38| Berbeda

425 44 55
                                    

"Sebaik-baiknya cinta adalah rasa yang selalu berujung pada kecintaan terhadap-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebaik-baiknya cinta adalah rasa yang selalu berujung pada kecintaan terhadap-Nya. Karena bagaimana pun jalannya, jika cinta sudah bertumpu hanya pada-Nya, maka segala bentuk bahagia pasti akan mendatangi kita."

-Addar Zayn Quthni-

***
🐳

Kicauan burung terdengar jelas dari luar jendela. Beriringan dengan hembusan angin yang sangat menyegarkan. Ditambah dengan hamparan bumi yang terbentang luas di depan mata, membuat fokus perempuan itu belum teralihkan sejak tadi.

"Nak, kamu sudah izin suamimu kan?" Pertanyaan orang di sampingnya langsung membuatnya menoleh.

"Sudah, Ma. Tadi dia juga nawarin mau nganterin sampai bandara, tapi aku tolak."

"Kenapa?"

"Hari ini, dia harus bantuin Tante Kiya buat acara lamaran anaknya."

Lawan bicaranya hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu, dia kembali posisinya semula yakni mengamati keindahan alam dari dalam kereta yang mereka naiki. Hari ini, seminggu lebih setelah kejadian malam itu, Bunga akan mengantar kakaknya yang akan berangkat ke luar negeri.

Dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di bandara Soekarno-Hatta. Setelah turun kereta, keduanya langsung disambut oleh seseorang yang sudah menunggu mereka sejak tadi.

"Akhirnya Mama sama Bunga sampai juga. Aku kira kalian nggak jadi ke sini," cicit Yua menuntun mereka masuk mobil.

"Iya, Mama lupa ngabarin kalau keretanya berangkat jam tujuh." Ara menimpali setelah mereka hendak berangkat menuju bandara. "Rizky mana?"

"Udah ada di sana, Ma."

"Syukurlah. Jadwal terbangnya jam berapa?"

Dengan masih fokus menyetir, Yua sesekali menoleh ke arah Ara yang duduk di sampingnya. "Insya Allah satu jam lagi, Ma."

"Bunga? Kamu nggak apa-apa, Dek? Dari tadi kok diem?"

Perempuan yang duduk di kursi belakang langsung menoleh. "Aku nggak apa-apa, Kak. Cuma sedikit pusing."

Yua menghela napasnya panjang. Ia baru ingat kalau adiknya itu tidak suka naik kereta. Entah mimpi apa, Bunga ingin naik kereta hari ini padahal mereka bisa saja diantar sopir pribadi.

Tak berselang lama, Yua memarkirkan mobilnya setelah mereka tiba di bandara. Ketiganya langsung turun dan menemui ayah dan kedua anaknya yang sedang duduk di bangku antrian.

"Aunty!" pekik anak perempuan yang langsung berlari setelah melihat Bunga.

"Sayangnya Aunty," balas Bunga langsung menggendong ponakannya.

"Aunty Qila sakit? Kok mukanya pucet?" tanya Syasa. Dia biasa memanggil Bunga dengan panggilan Qila, Syaqila.

Bunga menggeleng cepat dan tersenyum, agar ponakannya itu tidak khawatir. "Aunty nggak apa-apa kok."

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang