🏅JUARA 2 WRITHON WITH CWBP🏅
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]
"Kamu adalah dosaku di masa lalu dan surgaku di masa depan." -Zawjaty-
Blurb:
Siapa sangka, kehidupan Zay semula baik-baik saja, tiba-tiba berubah setelah kejadian hari itu. Ia yang masih bisa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jika bisa ditukar, biarkan aku yang terluka. Biarkan raga ini yang tertusuk ribuan pedang sekalipun. Asalkan jangan istriku."
-Addar Zayn Quthni-
***
🐳
"Zay, kamu masih lama nggak?"
"Bentar lagi, Bun. Lo udah selesai belanjanya?"
Bunga mengamati barang-barang yang ada di tangannya, kemudian mengangguk. "Sudah."
"Tunggu bentar, ya. Gue jemput lo."
Bunga terlihat berpikir. Jika menunggu Zay menjemputnya, pasti waktunya akan sangat mepet. Belum lagi laki-laki itu pasti sangat capek karena sudah bekerja seharian. "Zay, aku ke sana naik taksi aja, ya. Kamu, kan, masih sibuk dan acaranya bentar lagi dimulai."
"Lo nggak apa-apa naik taksi?"
"Iya."
Setelah mengatakan kalimat itu, Bunga bisa mendengar helaan napas panjang dari ujung telepon. "Untuk kali ini aja ya, naik taksinya. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa."
Bunga mengangguk meski tidak bisa dilihat oleh laki-laki yang ada di ujung telepon.
"Kalau ada apa-apa, langsung telpon. Hape lo harus aktif 24 jam."
"Iya. Aku tutup dulu soalnya taksinya udah datang. Assalamu'alaikum."
Bunga memasukkan benda hitam itu ke dalam tasnya. Dengan menenteng tas di kedua tangan, dia langsung masuk ke mobil yang sudah terparkir di tepi jalan. Setelah memberi tahu alamat tujuan, sopir itu langsung melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan, Bunga hanya mengamati pemandangan sekitar. Dia sengaja membuka jendela mobil agar udara sore itu bisa menyegarkan perjalanannya.
Setengah jam sudah berlalu, namun Bunga belum juga sampai tujuannya. Dia juga sempat heran melihat jalanan di kanan kirinya. Menyadari sesuatu, Bunga lantas memberi tahu ulang alamatnya kepada laki-laki yang duduk di depan.
"Maaf, Pak. Sepertinya ini bukan jalan menuju alamat tadi."
Laki-laki itu yang duduk di kursi sopir itu tidak merespon perkataan Bunga. "Pak?" panggil Bunga lagi untuk memastikan sopir tersebut tidak memakai alat yang menghalangi suaranya.
"Ini udah bener kok, Mbak. Saya pastikan Anda akan sampai tujuan," jawab laki-laki berkacamata itu.
Perasaan Bunga tiba-tiba tidak enak dengan melihat gelagat laki-laki itu. Entah kenapa, ia merasa akan terjadi sesuatu setelah ini. Dengan cekatan, Bunga mengetik sesuatu di ponselnya demi mengantisipasi kemungkinan terburuknya.
Zay, kalau aku belum tiba di tempat acara sampai 5, tolong cari aku di alamat ini /Send/
Bunga memegang kuat handphonenya setelah mengirim alamatnya saat ini kepada Zay. Jauh dalam hatinya dia berharap semua ketakutan itu hanya prasangkanya saja. Bunga berharap dia bisa segera sampai tujuan dan bertemu Zay.