Setelah meletakkan Angela di tempat tidur, Albert menyelimuti Angela, menyesuaikan suhu ruangan barulah melangkah ke luar kamar, sedangkan Alena setelah membukakan pintu ia memilih duduk di ruang tamu apartemen Albert.
"Apakah Ibu ingin tahu apa yang menyebabkan aku membenci Ayah begitu besar?" Albert berdiri di depan Alena dengan tangan di dalam kantong celana.
Albert berjalan ke sebelah kanan Alena dan duduk di sana.
"Berjanjilah kalau Ibu akan baik-baik saja setelah aku berbicara. Berjanjilah Ibu tidak akan menangis karena sekarang Ibu tidak sendirian lagi, ibu punya aku dan adikku sekarang." Albert mengambil tangan kanan Alena dan meremasnya.
Albert terlihat ragu-ragu dalam berbicara, sesekali helaan nafas terdengar saat Albert merasa gugup ketika akan mengucapkan kata demi kata.
"Katakan saja!" perintah Alena berusaha untuk bersikap kuat.
"Saat Ibu ke luar masuk rumah sakit karena kehamilan Ibu waktu itu, Ayah sering mengajakku bertemu dengan seorang wanita yang hampir seusia Ibu." Albert akhirnya bersuara.
Albert melirik Alena sekilas sebelum kembali melihat ke arah tangannya yang ia genggam di antara kedua kakinya.
"Aku berpikir kalau mereka hanya teman biasa sebab Ayah tidak pernah berbuat lebih jika di depanku saat kita bertemu. Akan tetapi saat itu ketika Ibu dirawat di rumah sakit menjelang melahirkan aku melihat Ayah menerima panggilan dan bersembunyi di tempat tidak terlihat dan aku mengikutinya."
"Saat itu aku mendengar Ayah mengatakan maaf dan mengatakan kalau dia mencintai orang yang menghubunginya itu. Apalagi aku mendengar dia menyebut nama wanita itu dengan penuh kasih sayang." Albert merasa marah dengan kebencian yang luar biasa di dalam hatinya.
Alena terdiam mendengar semua itu, rasa sakit menusuk hati Alena membuat Alena bahkan tidak sanggup untuk meneteskan air mata lagi. Alena merasa ada tangan yang tidak kasat mata meremas jantungnya.
"Awalnya aku kira semua cukup sampai di sana akan tetapi aku tidak menyangka kalau Ayah masih mencoba menemukan wanita itu berbulan-bulan kemudian." Albert begitu marah.
"Sudahlah, sekarang kita sudah tahu bagaimana sifat Ayahmu yang sesungguhnya. Selama ini dia hanya berpura-pura mencintai kita, lagipula sekarang kita sudah menemukan adikmu dan kita tidak akan lagi bertemu dengannya." Alena menepuk bahu Albert sebelum dengan cepat berdiri meninggalkan Albert.
Alena memasuki kamar tempat Angela tidur dan duduk di tepi tempat tidur mengusap rambut Angela dengan penuh kasih sayang. Alena menangis setelah melihat wajah Angela, hati Alena terasa hancur saat mengingat bagaimana penderitaan yang dilalui Angela di luar sana.
Di sisi lain Anton baru saja pulang dari bekerja. Rasa lelah masih menyelimuti tubuh Anton apalagi hari ini dia merasa ada sesuatu yang membuat ia begitu tidak nyaman dan gelisah.
"Sayang aku pulang," teriak Anton dari pintu masuk.
Hal ini adalah kebiasaan yang telah ia terapkan sejak lama setelah ia menikah dengan Alena. Anton mengernyit tidak senang saat kali ini panggilannya tidak disahuti siapapun sama sekali.
Anton membuka sepatunya dan mengganti dengan sendal rumah, setelah selesai mengganti sendal Anton melangkah lebih jauh ke dalam rumah, Anton berjalan menuju kamarnya mencari keberadaan Alena.
Saat membuka pintu kamar Anton langsung merasakan ada sesuatu yang berubah di kamar mereka. Anton memeriksa dengan teliti hanya untuk menemukan foto-foto dirinya bersama Alena tidak lagi terpajang di dinding kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother I Hate You
RomanceSedang dalam tahap revisi 🙏🙏🙏 follow author dulu sebelum membaca, biar author tahu kalau yang suka ceritanya banyak, cerita belum direvisi. Aku menjadi budak nafsu kedua kakak tiriku hanya untuk bisa bertahan hidup.