01. Ravindra

394K 15.2K 401
                                    

[Follow sebelum membaca dan jangan lupa kasih vote dan komen di setiap chapter:)]

Happy reading!

Seorang anak kecil menutup telinga dan menutup matanya sambil bersembunyi dibalik pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang anak kecil menutup telinga dan menutup matanya sambil bersembunyi dibalik pintu kamarnya. Ia ketakutan mendengar teriakan-teriakan dan suara barang berjatuhan dari luar kamarnya. Sebenarnya hal ini sudah biasa terjadi, hampir setiap hari. Namun, anak kecil itu selalu ketakutan setiap kali mendengar keributan yang dihasilkan oleh orang tuanya.

"MAS AKU MINTA TOLONG BERHENTI. KAMU GAK PIKIRIN AKU DAN RAVI?" teriak sang ibu dengan suara yang bergetar.

"DIAM KAMU! KENAPA JADI SOK PEDULI GITU?"

Suara bantingan barang kembali terdengar. Badan anak kecil berusia 10 tahun itu mulai bergetar. Namun perlahan suara teriakan-teriakan tadi menghilang. Walaupun masih ketakutan, namun dia perlahan membuka pintu kamarnya. Dia berjalan mendekat ke arah ibunya yang terduduk di lantai sambil menangis. Di sekitarnya banyak pecahan keramik yang berserakan. Tidak peduli dengan hal itu, anak kecil itu langsung berlari ke arah sang ibu.

"MAMA!" panggilnya.

"Ravindra? Astaga, jangan kesini!" pekik ibunya khawatir sang anak terkena pecahan beling.

Ravindra berhenti mendekat ke sang ibu. Ia melihat ibunya bersusah payah berdiri lalu berjalan hati-hati ke arahnya.

"Maafin mama ya sayang, maaf...maaf," suara ibunya bergetar menahan tangis.

Ravindra merasakan kehangatan begitu sang ibu memeluknya. Namun mendengar ibunya menangis di pundaknya malah membuat hatinya sakit.

"Mama jangan nangis lagi. Ayo, Ravi bantu obatin biru-biru di tangan mama,"

Tangisan ibunya mereda, "Iya, mama udah gak nangis kok," ucapnya sambil menghapus jejak air mata di wajahnya.

"Mama ke kamar Ravi ya. Ravi ambil obatnya dulu." ujar Ravindra sebelum melesat untuk mencari obat yang biasa ia bantu pakaikan kepada ibunya.

Refa, ibu Ravindra menutup mulutnya menahan tangis yang akan pecah lagi. Bagaimana dia bisa mempunyai anak sebaik Ravindra?

"Maafin mama, Ravindra. Ini semua salah mama..." lirih Refa.

****

Di usia Ravindra yang menginjak 12 tahun, dia menemukan ibunya bunuh diri. Saat itu, Ravindra baru saja pulang dari sekolah. Tubuhnya hanya bisa mematung melihat ibunya terbujur kaku di lantai. Detik itu juga, ia benar-benar merasakan dunianya hancur seketika. Satu-satunya orang yang menyayanginya dengan tulus telah meninggalkannya. Setelah diperiksa, ternyata sang ibu overdosis obat-obatan antidepresan

Ayahnya tidak peduli dengan kematian ibunya. Ravindra bahkan sampai mogok sekolah hingga beberapa minggu. Sampai akhirnya dia dikeluarkan dari sekolahnya. Ayahnya marah besar, merasa dirinya direpotkan oleh Ravindra. Ravindra dipukul, dibentak, intinya Ravindra benar-benar tidak diberi ampun.

Ravindra hanya pasrah dirinya dibuat babak belur oleh ayahnya. Pikirannya terus-terusan tertuju kepada ibunya. Cukup lama hingga akhirnya Ravindra melepaskan kepergian sang ibu. Usianya waktu itu 15 tahun.

Ravindra saat itu merupakan murid baru di SMA Taruna. Dia pernah tidak sengaja membuat salah satu seniornya marah. Dia dihantam dengan pukulan bertubi-tubi. Hal itu sangat mengingatkannya pada sang ayah, Ravindra marah besar dan balik menghajar kakak kelasnya seperti orang kesetanan. Hingga dia di skor selama beberapa minggu karena membuat lawannya masuk rumah sakit.

Sejak saat itu banyak orang takut dengan Ravindra. Laki-laki itu mulai menjadi murid yang suka memberontak, bahkan dia sampai ikut tawuran antar sekolah. Ravindra sudah tidak peduli dia terkena bentakan dan pukulan dari ayahnya setiap hari. Dia sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut.

****

Present

"Anjing! Telat!" umpat Ravindra begitu dia melihat gerbang sekolahnya sudah tertutup rapat. Padahal sudah biasa telat, tapi Ravindra masih suka marah-marah sendiri kalau dia terlambat.

Kebetulan hari ini upacara. Mungkin para guru tidak akan menyadari kalau Ravindra telat masuk. Sebelum menyusup masuk, dia memeriksa dulu satpam sekolahnya sedang berjaga atau tidak. Ternyata dugaannya benar, ada satpam yang berjaga. Dia berdecak kesal.

Masa bodo dengan satpam. Dia melempar tasnya masuk lalu langsung memanjat gerbang.

"Heh, kamu telat lagi!" ujar satpam yang melihat Ravindra. Satpam tersebut mencoba untuk mengejar Ravindra.

Tapi Ravindra segera mengambil tasnya dan langsung kabur dari satpam yang mengejarnya. Untung saja lapangan tempat upacara dilaksanakan, berada di sisi yang berbeda dengan posisi Ravindra saat ini. Dia langsung melesat ke kelasnya dengan santai. Sejujurnya Ravindra tidak peduli kalau dirinya telat. Namun terakhir kali dia ketahuan telat, salah satu gurunya mengancam untuk memanggil ayahnya ke sekolah. Karena Ravindra malas berurusan dengan ayahnya. Jadi dia tidak ingin ketahuan telat untuk hari ini. Catat ya. Tidak mau ketahuan telat, bukan tidak akan telat lagi.

Saat berjalan di koridor tiba-tiba ada seorang gadis yang menabrak pundak Ravindra.

"Maaf kak...," ujar gadis yang kelihatan buru-buru tersebut.

"Jalan pake mata, kek," ucap Ravindra jengkel.

"I-iya, maaf, kak. Gue buru-buru, nih. Duluan, ya!" ujar gadis itu sebelum melesat dari hadapan Ravindra.

Ravindra berdecak untuk kesekian kalinya, sebelum dirinya membalikkan badan untuk menuju ke kelas.

Ravindra berdecak untuk kesekian kalinya, sebelum dirinya membalikkan badan untuk menuju ke kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa untuk voment dan masukin cerita ini ke library kalian ya!

RAVINDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang