41| Ikhlas - Epilog

841 28 2
                                    

"Kematian bukanlah sebuah perpisahan. Karena pada hakikatnya, kita akan bertemu lagi, tapi di alam yang berbeda."

-Addar Zayn Quthni-

...

"Selamat atas pernikahan kalian. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Semoga Allah memberikan kebahagiaan dalam rumah tangga kalian," ucap laki-laki yang kini tersenyum pada sahabatnya.

"Amin. Thanks buat doanya," balas si mempelai pria yang notabennya adalah teman terbaiknya.

"Terima kasih doanya, Zay." Kini giliran mempelai wanita yang berbicara.

"Eh, selamat juga buat lo," sahut Rion menepuk pundak sahabatnya. "Cielah yang mau jadi orang London."

Laki-laki itu hanya menggeleng cepat. "Mana ada? Gue tetap orang pribumi."

Rion hanya menganggukkan kepalanya. "Terserah lo deh. Oh iya, berangkatnya kapan?"

"Insya Allah, sore ini."

"Sorry banget, ya. Gue nggak bisa nganterin."

"Nggak apa-apa. Gue nggak minta kok." Zay tersenyum melihat sahabatnya yang kini tengah mengenakan pakaian perkawinan adat Sunda. Dia bahagia, laki-laki itu akhirnya menemukan jodohnya setelah menjomblo selama lima tahun.

"Gue pergi dulu, ya."

"Mau kemana?"

"Gue mau ketemu seseorang." Zay pamit kepada keluarga besar yang ada di acara. Setelah itu melenggang keluar.

Rion yang mengetahui hal itu hanya bisa menghela napas berat. Dia tahu orang yang dimaksud temannya. Dalam hati dia berharap, Allah masih berbaik hati mempertemukan Zay kembali dengan perempuan yang bisa mengobati luka hatinya.

"Semoga Zay cepat menemukan tulang rusuknya, ya," ujar Dahlia yang ada di samping Rion. "Aku masih berharap, dia bisa menemukan cintanya lagi."

"Mustahil, Ya. Cintanya Zay udah habis di Bunga," lirih Rion dengan ekspresi sedihnya. Setiap kali mengingat kejadian itu, hatinya pasti akan terluka melihat wajah sahabatnya.

***

"Paman!" Teriakan itu membuat langkahnya berhenti. Dia langsung berjongkok untuk menyambut ponakannya yang tengah berlari ke arahnya.

"Paman mau ketemu Aunty, kan?"

Zay menjawab pertanyaan anak kecil itu dengan senyuman.

"Syasa sama Atma titip ini, ya," bocah perempuan itu menyodorkan setangkai bunga pada laki-laki di depannya. "Bilangin ke Aunty, Syasa kangeeen banget. Kapan Aunty bisa ke rumah Syasa? Paman bilangin gitu ya ke Aunty."

"Iya, nanti Paman bilangin," balas Zay sambil mengelus kepala Syasa.

"Terima kasih, Paman," kata Syasa memeluk Zay dan berlari pergi. Sedangkan Zay, laki-laki itu langsung masuk mobil agar cepat sampai tempat tujuannya.

Sepanjang perjalanan, tangannya tak hentinya melirik sebuah foto di atas dashboard mobil. Tangannya sesekali masih mengusap foto itu kemudian tersenyum getir. Foto pernikahannya membuat di hatinya semakin berlipat setiap kali menatap wajah itu.

Setibanya di tempat tujuan, Zay langsung turun dan mengambil beberapa tangkai dan hiasan bunga di mobilnya. Barulah setelah itu ia masuk ke area pemakaman yang terlihat lebih sepi dari kemarin.

"Assalamu'alaikum, Bun," ucapnya meletakkan bunga-bunga itu di atas pusara kekasihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum, Bun," ucapnya meletakkan bunga-bunga itu di atas pusara kekasihnya. "Gue dateng lagi. Lo pasti tau, kan, alasannya apa? Gue kangen sama lo."

"Ini dari Syasa dan Atma. Katanya dia kangen juga sama Auntynya." Zay kembali meletakkan mawar putih pemberian Syasa tadi. Setelah itu, tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya. Zay terdiam untuk beberapa saat.

"Rumah sepi banget, Bun. Umi sama Abi lagi pergi. Andai lo masih ada, pasti sekarang lo lagi masak makanan kesukaan gue," kata Zay lagi.

"Lo tau, Bunga? Gue keterima kuliah di London. Akhirnya, cita-cita gue kesampaian juga. Sayangnya, gue nggak bisa pergi sama perempuan yang gue cintai." Zay mengambil jeda sebentar karena pelupuk matanya sudah membentuk bendungan air yang siap untuk tumpah kapan saja.

"Mungkin setelah ini, gue bakal jarang datang ke sini. Tapi lo jangan sedih, ya. Doa dan cinta gue nggak akan pernah ninggalin lo kok." Zay mencoba mengukir senyum di wajahnya saat perih di hatinya kembali terasa.

Jujur, ia merasa sangat berat untuk menerima beasiswa melanjutkan studinya di UK, tapi karena demi masa depan dan demi mengobati lukanya dia akhirnya menerimanya. Maka dari itu, dia datang ke sini untuk berpamitan.

"Gue kangen banget sama lo, Bun," ungkap Zay mendongakkan kepalanya demi menahan air mata agar tidak keluar. Meski pada akhirnya, butiran kecil itu tetap meluncur membasahi wajahnya.

"Perasaan baru kemarin kita main gelembung di pantai. Perasaan baru kemarin gue masangin cincin di jari manis lo, Bunga. Tapi sekarang, gue bener-bener sendirian."

"Baru kemarin, kan?" Zay tersenyum getir mengingat momen yang sudah terjadi satu tahun lalu.

Benar, sudah satu tahun kepergian Bunga. Lukanya kembali menganga ketika menyadari semua itu. Sudah lama Bunga pergi dan Zay belum menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisi perempuan itu. Zay sudah berusaha mencari tapi belum menemukan dan mungkin tidak akan pernah menemukannya.

"Gue mau pamit, Bun. Bukan berarti gue mau lupain lo. Gue pergi untuk menyembuhkan luka ini." Zay kembali bersuara.

"Satu hal yang perlu lo tahu. Syaqila Bunga Amara adalah tokoh utama dalam hidup Addar Zayn Quthni. Tidak akan pernah terganti oleh siapapun." Tangan kekar itu terangkat untuk mengusap nisan Bunga. "Sa'uhibbuki daa'iman Ilal aabad, Zawjaty."

"Maaf, selama ini gue belum bisa bahagiain lo. Tapi gue harap, semoga dengan keikhlasan ini, mempermudah jalanmu menuju surga-Nya. Kita bertemu di sana ya, Bunga. Tunggu gue sebentar lagi."

Zay menghela napasnya, kemudian membaca beberapa doa. Dia sudah mengikhlaskan kepergian Bunga. Karena Zay sadar, kematian bukanlah sebuah perpisahan. Karena mereka akan bertemu kembali nanti, yaitu di alam akhirat. Di sanalah perpisahan yaaa sebenarnya. Ada yang ke Surga, ada yang ke neraka. Dan Zay sedang mempersiapkan bekal agar bisa bertemu Bunga di Surga.

💙💙💙

SELESAI

....

Akhirnya kata ini tertulis juga

Alhamdulillahirabbil'aalamiin ❤️

Author bersyukur karena ceritanya bisa selesai tepat waktu 😌

Terima kasih buat kalian yang sudah mengikuti kisah Zay dan Bunga dari awal sampai akhir 🙏

Terima kasih juga buat kalian yang udah ngasih semangat berupa vote dan komennya 🙏 Terima kasih banyak :)

Author mewakili para tokoh mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan kata, tindakan maupun ucapan dalam cerita ini. Dimaafin ya 🤗

Dan author berharap, semoga cerita ini dapat menginspirasi teman-teman semua untuk tetap semangat meraih mimpi, memanfaatkan apa yang sudah Allah beri dan hadirkan dalam hidup dengan sebaik-baiknya. Karena kita tidak tahu, kapan Allah akan mengambil titipan itu dari kita. ❤️

Sampai jumpa di ceritaku yang selanjutnya 👋

💌 Salam cinta dari:
- Zay
- Bunga
- Rion
- Dahlia
- Author

🖇️ Jangan lupa follow akun ini ya kawan, biar tahu update cerita dan informasi selanjutnya 😁

🖇️ Bakalan kangen banget sama kalian 💙

See you all 👋

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang