerja hingga larut malam tanpa istirahat." Angela menjawab Rita dengan senyuman tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku.

"Kalau kau dapat Ayah tiri pemalas bagaimana? Kalau anak-anak pria itu tidak menerimamu bagaimana?" tanya Rita bertubi-tubi pada Angela.

Rita yang ibunya sering berganti suami memang pernah mengalami berbagai kasus, seperti hampir dilecehkan oleh ayah tirinya, ibunya dipukuli dan ayah tiri yang pemalas. Itu sebabnya Rita khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Angela yang tidak pernah mengalami keadaan seperti dirinya.

Seketika Angela langsung terdiam, Angela tidak pernah memikirkan semua ini. Baginya, ibu saja yang diterima sudah cukup, Angela tidak butuh diakui karena dia tahu beban ibunya terlalu berat selama ini. Angela hanya tidak ingin menjadi beban ibunya untuk mendapatkan kebahagiaannya sendiri, dia tidak ingin menjadi penghalang.

"Tidak mungkin Ibuku salah memilih, beliau pasti memilih yang terbaik. Kalau tidak kenapa beliau harus menunggu begitu lama?" tanya Angela pada Rita dengan senyuman.

Angela melanjutkan membacanya dengan santai meski di hatinya tercipta sedikit keraguan, apa yang dikatakan Rita membuat hatinya bertanya-tanya. Bagaimana jika dia tidak diterima? Bagaimana jika lelaki itu mengajak ibunya pergi tanpa membawa dirinya?

Rasa takut tumbuh di hati Angela, dia yang terbiasa bersama ibunya sejak kecil tentu tidak ingin berpisah dari sang ibu. Tapi di lain sisi dia tidak ingin menjadi perusak kebahagiaan ibunya, Angela gelisah, dia tidak sabar bertemu dengan lelaki itu untuk melihat seperti apa sikapnya.

Sepanjang kuliah Angela kehilangan fokusnya, dia berada di dalam ruangan tapi pikirannya berkelana ke sana-kemari.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang