11| Keputusan Terbaik

763 78 8
                                    

"Menjalin ikatan ini butuh perjuangan,buah lukisan yang tidak akan menjadi indah jika hanya membuat sketsa saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menjalin ikatan ini butuh perjuangan,buah lukisan yang tidak akan menjadi indah jika hanya membuat sketsa saja. Akan tetapi, perlu dibubuhi beberapa warna agar terkesan sempurna."

...

"Sumpah. Ni jalan bener-bener nguji banget. Masya Allah...," gerutunya melihat ke luar, mencari celah agar terbebas dari jalan macet di depannya. Pemandangan itu membuat moodnya semakin berantakan.

Zay melirik jam di tangan, sudah pukul enam sore dan jalanan masih padat. Dia merutuki dirinya yang tidak pergi selepas Ashar. Setelah menyelesaikan tugas kuliahnya di rumah, laki-laki itu berinisiatif untuk pergi menjemput Bunga.

Awalnya, Zay ingin membiarkan perempuan itu tenang tanpa harus bertemu dengannya. Namun, setelah dipikir kembali, kondisi rumah tangganya tidak akan membaik bila hanya saling diam. Semuanya perlu dibicarakan dan diselesaikan. Dan disinilah Zay sekarang, terjebak dalam kemacetan panjang yang tak tahu kapan usainya.

Perlahan tapi pasti, mobilnya bisa berjalan walaupun hanya beberapa meter karena antrian di depan masih sangat panjang. Dengan masih sabar, akhirnya Zay bisa keluar dari kemacetan lalu lintas yang sudah menjadi pemandangan biasa di kota-kota besar seperti itu.

Zay bernafas lega ketika mobilnya berhasil sampai di halaman rumah yang pertama kali membuatnya tak karuan dengan penghuninya. Setelah turun, Zay mempercepat langkahnya masuk, kemudian mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam." Zay mendengar jawaban seseorang hendak membuka pintu.

"Nak Zay?" tanya Ara tersenyum melihat laki-laki yang baru saja datang.

"Selamat sore, Ma," sapa Zay mencium punggung tangan wanita di depannya. "Mama apa kabar?"

"Alhamdulillah, Mama baik, Nak. Baru selesai kuliah, ya?" tanya Ara.

Zay mengangguk pelan. "Sebenarnya kuliah udah selesai Ashar tadi Ma, tapi karena macet, makanya baru nyampe sekarang."

"Ya sudah, masuk dulu yuk," kata Ara mempersilahkan. "Kamu ke sini mau jemput Bunga, kan?"

Zay hanya menjawab dengan senyuman. Kok mama bisa tau? Apa Bunga udah cerita ke Mama?

"Bunga ada di kamarnya, Nak. Tadi dia cuma bilang ke Mama. Katanya kangen, makanya dia ke sini," jelas Ara menunjuk ke atas. "Kamu sholat dulu gih. Setelah itu kita makan, ya. Kalian pasti belum makan."

Zay spontan mengangguk dan pamit untuk ke atas, tepatnya ke kamar Bunga. Dengan langkah cepat, ia sudah sampai depan pintu. Zay terdiam sebentar saat membaca sebuah tulisan kecil dari kertas origami warna pink yang ditempel di depan pintu.

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang