3. Keanehan Ibu

33.7K 427 6
                                    

Tiga bulan sebelum keperawanan Angela direnggut.

Sudah satu minggu ibu Angela selalu pulang lebih awal, Angela merasa ada sesuatu yang berubah terhadap tingkah laku yang diperlihatkan ibunya. Tidak biasanya beliau akan di rumah seperti ini, beliau akan pergi keluar dan pulang pada malam hari dan terkadang beliau tidak akan pulang dan hanya menitipkan jajannya pada tetangga mereka.

"Ibu, apakah ibu baik-baik saja?" tanya Angela dengan raut wajah khawatir.

Angela menatap wajah termenung ibunya, Angela sungguh tidak mengetahui apa yang terjadi hanya saja dia takut ibunya mendapatkan masalah dan tidak bisa menyelesaikan masalah itu dalam waktu dekat.

"Hah, Ibu tidak apa-apa Sayang!" jawab ibu Angela cepat dengan senyuman manis.

Gerak-gerik yang dilakukan oleh beliau terlihat sangat mencurigakan, Angela yakin ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh ibunya dan ibunya tidak mau berbagi masalah itu.

Angela yang melihat raut lelah di wajah cantik ibunya pada akhirnya memilih mengalah dan diam. Angela memasuki kamarnya setelah melihat sang ibu masuk pula ke dalam kamarnya tanpa berbicara lebih lanjut tentang masalah yang menimpa dirinya.

Angela tahu ibunya letih dan butuh istirahat. Selama ini beliau bekerja membanting tulang demi membuatnya tetap hidup dan bisa menikmati pendidikan seperti anak-anak lainnya yang ada di situ. Ibunya selalu pergi di pagi hari dan pulang di malam hari hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua sehari-hari.

Kadang beliau akan pulang dengan luka lebam di sudut bibirnya seperti habis dipukuli oleh seseorang, kadang dia tidak akan pulang malam itu dan hanya memberikan kabar lewat temannya yang kebetulan merupakan tetangga dekat rumah mereka.

Kadang Angela ingin ibunya menghentikan pekerjaan yang tengah ia geluti itu namun Angela takut ibunya akan menolak lalu menangis sedih seperti Angela waktu kecil dulu.

Angela tidak ingin melontarkan pertanyaan karena dia takut apa yang keluar dari bibirnya akan menyakiti hati ibunya yang tulus mencintai dan menyayangi dia sepenuh hati.

Malam itu Angela terus memikirkan penyebab ibunya berdiam diri di rumah dan bahkan mengurung diri di kamar, ibunya hanya akan keluar untuk makan saja setelah itu batang hidungnya tidak terlihat lagi.

"Apa Ibu sedang memiliki masalah dengan teman tempatnya bekerja atau Ibu ada masalah dengan bosnya? Kenapa Ibu tampak sedang banyak berpikir, Ibu bahkan tidak tersenyum seperti biasa, Ibu juga tidak menyentuh kepalaku hari ini." Angela meletakkan tangannya di dagu dengan mata menatap ke arah luar jendela.

Rintik-rintik hujan yang turun tampak begitu indah dan memikat, sayangnya kenikmatan itu tidak dapat dirasakan semua orang karena suasana di sekitar tampak sepi. Embun yang tercipta di kaca membuat Angela bisa menulis sesuatu di kaca itu.

"Aku ingin membantu Ibu bekerja tapi Ibu tidak ingin aku berhenti kuliah, Ibu menginginkan aku menjadi seseorang yang sukses dan mampu membuatnya bangga. Ibu bahkan melarangku bekerja paruh waktu," keluh Angela dengan tangan menggambar seorang ibu dan anak yang sedang berpegangan tangan.

"Andai saja aku mempunyai Ayah bersamaku, Ibu tidak perlu bekerja siang dan malam seperti ini. Ibu akan bisa menemani diriku bermain dan juga aku tidak perlu merasakan kesepian setiap harinya." Di kaca paling jauh Angela menggambar sosok laki-laki yang melihat ibu dan anak itu dari jauh.

"Tapi pria tidak bertanggung jawab itu malah meninggalkan aku dan Ibu, dia membiarkan kami menderita dan dihina, karena dia tidak ada di sini aku menjadi cemoohan semua orang." Angela menyilang gambar laki-laki itu lalu menghapusnya dengan cepat.

Iri, tentu saja Angela merasa iri pada mereka yang memiliki sosok ayah bersama mereka. Angela juga ingin dipeluk oleh sosok itu, Angela juga ingin dimanja dan dicintai, dibelikan ini dan itu atau sekedar berjalan-jalan sore ke pantai.

Angela berjalan menuju ke tempat tidur kecil miliknya setelah ia menurunkan gorden untuk menutup jendela bening itu. Ia masih belum bisa memejamkan mata karena memikirkan masalah yang sedang menimpa ibunya, Angela lebih suka ibunya bekerja daripada mengurung diri di rumah tanpa banyak bicara seperti itu.

Angela akhirnya bisa tertidur setelah malam semakin larut dan suara jangkrik di luar sana semakin keras ditemani nyanyian kodok yang terus meminta hujan turun dengan lebatnya.

Paginya Angela terbangun dan menemukan ibunya tidak pergi bekerja seperti kemarin. Padahal beliau biasa pergi sebelum dia bangun dan berangkat ke kampus.

"Ibu cuti?" tanya Angela dengan raut wajah heran sekaligus bingung.

Pasalnya sesakit apapun ibunya, beliau tidak akan pernah mengambil libur atau istirahat. Ibunya akan terus pergi bekerja dan akan pulang setelah jam bekerja habis.

"Tidak, Ibu berhenti bekerja!" jawab ibunya cepat sebelum kembali melanjutkan menata sarapan.

Hal yang tidak pernah beliau lakukan semenjak beliau sibuk bekerja siang dan malam.

"Benarkah? Syukurlah, Ibu memang perlu istirahat dan menikmati hidup. Jangan terus-menerus memikirkan aku! Ibu juga harus memikirkan diri Ibu sendiri juga, aku tidak masalah jika Ibu ingin menikah lagi." Angela tersenyum sembari memperlihatkan giginya.

"Apakah kau benar-benar tidak marah jika Ibu menikah lagi sayang?" tanya ibunya dengan raut wajah tenang.

"Ya, aku sangat ingin mempunyai adik. Aku bosan sendirian di rumah tidak punya teman ataupun keluarga lainnya. Mereka tidak mau berteman denganku sama sekali." Angela memperlihatkan wajah sedihnya sekali lagi.

Matanya berlinang dengan kesedihan luar biasa. Karena tidak memiliki Ayah sejak lahir dia tidak dianggap oleh tetangga. Dia dikucilkan dan dibiarkan bermain sendirian.

Angela merasa sedih dan kecewa mengingat semua ucapan yang didengarnya dari tetangga ke tetangga. Angela sendiri enggan untuk bertanya lagi pada ibunya, dia takut nantinya pertanyaan itu akan kembali menyakiti perasaan ibu yang sudah mati-matian menjaga dan merawat dirinya dengan baik.

Ibunya terlihat sedih melihat wajah murung Angela. Dia tahu Angela sangat ingin tahu siapa orangtuanya tapi bagaimana bisa dia menceritakan siapa dan bagaimana dia bisa hadir di dunia ini.

"Angela janji tidak akan sedih lagi ya?" Ibunya tersenyum seraya membelai rambut panjang Angela dengan penuh kasih sayang.

"Angela janji, Angela benar-benar tidak ingin sendirian lagi, setidaknya dengan Angela memiliki Ayah maka Angela tidak akan dihina lagi." Angela menjawab dengan cepat dan lugas. Raut keyakinan di wajah Angela menegaskan kalau ia benar-benar ingin memiliki sosok itu.

Angela berharap dia bisa mengatakan pada orang-orang yang menghina ibunya kalau ibunya masih cantik dan memang banyak orang yang ingin bersamanya.

Angela dengan bahagia memeluk ibunya. Rasa haru dan senang menyentuh hati Angela membuatnya benar-benar tidak bisa berkata-kata.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang