"Hmmm, pengen bekerja di bidang ekonomi Paman!" jawab Angela dengan penuh semangat.
"Kenapa?" tanya Andra penasaran sembari meletakkan sendok yang tadi dia gunakan untuk mengaduk teh di depannya.
"Karena aku ingin mencari uang yang banyak untuk Ibu," ujar Angela dengan senyuman manis di bibirnya.
Ada kebanggaan tersendiri saat dia mengatakan itu yang membuat Andra merasa sangat senang dengan pengajaran yang dilakukan Eliza. Andra tidak tahu dari mana kepercayaan diri itu tapi dia yakin Angela pasti berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Anak pintar, semoga apa yang kamu inginkan tercapai ya!" Andra menepuk kepala Angela dengan sayang.
Sejak dulu Andra ingin sekali memiliki anak perempuan namun takdir tidak pernah mengizinkannya untuk mendapatkan semua itu, kontras dengan Angela yang sangat ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang seorang ayah. Mereka tampak cocok satu sama lain dan langsung menjadi akrab seolah sudah lama bertemu dan bertegur sapa.
Istri Andra meninggal setelah melahirkan anak keduanya dan hingga sekarang dia tidak menikah lagi sampai akhirnya ia tertarik lagi dengan ibu Angela, Eliza yang bersikap ramah dan sopan pada pandangan pertama mereka. Dulu mereka sempat berpacaran sebelum putus karena terhalang oleh keinginan Eliza dalam sesuatu hal.
"Angela maukan tinggal bersama Paman? Kita tinggal di rumah Paman sebagai bentuk pendekatan dengan calon Kakak tiri kamu." Eliza berusaha membujuk Angela untuk ikut bersamanya.
Eliza tidak ingin Angela tinggal sendirian di tempat kumuh dan kotor itu, baginya Eliza adalah satu-satunya harta yang dimilikinya dan dia tidak akan membiarkan harta itu rusak atau hilang dari tangannya.
"Eh, apakah tidak apa-apa Angela tinggal di sana? Ibu kan belum menikah dengan Paman?" tanya Angela terlihat bingung dan penasaran.
"Tidak apa-apa kok, Sayang! Ayo ikut Paman ke rumah. Di sana kamu akan Paman kenalkan dengan dua anak laki-laki Paman nantinya." Andra berusaha membujuk Angela.
"Tapi, bagaimana kalau anak Paman tidak menerima kami maksudku bagaimana jika anak Paman tidak menerima kehadiranku di sana?" tanya Angela penasaran. Dia sering melihat semua itu di film atau buku yang dibacanya.
"Kamu tidak perlu takut! Anak paman bukan orang-orang yang seperti itu kok."
Lagi Andra berusaha meyakinkan Angela. Sebenarnya sudah sejak lama Andra ingin membawa Angela dan ibunya untuk tinggal di rumah. Namun ibunya, Eliza mengatakan dia takut kalau Angela akan menolak dan akhirnya meminta mereka berpisah.
"Baiklah," jawab Angela dengan ragu-ragu namun melihat senyum indah terbit dari bibir ibunya, Angela merasa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang paling tepat.
Segera setelah selesai mereka pergi meninggalkan tempat itu menuju ke rumah Andra.
Rumah itu terlihat begitu megah dan mewah, keamanan rumah tersebut juga terlihat sangat unggul dan terbaik.
Angela memperhatikan halaman yang luas serta taman bunga yang begitu indah di sana.
Matanya terlihat menyala-nyala saat rumah itu dipenuhi dengan bunga yang indah.
"Angela suka taman itu?" tanya Andra dengan senyuman.
Andra sengaja menanam bunga itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh ibunya Angela.
"Suka sekali, Angela ingin turun boleh melihat bunga itu?" tanya Angela penuh harap, mimik wajahnya yang polos itu menyebabkan Andra langsung jatuh hati dan sangat menyayangi Angela layaknya anak sendiri.
"Tentu saja! Angela harus ke rumah setelah puas melihat ya! Paman sudah menyiapkan kamar yang bagus untuk Angela di sini." Andra menyuruh sopir berhenti dan membiarkan Angela turun dari mobil menuju taman bunga yang terletak agak jauh dari pintu rumah itu.
Angela dengan gembira berlari ke taman itu. Senyuman indah tak luput dari wajahnya saat melihat dan memperhatikan bunga-bunga yang indah itu.
"Apa anakmu benar-benar mau menerima Angela? Bukankah kau mengatakan kalau mereka tidak tinggal bersamamu?" tanya Eliza dengan raut wajah sedih sekaligus khawatir.
"Mereka pasti menerima Angela. Aku saja yang pertama kali melihatnya langsung jatuh hati apalagi anak-anakku. Aku akan memperkenalkan kalian dengan mereka saat mereka pulang nanti, Eliza." Andra membelai pipi Eliza dengan lembut.
Tatapan hangat yang diberikan Andra membuat hati Eliza seketika menjadi tenang, Eliza juga sangat ingin menghabiskan waktunya bersama Angela. Dia juga ingin bertanya tentang keseharian Angela diluar sejak dulu, sayangnya dia tidak memiliki kesempatan karena sibuk bekerja.
Keduanya memperhatikan Angela yang sibuk dengan bunga-bunga yang ada di sekitarnya, jika begini Angela lebih terlihat seperti anak kecil. Wajar saja Angela seperti itu, dia harus kehilangan masa kecilnya akibat belajar dengan giat agar bisa membuat Eliza bangga dan mereka tidak dihina lagi oleh orang-orang di sekitar mereka.
"Dia masih anak-anak rupanya, aku tidak tahu kalau kesibukanku diluar dan juga hinaan yang didapatkan Angela akan membuatnya tumbuh dewasa dengan begitu cepat. Anak haram, anak tanpa ayah, anak penggoda, anak pelacur, semua gelar itu disematkan pada Angela lantaran kami tidak memiliki sosok lelaki itu dalam keluarga." Eliza memandang Angela dengan raut wajah begitu sedih.
Eliza terus menatap wajah Angela yang menunjukkan kebahagiaan yang begitu besar, kebahagiaan yang tidak pernah dilihat Eliza. Angela terlihat begitu lepas, mungkin selama ini dia hanya berusaha terlihat dewasa di depan Eliza agar Eliza tidak mengkhawatirkan dirinya.
"Angela tidak pernah mengadukan apa yang orang katakan padanya, dia menahan semua itu sendirian. Dia bahkan berusaha terlihat baik-baik saja di depanku setelah dihina habis-habisan oleh orang-orang itu, dia selalu tersenyum." Eliza terus mengatakan tentang kesedihan yang Angela katakan.
Andra menggenggam tangan Eliza erat berusaha membuat Eliza kuat, jangankan Angela, dia saja yang mendengarnya merasakan sakit yang begitu dalam.
"Angela anak yang pintar, dia tidak pernah menuntut banyak padaku. Bahkan dia akan menghemat uang jajan yang aku berikan padanya, aku juga tidak perlu memasak makanan untuknya karena dia sudah belajar dengan sendirinya." Eliza tersenyum pahit memikirkan Angela yang begitu mandiri di saat usianya masih begitu muda.
"Apa Angela tidak pernah bertanya di mana ayahnya?" Andra mencoba melontarkan pertanyaan itu sebab dia penasaran.
Eliza menggelengkan kepalanya, sejak tahu kalau dirinya tidak memiliki ayah jangankan bertanya bahkan menyebut kata itu Angela tidak pernah.
"Dia bahkan tidak mau menyebutkan kata itu, setiap ada acara yang mengharuskan orang tua datang ke sekolah Angela pasti akan memohon pada wali kelasnya. Dia tidak mau mengganggu aku yang sedang bekerja," ungkap Eliza dengan nada sendu.
Andra merasa kehidupan Angela dan Eliza begitu menyakitkan, air mata Andra ikut jatuh. Diliriknya Angela, dia berjanji di dalam hati akan menjadi sosok ayah yang sempurna untuk Angela. Dia berjanji akan menjadi seseorang yang sangat menyayangi Angela dengan setulus hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother I Hate You
RomanceSedang dalam tahap revisi 🙏🙏🙏 follow author dulu sebelum membaca, biar author tahu kalau yang suka ceritanya banyak, cerita belum direvisi. Aku menjadi budak nafsu kedua kakak tiriku hanya untuk bisa bertahan hidup.