14| Suara Air Mata

697 65 7
                                    

"Duka dan nestapa itu tidak mesti dipendam terlalu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duka dan nestapa itu tidak mesti dipendam terlalu lama. Harus ada waktu untuk mengeluarkannya. Jika dibiarkan berlarut begitu saja, akan menjadi bayangan gelap yang selalu mengikuti dan kembali menyakiti. Jika kamu butuh telinga, maka aku akan selalu ada di sini, Zawjaty."

-Addar Zayn Quthni-

...
🐳

"Gimana keadaan kamu?" tanya Bunga membuat Zay yang sejak tadi fokus ke laptop langsung menoleh ke arahnya.

"Udah baikan kok," jawab laki-laki itu menampilkan senyum.

"Syukurlah."

Usai mendengar itu, Bunga menarik kakinya ke arah tempat tidur. Sudah pukul sepuluh malam saat Bunga kembali ke kamar. Beberapa menit yang lalu, dirinya berkutat di dapur untuk membantu Melin menyiapkan makan malam.

Setelah semuanya selesai, Bunga ikut serta membantu bi Rus membereskan meja makan. Itu pun Bunga lakukan setelah mertuanya ke kamar. Karena Melin tidak akan membiarkannya melakukan hal itu.

"Oh ya, Zay. Ada yang mau aku omongin sama kamu," ucap Bunga setelah duduk di sisi ranjang samping Zay.

"Apa?" balas Zay sudah siap dengan posisi duduknya menghadap Bunga.

Perempuan itu terlihat berpikir sebentar. "Aku ... mau minta maaf."

"Buat?"

"Ya, gara-gara aku, kamu jadi sakit perut. Kalau saja waktu aku nggak ngajakin kamu makan rujak, semuanya pasti nggak akan terjadi," sesal Bunga dengan wajah menunduk.

Melihat hal itu, Zay tersenyum. Sebelum membalas ucapan istrinya, ia sengaja mendekatkan wajahnya ke arah Bunga. Hal itu membuat perempuan-perempuannya sedikit terkejut.

"Z-zay?"

"Bunga, lo nggak perlu minta maaf. Ini bukan salah lo." Zay tersenyum dan kembali pada posisi sebelumnya.

"Memang udah takdir gue buat sakit. Allah ingin negur gue, supaya gue nggak ceroboh dan asal makan. Mungkin pas makan itu, gue nggak baca bismillah kan. Jadi, setan-setannya itu bawa penyakit dan masuk ke mulut gue," canda Zay.

"Tapi tetep aja, itu kan karena aku-"

Kalimat Bunga terpotong saat tangan Zay tiba-tiba mendarat di atas kepalanya. "Udah, ya. Jangan salahin diri sendiri. Gue ga papa kok. Lagian kan, itu maunya gue juga. Sekarang lo tidur. Besok kuliah."

Bunga mengangguk pelan tanpa berkata apapun. Setiap kali Zay menyentuhnya, Bunga selalu merasakan sesuatu yang aneh, dan ia tidak tau apa itu. Setelah memastikan dirinya sadar kembali, Bunga segera menjatuhkan kepalanya di atas bantal dan bersiap untuk terlelap.

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang