2| Satu Keyakinan

1K 97 3
                                    

Bismillah

"Meskipun kali ini takdir ingin bermain denganku, tapi aku akan coba sedikit mengalah untuk sebuah kemenangan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meskipun kali ini takdir ingin bermain denganku, tapi aku akan coba sedikit mengalah untuk sebuah kemenangan besar. Karena Allah sudah mengukur kemampuan dengan ujian yang Dia berikan."

...

🐳

Netra coklat itu masih menatap lurus  kertas kosong di depannya. Sudah berapa kali, tangan kecilnya ingin menulis sesuatu tapi terasa sulit. Sampai akhirnya, ia mengurungkan niat untuk mengotori lembaran putih bergaris-garis itu.

Pikirannya tiba-tiba saja tertuju pada wajah dan suara mamanya yang masih terngiang beberapa menit yang lalu. Kalimat tentang rencana perjodohan itu.

"Maafin Mama ya, Nak. Mama belum komunikasi dulu sama kamu."

Bunga masih diam. Ini adalah kali pertama ia tak banyak bicara ketika bersama wanita yang begitu penting dalam hidupnya.

"Kamu nggak setuju ya, Sayang?" terka Ara membelai lembut kepala putrinya.

Bunga menggeleng.

"Terus kenapa diem, Nak? Nggak biasanya lho, Bunga kayak gini."

"Bukannya aku nggak setuju, Ma."

"Terus kenapa, Sayang?"

"Bunga cuma takut, Ma."

"Apa yang Bunga takutkan?"

Bunga menatap mamanya lekat. Jujur, ia tidak bisa mengecewakan sosok yang sangat berharga dalam hidupnya, tapi hatinya juga tidak setujui dengan kenyataan ini.

"Kalau anak tante Melin nggak setuju, gimana?" Akhirnya suara itu keluar setelah tertahan beberapa saat.

Ara tersenyum. Kedua tangannya terangkat dan membingkai wajah Bunga. "Insya Allah dia setuju. Ini juga demi kebaikan dia," ujarnya.

"Mama tau ini berat buat kamu, Sayang, tapi Mama lakuin ini untuk putri kesayangan Mama."

"Maksud Mama?"

"Mama harus menikahkan Bunga, supaya ada yang jagain. Kalau Bunga udah nikah, suami Bunga akan menjaga Bunga 24 jam. Dengan begitu Mama bisa tenang kalau Bunga tidak sama Mama." Ara menarik napasnya panjang. "Mama tidak ingin terjadi sesuatu sama putri Mama."

"Kalau ini bisa buat Mama bahagia, Bunga akan lakuin. Aku nggak mau buat Mama khawatir."

"Terima kasih, Nak. Mama yakin, Bunga akan menemukan kebahagiaan baru bersama suami kamu. Dia akan menyayangi Bunga seperti Mama sayang kamu. Mama yakin, Nak."

Ya Allah, apa mungkin aku bisa menemukan bahagia itu? Batin Bunga.

Lamunannya berakhir tatkala mendengar suara ketukan pintu dari depan kamarnya.

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang