37| Hak?

479 38 54
                                    

"Semua ada waktunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua ada waktunya. Tanpa kamu sadari nanti, segala hal yang pernah kamu langitkan pasti akan datang. Tunggulah."


-Addar Zayn Quthni-

***
🐳

Deburan ombak terdengar seperti melodi yang sedang menghibur makhluk yang ada di sekitarnya. Terik matahari yang menyengat kulit tidak dipedulikan oleh mereka yang masih asyik bermain bola di tepi pantai. Sesekali terdengar sorak tawa ketika bola berhasil masuk ke gawang lawan.

Hal yang sama juga dilakukan oleh perempuan yang sedang duduk di bangku kayu demi menjauh dari sengatan matahari. Sejak tadi senyumnya tidak pernah berhenti mengembang melihat beberapa orang yang tengah bermain di sana. Bukan beberapa, hanya satu orang, yaitu Zay.

Laki-laki itu berinisiatif untuk mengajak teman-teman Bunga untuk bertanding bola. Ya, meskipun sebenarnya mereka hanya ingin bermain-main saja. Hariz sebagai ketua dan penanggung jawab kegiatan hari ini pun langsung menyetujuinya.

Masing-masing tim beranggotakan lima orang. Permainan sudah berlangsung sejak belasan menit yang lalu. Meski begitu, mereka masih saja menikmati permainan itu tanpa memedulikan kulit mereka yang terbakar sinar matahari.

Setengah jam kemudian, mereka menyudahi permainan tersebut dengan skor masing-masing tim seri. Zay langsung berlari ke tempat istrinya ketika teman-temannya yang lain memilih untuk berteduh ke tempat lain. Dengan keringat yang masih bercucuran, Zay mengipasi wajahnya dengan tangan.

"Ini, minum dulu." Bunga menyodorkan minuman yang sejak tadi dia pegang.

Zay segera mengambil minuman itu dan meneguknya cepat. "Makasih, ya."

"Nga, punya gue mana?" tanya Rion yang baru tiba di depan mereka.

"Maaf, Yon. Tadi aku cuma bawa satu."

"Lo, kan, punya tangan. Ambil sendiri bisa kan?" sewot Zay. "Ganggu aja."

Rion mencebikkan bibirnya kesal. "Biasa aja kali. Gue juga mintanya sama Bunga kok. Bukan lo."

"Dia istri gue, ya. Bukan babu lo. Jangan macem-macem lo!" ancam Zay melihat tajam ke arah sahabatnya.

"Iya, iya. Ya ampun, serem banget sih suami lo, Nga," bisik Rion pada Bunga.

"Gue masih denger, ya!"

Melihat wajah Zay yang tertekuk sebal malah mengundang tawa Rion. Bukannya meminta karena sudah membuat temannya kesal, Rion malah semakin memanasi Zay dengan ucapannya. "Gue saranin, lo jaga jarak aman sama Zay. Nanti kena terkam, bahaya."

"Pergi nggak sekarang!" usir Zay yang sudah semakin kesal. Bahkan, tangannya sudah siaga untuk mengangkat sepatunya dan melemparkannya ke arah Rion.

Sebelum kena amukan Zay, Rion langsung berlari menjauh dengan tawa yang masih terdengar.

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang