48

3.2K 117 2
                                    

Anton curiga hal ini dilakukan oleh Albert, tapi dia tidak punya bukti sama sekali. Anton berputar-putar di dalam ruangan itu beberapa kali, banyak hal yang dapat dia pikirkan namun tidak satu pun memberikan solusi yang baik.

Anton bingung harus berbuat apalagi dalam keadaan ini, dia tidak tahu di mana Albert menyembunyikan Alena. Di kala kalut menghampiri Anton sebuah pesan masuk membuatnya mengalihkan pandangan matanya.

Ternyata sebuah pesan dikirim oleh seseorang, isinya menyatakan dengan jelas kalau Rita berada di tangannya saat ini.

Mau bertukar kehidupan? Aku berikan kekasihmu kau berikan aku istrimu, adil bukan? Aku tahu kau tidak mencintai istrimu karena kau sangat mencintai wanita murahan ini kan? Kuberi waktu seminggu untuk berpikir sebelum jasadnya aku kirimkan padamu.

Isi pesan itu terdengar menakutkan, bulu kuduk Anton berdiri saat membaca pesannya, kakinya bergetar tidak terkendali hingga ia jatuh tanpa bisa menahan beban tubuhnya sedikitpun.

Anton berusaha berpikir dengan jernih, ia merasa kalau orang yang menahan Rita adalah orang didekatnya tapi dia tidak tahu siapa orang itu. Anton menekan tombol di telepon seluler itu, nomor yang ia tekan adalah nomor Albert.

Saat ia mendekatkan telepon itu ke telinga namun ternyata panggilannya dialihkan dan yang terdengar hanyalah suara sistem belaka.

"Anak sialan! Awas saja! Akan kubuat anak itu menyesal telah lahir ke dunia ini." Albert melempar telepon seluler itu secara sembarangan.

Di sisi lain, Albert menunggu Alvin di lantai bawah. Satu tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana sedangkan tangan lain memegang makanan.

Dia menunggu cukup lama hingga nyaris merasa bosan, saat akan beranjak pergi Albert melihat Alvin mendekat dengan senyum bahagia tertulis jelas di sana. Alvin mendekati Albert merasa kalau ada sesuatu yang ingin dibicarakan Alvin padanya.

"Ada apa? Kenapa kau menungguku di sini?" tanya Alvin berpura-pura tidak tahu.

"Rita bersamamu kan? Aku ingin kau memberikannya padaku!" Albert berbicara terus terang membuat Alvin tersenyum lalu mengangguk tapi Albert tidak paham arti anggukan  itu.

"Ya, dia memang bersamaku! Aku benci wanita itu, karena dirinya Angela harus mengalami masalah hidup yang rumit. Dia menciptakan drama luar biasa membuat Angela merasa berhutang budi padanya seumur hidup," aku Alvin tanpa perubahan ekspresi sama sekali.

"Aku menginginkannya! Kalau kau ingin restuku menikahi Angela serahkan Rita padaku dalam keadaan hidup, cacat tidak masalah. Aku hanya menginginkan kehidupannya," balas Albert tanpa ragu-ragu dalam berbicara. "Apa kematian ayahmu disebabkan oleh dirimu?" tanya Albert penasaran.

"Tidak! Itu memang murni kecelakaan, hanya saja kehilangan Rita memang ulahku dan anak buahku. Aku tidak ingin dia mengendalikan hidup Angela lagi, itu sebabnya saat kecelakaan itu terjadi aku membawanya pergi menjauh mengatakan pada Angela kalau jasad ibunya tidak ditemukan." Alvin menjawab dengan jujur.

'Sebenarnya aku memang ingin menyakiti Rita tapi ternyata Tuhan punya jalannya sendiri,' pikir Alvin di dalam hati, dia tidak berani mengutarakan ini karena takut tidak mendapat restu dari Albert.

"Baiklah, kapan anak buahku bisa menjemputnya? Aku ingin segera bertemu dengannya, aku ingin tahu kelebihan apa yang dia miliki hingga ayah bodohku mau tergila-gila dengannya seperti itu." Albert tersenyum namun senyum itu tidak sampai ke matanya.

"Malam ini bisa, ke mana aku harus mengantar dia?" tanya Alvin santai.

Ia mengeluarkan telepon selulernya untuk menghubungi orang kepercayaannya.

"Besok saja! Aku tidak bisa ke luar lama-lama. Ibu bisa khawatir," tolak Albert cepat.

Ia mengeluarkan kartu namanya agar Alvin bisa menghubungi dirinya besok.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang