40

3K 153 11
                                    

Hamil, lima huruf satu kata itu berdengung di telinga Angela. Tubuh Angela menegang dengan pikiran campur aduk, Angela menggenggam tangan Alena kuat menyalurkan kaget atas apa yang baru saja dia dengar.

Angela menyentuh perutnya yang rata, ada sebuah kehidupan di dalam sana. Kehidupan kecil yang tidak bersalah, kehidupan kecil yang hadir di antara masalah hidup yang terjadi.

"Tidak tahu," jawab Angela jujur setelah lama terdiam.

Angela menjawab dengan jujur, dia benar-benar tidak tahu anak siapa yang dikandungnya saat ini. Entah anak Alvin atau mungkin malah anak Kelvin, karena keduanya melakukan hubungan aneh itu bersama secara bergantian.

"Bibi, bantu aku bertemu seseorang!" pinta Angela dengan suara bergetar.

Dalam pikiran Angela saat ini hanya ada satu hal, kembali ke rumah Alvin untuk meminta pertanggungjawaban salah satu dari mereka. Angela tidak ingin anaknya lahir tanpa ayah seperti dirinya yang ia tahu selama ini.

"Siapa?" tanya Alena bingung.

Alena melihat kecemasan di wajah Angela, hati kecil Alena terasa diiris.

"Ayah anak ini." Angela menjawab tanpa berkedip.

Ada antisipasi, ketakutan serta cemas yang berlebihan di wajah Angela. Alena mengangguk dengan enggan, ia baru saja bertemu dengan putrinya namun sekarang putrinya direnggut lagi.

"Dia bernama Alvin, dia tinggal di perumahan mewah nomor 70 jalan Raya Manggala." Angela memberitahu Alena secara rinci mengenai Alvin.

Alena mengangguk, ia berjalan ke luar mencari keberadaan Albert. Biar bagaimanapun, Alena harus mencari jalan ke luar bersama Albert untuk masalah ini.

Di dalam kamar, Angela duduk manis sembari menyentuh perutnya yang masih rata. "Tenanglah, Nak! Ibu akan memberikanmu keluarga yang utuh. Ibu tidak akan membiarkan orang lain menghina dan mencaci dirimu seperti mereka menghina Ibu."

Lembut, penuh cinta, Angela mengusap perutnya secara acak. Meski Angela tidak tahu dia hamil anak siapa tapi yang jelas bagi Angela Alvin lah yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Karena Alvin yang mengizinkan Kelvin menyentuh dirinya.

"Cari pria itu dan ajak dia bicara baik-baik! Ibu tidak ingin Angela menderita lagi, kita harus memaksa pria itu bertanggung jawab atas kesalahannya. Setidaknya Angela memiliki kita sebagai dukungan hingga pria itu harus berpikir seribu kali untuk menyakiti Angela." Alena duduk dengan tangan terkepal erat.

"Mana alamatnya, Bu! Aku akan memberinya pelajaran karena sudah berani berbuat hal seperti ini pada adikku!" Albert meminta alamat Alvin.

"Adikmu mengatakan kalau pria itu bernama Alvin, dia tinggal di perumahan mewah nomor 70 jalan Raya Manggala." Alena menyebutkan ulang alamat Alvin.

Mendengar nama yang disebutkan Alena, Albert langsung terdiam dengan raut wajah tidak percaya sama sekali.

"Alvin? Apa Angela tidak salah menyebutkan nama, Bu? Pria yang tinggal di sana adalah pria ... Tunggu dulu, yah aku baru-baru ini memang mendengar kalau dia akan memiliki adik tiri perempuan. Jadi wanita itu memilih menikah dengan pria kaya," ejek Albert.

Albert mencari kunci mobilnya di dalam lemari di samping pintu masuk rumah. Setelah menemukan itu, ia berjalan menuju lift agar bisa bertemu Alvin.

Di rumahnya, Alvin saat ini tengah melihat foto Angela di ponselnya. Foto-foto itu dalam berbagai ekspresi wajah Angela. Saat Alvin tengah menikmati semua itu, ketukan di pintu kamarnya mengganggu Alvin.

Kesal, Alvin melangkah ke luar kamar dengan wajah muram. "Kenapa?" tanya Alvin menatap tajam.

"Ada seorang pria di luar yang mengatakan kalau ia bertemu Nona Angela, Tuan! Pria itu meminta untuk bertemu," ujar pelayan yang berdiri di depan Alvin.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang