22| Pesan dari Hariz

489 52 2
                                    

"Ketika raga ingin menyerah untuk memori yang telah lalu, tiba-tiba saja, puing-puing itu kembali hadir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika raga ingin menyerah untuk memori yang telah lalu, tiba-tiba saja, puing-puing itu kembali hadir. Menggoreskan keyakinan yang sempat ditekadkan. Serta merubahnya menjadi sebuah keraguan yang berujung kesedihan."

-Addar Zayn Quthni-

...

🐳

"Baiklah, kuliah hari ini kita akhiri dulu, ya. Untuk tugasnya, silahkan konfirmasi ke Zay. Nanti dia yang akan menyerahkannya kepada saya." Pria berkacamata minus itu menatap semua mahasiswa di depannya dengan wajah tenang, tapi terlihat tegas.

"Baik, Pak," jawab semuanya.

Pria berwibawa tadi kemudian tersenyum dan merapikan laptop dan beberapa bukunya "Selamat siang dan sampai jumpa Minggu depan," pamitnya keluar meninggalkan kelas.

Zay memijit pelipisnya pelan. Setelah ini dia akan sangat sibuk mengurus beberapa tugas yang diberikan, bahkan diamanahkan untuk meng-handle mata kuliah pak Wiratama dan beberapa mata kuliah lainnya. Kepercayaan dosen pada dirinya sangat besar. Maka tak jarang setiap ada pembagian tugas kuliah, dialah yang dipilih menjadi penanggung jawabnya. Belum lagi masalah jabatan dalam organisasi, membuat kepalanya terasa sedikit pening.

Berhubung mata kuliah terakhir hari itu sudah selesai, Zay mulai mengemasi buku-bukunya. Setelah itu ia langsung memasukkannya ke dalam tas hitam yang selalu dia kenakan. Lirikan matanya beralih ke arloji. Sepuluh menit lagi Bunga akan pulang. Sebelum beranjak dari tempat duduknya, Zay merogoh ponsel dan menekan sebuah nomor.

Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.

Untuk beberapa saat, hanya jawaban dari operator yang Zay terima.

"Ni orang kemana sih?" kesalnya.

Tak kunjung mendapat respon dari Bunga, Zay langsung  mengirim pesan agar wanita itu menunggunya di depan gerbang. Hari ini dia akan sedikit terlambat menjemput Bunga karena harus bertemu dengan Rion sebentar.

Zay memasukkan kembali benda gepeng itu ke dalam saku celananya. Langkahnya sedikit dipercepat agar bisa menjemput Bunga tepat waktu. Namun, ketika beberapa meter dari ruang kelas, suara seseorang memanggilnya. Zay langsung menoleh, kedua alisnya bertaut begitu melihat seseorang tengah berjalan ke arahnya.

"Lo?"

"Assalamu'alaikum, Zay," sapa Hariz yang baru saja tiba.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa lo panggil gue?" tanya Zay dengan ekspresi kurang suka.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

"Gue nggak ada waktu," tolaknya cepat. Zay sangat malas meladeni laki-laki seperti Hariz. Apalagi setelah dia tahu kalau Hariz sering mendekati Bunga.

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang