5. Andra Kusuma

22.6K 298 2
                                    

Angela pulang dari kampusnya dengan cepat, tak lupa ada senyuman yang dengan tulus coba Angela berikan ketika kakinya mencapai pintu rumah. Sesampainya di dalam rumah Angela tidak menemukan keberadaan ibunya, tanpa berpikir panjang Angela melangkah ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Dia sengaja memilih pakaian yang menurutnya paling bagus dan rapi untuk memberi kesan terbaik bagi Ayah tirinya. Angela juga menggunakan sedikit riasan agar terlihat lebih segar dan enak dipandang, setelah merasa cukup dengan penampilannya Angela berdiri di depan cermin sembari berputar beberapa kali.

Angela menunggu di dalam kamar dengan rasa penasaran yang luar biasa, sesekali tangannya akan menggenggam dan dia akan melihat ke jendela untuk melihat apakah tamu yang mereka tunggu sudah datang walaupun jendelanya tidak mengarah ke halaman depan.

"Kenapa Ibu lama sekali memanggil diriku?" tanya Angela dengan rasa penasaran yang tinggi.

Ia berjalan mondar-mandir tak tentu arah di dalam kamar sembari menunggu kedatangan ayah tiri dan ibunya. Angela takut dirinya akan memberikan kesan yang buruk hingga menyebabkan pernikahan ke-duanya batal, sungguh, Angela hanya ingin melihat ibunya bahagia.

Saat rasa khawatir semakin melanda, Angela mendengar deru mesin mobil yang berhenti di depan halaman rumahnya yang kecil, Angela juga mendengar suara tawa antara lelaki dan perempuan yang diketahui Angela sebagai suara ibunya.

"Angela keluarlah!" panggil ibunya dengan suara keras dari luar rumah, dengan senyum manis ibunya menggandeng tangan lelaki itu sembari menunggu di pintu masuk.

Angela yang memang sudah tidak sabaran akhirnya memilih berlari ke luar dengan langkah besar agar sampai didekat ibunya dengan cepat. Dengan terburu-buru Angela memutar kunci dan menarik gagang pintu agar pintu segera terbuka.

"Ya, Bu!" jawab Angela dengan senyuman lembut.

Matanya bersinar bahagia, Angela tampak tidak sabar untuk bertemu dengan calon ayah barunya.

"Ayo pergi!" ajak ibunya dengan senyuman lembut seraya menggandeng tangan Angela untuk masuk ke dalam mobil mewah itu.

Ibunya membukakan Angela pintu dan membiarkan Angela masuk lebih dulu ke dalam mobil, setelah itu dia berbalik ke arah rumah untuk mengunci pintu agar barang-barang mereka tidak ada yang hilang saat ditinggalkan.

Angela melihat isi mobil mewah itu dengan tatapan takjub, belum pernah Angela menaiki mobil semewah ini dan kali pertama dia dapat merasakan mobil mewah adalah untuk bertemu dengan ayah tirinya.

"Kita kemana, Bu?" tanya Angela bingung saat ibunya juga ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi depan.

"Makan bersama calon Ayah tiri kamu domb, Ibu kan sudah janji akan mempertemukan kamu sama calon ayah baru kamu." Ibunya menjawab dengan cepat.

Ada senyuman manis di sana, ibunya tampak bahagia membuat Angela ikut merasakan kebahagiaan itu juga. Angela melontarkan begitu banyak pertanyaan pada ibunya, dia juga tidak henti-hentinya mengagumi keindahan mobil itu sembari mendecakkan lidah.

"Bu! Apakah calon suami Ibu mau menerimaku? Bagaimana kalau dia hanya menyukai Ibu saja dan tidak ingin aku pergi bersama kalian?" Angela bertanya dengan sedikit keraguan di dalam suaranya.

Mendengar itu ibunya tertawa lalu melirik laki-laki yang sedang membawa kendaraan itu, ibunya tidak tahu kalau Angela sekarang merasakan ketakutan.

"Kenapa Ibu malah tertawa? Kalau dia memang mencintai Ibu Angela rela kok tetap tinggal di rumah lama kita, Angela juga tidak akan menuntut banyak hal. Tapi Ibu harus mau bertemu dengan Angela ya, kalau Ibu tidak menginginkan Angela lalu siapa lagi yang akan menyayangi Angela." Angela tampak sedih namun berusaha untuk tidak memperlihatkan semua itu pada ibunya.

"Maksud Angela kalau Ibu diajak pindah tapi Angela tidak Angela akan mengalah begitu? Angela membuat ibu tertawa saja, jika dia tidak menginginkan Angela maka Ibu tidak menginginkan dia untuk bersama Ibu." Ibunya menjawab dengan tangan mencubit pipi Angela hingga meninggalkan bekas merah aneh di sana.

Angela tampak menggerutu mendengar jawaban yang diberikan ibunya. "Mana boleh begitu? Ibu baru saja mendapatkan kebahagiaan Ibu jadi Angela tidak ingin merusaknya, dengan dia mencintai Ibu tidak itu sudah lebih dari cukup bagi Angela. Angela tidak ingin meminta lebih dari itu." Angela menggosok pahanya dengan kuku, hal itu merupakan kebiasannya jika dia sedang merasa sedih atau kecewa.

"Ibu bahagia lalu bagaimana denganmu? Kalau kau sendiri tidak bahagia bagaimana bisa Ibu mencari kebahagiaan Ibu sendiri? Kita menjalani beberapa tahun ini secara bersama-sama jadi tidak mungkin Ibu membiarkanmu sendirian di luar sana sedangkan Ibu bahagia dengan keluarga baru Ibu." Ibu Angela mengusap rambut Angela dengan sayang.

Mereka duduk di dalam mobil menunggu mobil itu berhenti di tempat yang mereka tuju. Lama perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di sebuah restoran cepat saji yang terletak ditepi jalan langsung.

Ibunya menarik tangan Angela untuk turun dengan perlahan menunggu pria yang tadi menyetir sendiri untuk ikut turun bersama mereka.

"Akhirnya kita sampai juga!" Hembusan napas lega terdengar dari bibir pria itu saat melihat Angela dan ibunya saling berpelukan erat.

"Iya, akhirnya kita sampai juga ke tempat yang kita tuju, kalau lebih lama dari ini aku yakin Angela akan merasa bosan dan dia pasti menggerutu sepanjang jalan." Ibu Angela menatap pria di depannya yang ternyata bernama Andra.

"Tidak apa-apa Eliza! Halo, Angela! Perkenalkan nama Om Andra Kusuma, Om adalah teman Ibu kamu di masa SMP dulu." Andra mengulurkan tangannya tangannya ke depan dengan penuh senyuman.

"Angela, Om! Iya, Ibu sudah memberi tahu kalau Ibu punya teman lelaki yang akan diperkenalkan hari ini pada Angela. Tapi Angela tidak mengira kalau yang menjadi sopir kami sejak tadi adalah Om." Angela mengangguk dan tersenyum ramah.

Ada rona merah manja tercipta di pipi Angela pasalnya sejak tadi dia terus bertanya tentang pria yang dekat dengan ibunya dan ternyata pria itu mendengar apa yang dia katakan.

Angela memberikan tatapan penuh keluhan pada ibunya karena tidak memberitahu dia sejak awal, Angela yang niatnya ingin memberikan kesan baik malah malu sendiri ketika mengingat ucapan yang dia lontarkan di dalam mobil tadi.

'Aku harus memberi kesan baik pada calon Ayah baruku agar Ibu bahagia dan tidak perlu capek-capek bekerja lagi." Angela mengangguk di dalam hati sembari menerima uluran tangan pria di depannya.

Mereka masuk ke dalam restoran cepat saji dan memesan makanan sesuai apa yang disukai oleh masing-masing orang.

Angela terlihat bahagia melihat interaksi yang terjadi antara calon ayah tiri dan ibunya.

"Angela masih kuliah ya, Sayang? Kamu mengambil jurusan apa?" Andra bertanya pada Angela setelah mereka selesai makan dan sedang duduk bersama layaknya sebuah keluarga.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang