19| Sebuah Ketakutan

550 56 3
                                    

"Tuhan tahu kamu bisa melewati semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan tahu kamu bisa melewati semuanya. Buktinya, dia mengirimkan kamu untuk membenahinya hidupku yang berantakan ini."

-Addar Zayn Quthni-

***

🐳


Perjalanan mereka menghabiskan waktu sekitar dua jam sepuluh menit. Belum lagi harus melewati beberapa rintangan kecil yang menghadang perjalanan keduanya. Seperti membantu seseorang yang mobilnya mogok di tengah jalan, kemacetan lalu lintas, dan berbagai hal lainnya menjadi penghambat mereka sampai Bandung tepat waktu.

"Akhirnya kalian sampai juga," ujar Yua yang sudah menunggu mereka di depan gerbang.

Bunga yang turun lebih dulu segera menghampiri kakaknya yang mungkin sudah berada di sana sejak tadi. Dengan menenteng tas di tangan kirinya, Bunga mengambil tangan Yua dan menciumnya.

"Assalamu'alaikum, Kak. Maaf ya, baru nyampe. Soalnya tadi ada kendala sedikit."

Yua mengangguk memaklumi. "Wa'alaikumussalam. Iya gapapa, Dek. Syukurlah kalian selamat sampai tujuan."

"Assalamu'alaikum, Mbak," sapa Zay yang baru datang.

Yua membalas sapaan adik iparnya dengan senyuman. "Wa'alaikumussalam. Masuk, yuk! Mama udah nunggu kalian dari tadi."

Zay dan Bunga mengangguk bersamaan, kemudian berjalan bersama mengikuti Yua dari belakang. Sesampainya di dalam rumah, keduanya disambut bak seorang pangeran dan putri. Terlebih Bunga yang langsung mendapat banyak pelukan dari ponakan, Mama, dan keluarga yang lain.

Nggak di panti, nggak di kampus, kalau ada dia pasti orang lain bahagia. Seistimewa itu istri gue. Yang kangen aja banyak, apalagi yang suka ya? Zay tersenyum mengamati pemandangan di depannya. Hingga tangan seseorang menepuk pundaknya.

"Eh, Mas Rizky. Assalamu'alaikum, Mas," sapa laki-laki itu.

Rizky yang tengah menggendong Atma membalas senyum. "Wa'alaikumussalam. Baru datang?"

"Iya, Bang. Tadi ada kendala di jalan," jawab Zay. Matanya menatap bayi yang ada di gendongan Rizky.

"Zay, Abang titip Atma dulu boleh? Mas mau ke toilet sebentar." Rizky langsung memindahkan batita itu kepada Zay. Setelah itu dia langsung pergi.

"Atma sama Om Zay dulu, ya. Papanya mau ke kamar kecil," gumam Zay menatap gemas wajah Atma yang tersenyum manis kepadanya.

Menjadi anak semata wayang membuat Zay merindukan sosok adik. Sejak kecil, dia ingin sekali mempunyai adik laki-laki. Supaya ada teman main, katanya.

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang