Happy Reading:(
Tak terasa, waktu cepat sekali bergilir. Tinggal hitungan hari, hingga hari dimana Naresha akan melahirkan. Ternyata 9 bulan berlalu begitu cepat. Naresha yang tadinya sangat menolak kehadiran anaknya dan Ravindra, malah jadi mensyukuri kehadiran keduanya dalam hidupnya.
Sama halnya dengan Ravindra. Dia sudah mulai kuliah di salah satu universitas ternama. Mungkin kalian tidak akan percaya, tapi Ravindra mendapatkan hasil yang cukup memuaskan di ujian kelulusan. Naresha sendiri sampai menuduh kalau Ravindra menyontek. Tentu saja, Ravindra langsung membela dirinya yang 100% jujur saat mengerjakan. Pada akhirnya, Naresha percaya juga.
Apalagi saat kelulusan, Ravindra dibuat kaget dengan kehadiran Handra. Tapi pria itu masih bersikap dingin, sama halnya dengan Ravindra yang menjadi pendiam. Mereka jarang berinteraksi selama acara kelulusan Ravindra, dan hanya foto satu kali. Hasil fotonya pun, menunjukan raut keduanya yang sama-sama datar, tidak ada kebahagiaan yang terpancar sama-sekali.
Mungkin Handra memang mempunyai alasan tersembunyi, dibalik dirinya yang sangat kasar dengan anaknya. Entah apa itu. Tapi intinya, pria itu masih memiliki jiwa seorang ayah dalam dirinya, dia hadir di kelulusan anaknya karena hal tersebut.
Naresha senang mendengar Ravindra yang menceritakan kejadian-kejadian saat acara kelulusan. Naresha memang tidak ikut, karena memang perempuan itu tidak mau. Tapi hal itu, bukan berarti Naresha tidak peduli. Naresha hanya tidak ingin dicibir di sekolah nanti, soalnya kan dia lagi berbadan dua.
Saat ini, kedua manusia tersebut berada di kamar. Naresha sibuk dengan hpnya sedangkan Ravindra sibuk dengan urusan kuliahnya.
"Kak, kamu mau kasih nama anak kita siapa?" tanya Naresha tiba-tiba.
Ravindra yang sibuk menulis sesuatu langsung menoleh. "Gak tau, serah lo,"
Naresha berdecak. "Apa, ya? Kalau cowok Nalendra aja kali, ya? Terus kalau cewek, umm...Raisha?"
"Lo gabungin nama kita?"
Naresha tertawa garing. "Iya, hehe..."
Ravindra ikutan terkekeh. "Boleh-boleh,"
Tiba-tiba dering ponsel Ravindra berbunyi, menandakan seseorang meneleponnya. Sayangnya, Ravindra yang berada di meja belajar sangat malas untuk mengambil ponselnya. Kebetulan, ponsel Ravindra diletakkan di nakas sebelah kasur, hal itu membuat Naresha langsung mengambilnya dan mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo,"
"...."
"Iya, ada apa, pak?"
"...."
"H-hah?"
Ravindra memberhentikan kegiatannya begitu mendengar suara Naresha yang terdengar sedikit bergetar. Cowok itu menoleh ke istrinya yang wajahnya kelihatan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA [END]
Teen FictionKeputusan Ravindra untuk melupakan masalahnya di club malam itu, benar-benar sebuah kesalahan besar. **** Ibunya bunuh diri dan ayahnya suka melakukan kekerasan, membuat Ravindra tumbuh menjadi remaja yang tak terkendalikan. Tapi dunianya seakan ju...