44

2.6K 145 22
                                    

Dengan tarikan kuat Alena berhasil menarik Albert menuju meja makan, keduanya makan setenang mungkin. Sedangkan makanan untuk Angela telah Alena sisihkan di dapur.

"Pergilah ke kamarmu dulu! Setelah Ibu selesai berbicara dengan pria itu Ibu akan membiarkanmu berbicara dengannya tanpa mengganggu kalian." Alena mendorong Albert pergi setelah keduanya selesai makan.

Alena bahkan tidak mencuci piring bekas makan mereka agar bisa bebas berbicara dengan Albert tanpa diganggu oleh Angela nantinya.

"Hal apa yang bisa menjamin diriku membiarkan anakku untuk menjadi pasanganmu?" tanya Alena langsung setelah ia duduk di depan Alvin.

Alena menatap Alvin memandang ke dalam mata itu meminta jawaban yang bisa membuat ia tenang. "Apa kau punya pacar? Orang yang kau sukai atau apa kau memiliki tunangan?" tanya Alena bertubi-tubi ketika melihat Alvin tak kunjung memberikan jawaban.

Alvin tersenyum cerah, wajah cerahnya menampilkan kebahagiaan serta jawaban yang jelas berasal dari dalam hatinya. Alvin memperbaiki posisi duduknya hingga tubuhnya condong ke depan agar bisa berbicara lebih dekat dengan Alena.

"Saya tidak punya tunangan apalagi pacar, orang yang saya sukai adalah Angela sendiri. Saya menyukai Angela sejak ia berumur sembilan tahun, itu adalah pertemuan pertama kami. Pertemuan kedua kami ketika dia masih memakai seragam sekolah menengah pertama." Alvin menghentikan diri mengambil nafas agar bisa melanjutkan. "Aku akan memberikan semua hartaku pada Angela, selain itu aku tidak bisa berjanji lagi."

Alena terdiam mendengar ucapan Alvin, jawaban Alvin tidak memberi Alena sedikitpun kepuasan.

"Saya tidak bisa berjanji untuk tidak membuatnya menangis, karena ketika dia melahirkan akan ada rasa sakit yang dia tanggung hingga menyebabkan ia menangis dan itu tidak akan bisa dibujuk. Ketika anak kami sakit dia juga akan menangis karena sedih, untuk kebahagian saya berjanji akan memberikanmu dia segala yang terbaik. Apapun akan saya berikan padanya sebatas kemampuan saya, jika saya tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan dibatas kewajaran saya maka dia akan kecewa." Alvin menyudahi kalimatnya.

Kata-kata Alvin membuat Alena melongo tidak percaya, bibir Alena terbuka lebar wajah Alena juga tidak menunjukkan raut apapun. Alena terlihat bingung dengan jawaban yang diberikan Alvin, lama Alena terdiam hingga Alena berdiri berjalan mendekat ke arah Alvin menepuk bahu Alvin sebagai tanda persetujuan secara diam.

"Mungkin untuk sementara kami tidak akan memperkenalkan Angela pada Ayahnya karena pria itu yang telah memberikan Angela kami pada wanita tidak tahu diri itu. Paling sulit adalah Albert, dia baru saja bertemu adiknya dan kau sudah merebutnya. Kuharap kau menjaga putriku dengan baik karena kami belum mampu memberikannya kebahagiaan." Alena meninggalkan Alvin seorang diri di ruang tamu.

Alena berjalan menuju dapur membersihkan piring bekas makan mereka tadi. Albert yang tidak mendengar ada percakapan lagi melangkah mendekat hendak melihat apa yang dibawa Alvin kemari.

"Mana surat peralihan nama itu?" pinta Albert sembari mengulurkan tangan dalam keadaan masih berdiri.

Alvin mengambil dokumen yang dibawanya menyerahkan dokumen itu pada Albert tanpa basa-basi sama sekali. "Aku tidak lagi berhak atas semua hartaku, bahkan di sana jika Angela tidak ada lagi jika kami punya anak maka harta akan jatuh pada anak kami jika tidak punya anak maka harta akan jatuh ke tangan kau dan ibumu," jelas Alvin tanpa ragu-ragu.

Albert tersenyum penuh kemenangan, taruhan yang ia buat membuahkan hasil yang bagus. Albert mengambil dokumen dari tangan Alvin membaca halaman demi halaman sebelum mengangguk puas dengan isinya.

"Aku akan menyimpan dokumen ini, setelah Angela bangun kau bisa mengatakan padanya untuk menyiapkan pernikahan kalian. Aku ingin pesta yang meriah, aku ingin adikku diakui oleh dunia sebagai pasanganmu hingga kalau kau berubah pikiran nanti yang rugi adalah dirimu." Albert menyatakan syarat lain.

Alvin terlihat berpikir sebelum mengangguk dengan senang tanpa banyak tanya. "Baiklah, aku akan mengurus semua itu dengan cepat, tapi sekarang izinkan aku bertemu dengannya," pinta Alvin memohon yang dibalas anggukan Albert.

Puas dengan hasil yang dia inginkan, Albert meninggalkan Alvin seorang diri di ruang tamu menuju ruang belajarnya yang ada di sana. Albert menyimpan dokumen itu ke dalam brangkas miliknya agar aman.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang