18

9K 264 8
                                    

Angela memandang ke luar halaman dengan wajah yang tidak lagi bisa mengeluarkan senyuman. Angela menatap hujan yang jatuh dengan perasaan penuh kerinduan, Angela ingin bebas tapi kebebasan tidak pernah mau datang menghampiri dirinya.

Tanpa sadar Angela menyentuh lehernya yang masih meninggalkan beberapa bekas adegan semalam, adegan yang membuatnya semakin takut dan terluka.

"Setidaknya dulu aku masih bisa bermain bersama teman-temanku meski kami jarang makan." Angela berbisik dengan suara parau yang dipenuhi kesakitan.

Air mata Angela turun semakin deras saat kenangan demi kenangan saat ibunya yang masih hidup selalu terbayang dalam pikiran Angela. Angela rindu saat-saat seperti itu, meski serba kekurangan dan susah untuk makan siang bersama setidaknya dia memiliki kebebasan dan tidak disentuh seperti saat ini.

"Nona waktunya untuk makan siang!" Pelayan kepercayaan Alvin membawakan Angela makanan.

Setiap hidangan disusun dengan rapi di atas meja kecil itu untuk merangsang nafsu makan Angela yang sekarang jauh berkurang. Angela mengangguk dan langsung beranjak dari jendela balkon ke meja kecil itu.

Angela melihat hidangan yang begitu menggugah selera namun yang saat ini Angela ingin makan adalah masakan ibunya bukan masakan asal yang sekarang tersedia di atas meja.

Angela hanya makan seadanya dan kembali meletakkan sendok secara asal. Angela kembali duduk didekat jendela untuk menikmati hujan yang turun.

Angela bahkan tidak repot-repot membersihkan sisa air matanya tadi dan sekarang air mata lain kembali jatuh. Sekarang Angela sangat memahami kalau ia rindu ibunya. Dia ingin bertemu dengan beliau dan dia ingin menyampaikan keluh kesah dan rasa sakit yang ia rasakan.

Pelayan yang mengantarkan makanan kembali membersihkan meja sebelum kemudian ia mendorong meja itu ke luar dari kamar yang Angela tempati. Dia mengambil ponsel miliknya dan menghubungi Alvin atas kejadian hari ini.

Malam hari Alvin pulang dari kantornya seperti biasa, Alvin melangkah langsung ke dalam rumah dan langsung membuka pintu kamarnya dimana Angela sedang tidur meringkuk.

Angela menghidupkan AC kamar ke titik paling dingin dan tidak memakai selimut sama sekali, saat Alvin masuk ke dalam kamar dia merasakan hawa dingin itu dan langsung mengernyit tidak suka. Alvin mencari remote AC dan mematikannya dengan cepat.

"Kau mau apa ha? Tubuhmu ini milikku dan kau sebaiknya jangan macam-macam dengan tubuh ini," bentak Alvin marah.

Alvin menarik Angela untuk duduk sebelum matanya semakin menjadi merah akibat kemarahan. Pakaian yang dikenakan oleh Angela adalah pakaian basah yang tipis hingga ketika Alvin memegang Angela tubuhnya begitu dingin seperti es.

"Brengsek," maki Alvin semakin menjadi.

Alvin menarik tubuh Angela dan menekan tombol yang ada di kepala ranjang. Alvin membuka pakaian yang dikenakan Angela dan mengambil pakaian Angela di lemari dengan Angela diselimuti dengan selimut tebal oleh Alvin di tempat tidur.

Angela saat ini masih belum sadarkan diri, matanya senantiasa terpejam dengan indah. Angela terlihat sangat kesakitan karena air matanya jatuh meski dia dalam keadaan seperti itu.

"Ibu apakah nasib buruk seperti ini yang ingin kau berikan padaku?" Angela berbicara dalam tidur.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang