10

20.5K 385 12
                                    

"Apa kau ingin makan?" Alvin bertanya dengan santai sembari menyimpan ponselnya di dalam kantong celana miliknya.

"Ya, tapi aku malu keluar. Aku tidak ingin dihina dan dicaci maki lagi, sudah cukup hinaan yang kuterima karena tidak memiliki ayah." Angela mencoba menyembunyikan kesedihannya dengan cara menunduk. Air matanya jatuh berderai.

Alvin yang mendengar keluhan Angela merasa tidak suka dan langsung berdiri dengan raut wajah datar miliknya.

"Siapa yang mengizinkanmu menangis, kau harus ingat hal ini dari sekarang. Kau hanya boleh menangis di ranjang dan itu hanya boleh karena diriku." Alvin mendesis marah seraya berjalan mendekat ke arah Angela.

Alvin tampak memikirkan sesuatu ketika memperhatikan isi kamar miliknya. Sebelum mengangguk dan mulai merencanakan sesuatu di otaknya.

"Ayo makan ke bawah!" ajak Alvin sembari menarik tangan Angela untuk turun dari tempat tidur.

Angela terlihat ragu-ragu sebelum menerima uluran tangan Alvin dan menyembunyikan lekuk tubuhnya dengan baik.

Angela terlihat risih dan tidak terbiasa dengan semua itu. Sedangkan Alvin hanya berpura-pura tidak peduli.

"Kau bisa merasa santai karena tidak ada satupun pelayan di lantai bawah. Setelah memasak mereka semua sudah kembali ke kediaman mereka." Alvin tersenyum tangan nakalnya bahkan dengan sengaja menyentuh gundukan lembut milik Angela.

"Jangan!" cegah Angela dengan senyuman canggung. Walau bagaimanapun dia tidak pernah diperlakukan seperti ini.

Angela berusaha untuk tidak menolak namun dia juga tidak bisa menerima semua itu secara langsung. Namun rasa malu dan canggung miliknya tidak bisa berubah sama sekali.

"Kenapa? Bahkan jika kau tanpa pakaian apapun mereka tidak akan berani melihatmu. Kalau kau ingin bisa melanjutkan sekolah dan hidup bebas di negara ini maka kau harus mengikuti apa yang aku mau." Ancaman, hal ini adalah ancaman yang dilontarkan Alvin pada Angela secara langsung.

Angela langsung melepas tangannya yang menghentikan tangan Alvin dan menerima semuanya dengan berat hati.

'Haruskah aku menjual diri? Tapi jika tidak mempunyai wali maka aku tidak akan bisa bertahan hidup di sini.' Angela nampak sedih dengan wajah menunduk.

Melihat apa yang dilakukan Angela, Alvin tersenyum senang sembari meremas kuat dua bukit kembar itu.

Mereka sampai di meja makan, saat Angela ingin duduk Alvin menarik Angela kuat hingga akhirnya berada di pangkuannya.

"Makanlah!" Alvin memerintah Angela tanpa nada ingin ditolak.

Pasrah dengan nasib buruk yang dilaluinya Angela mulai mengambil nasi dan lauk pauk yang ada di atas meja.

"Makan lebih banyak lagi, kau butuh asupan nutrisi untuk tumbuh besar dan sanggup melayaniku." Alvin meletakkan dua tangannya di pinggang Angela.

Alvin terlihat senang melihat Angela menuruti apa yang diinginkannya.

"Nanti kita akan tidur di kamarmu, kamar kita akan mengalami perbaikan selama dua hari." Alvin kembali berbicara sembari tangannya bermain dengan berani di dada Angela.

"Jangan! Aku sedang makan," tolak Angela cepat takut tersedak makanan.

"Kau lanjut makan saja sembari menikmati semua ini. Kau harus terbiasa dengan sentuhan demi sentuhan yang akan aku berikan padamu mulai dari sekarang." Alvin berbisik sembari menarik lembut pakaian Angela ke atas.

Segera paha putih mulus milik Angela terbuka dan membuat Alvin langsung merasa panas dan bergairah.

"Kau cantik Angela, apalagi saat kau meringis dan merintih. Aku juga lebih suka melihatmu basah kuyup dan menampilkan tubuh seksi milikmu."

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang