36| Tidak Ingin Diganggu

353 23 0
                                    

"Aku selalu meyakini bahwa apa yang terjadi dalam hidup adalah takdir dari-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku selalu meyakini bahwa apa yang terjadi dalam hidup adalah takdir dari-Nya. Karena itu, aku berusaha keras untuk mencintai takdir itu. Termasuk kamu, Syaqila Bunga Amara."

-Addar Zayn Quthni-

***

🐳

"Maaf, Bunga. Aku boleh minta tolong?"

Pemilik nomor yang kini tengah diam itu segera menyahut. "Mau minta tolong apa, Aliya?"

"Boleh minta nomornya Rion?"

Perempuan cantik itu tidak segera menjawab. Ia malah melirik laki-laki yang ternyata sudah memperhatikannya sejak tadi. Benar, telinga Zay sangat peka ketika mendengar nama yang disebut istrinya. Lantas, ia pun berdiri dan berjalan ke arah Bunga.

"Siapa?" tanya Zay memastikan.

Sebelum memberikan jawaban, Bunga menjauhkan ponselnya lebih dulu. "Aliya, Zay. Dia mau minta nomornya Rion. Menurut kamu, aku kasih nggak, ya?"

"Kasih aja. Ntar gue yang ngomong sama Rion." Zay memberikan saran. Bukan tanpa sebab, ia hanya tidak mau perempuan dari masa lalunya itu mengganggu waktunya dengan sang istri hari ini.

"Tapi, Zay-"

"Kasih aja, Bunga. Rion nggak akan marah," balas Zay lagi.

Akhirnya, Bunga mengangguk. "Nanti aku kirim ya, Liya."

"Oke. Thanks, Bunga."

"Sam-"

Tut Tut Tut

Panggilan itu terputus begitu saja ketika tangan Zay tiba-tiba mengambil ponsel istrinya. Sikapnya itu berhasil membuat Bunga mendengus sebal.

"Kenapa diambil, Zay? Aku belum selesai ngomong sama Aliya," omel Bunga berusaha meraih kembali miliknya.

"Hape lo gue sita. Pokoknya, hari ini enggak ada yang boleh ganggu waktu kita," putus Zay memasukkan ponsel Bunga dalam saku celananya.

"Zay. Balikin hapenya!" pinta Bunga. "Aku belum kirimin Liya nomornya Rion."

"Nanti, kan, bisa. Udah, ah. Lanjut main." Zay sepertinya memang tidak ingin istrinya itu berhubungan terlalu sering dengan Dahlia.

"Zay ..."

"Lanjut main atau gue cium!"

Bunga seketika mematung setelah Zay memberikan ancaman seperti itu. Dengan kekesalan yang masih menghinggap di dada, ditambah dengan wajah tertekuknya, Bunga membalikkan badan dan memilih untuk menurut saja.

Zay yang menyadari raut wajah Bunga berubah lantas tersenyum. Ia menarik kakinya menyusul Bunga. "Lo marah, Bun?" tanyanya merendahkan kepala agar bisa melihat wajah Bunga.

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang