Ini babnya aku revisi berulang kali sampe pusing pala berbi. Jadi tolong jgn jadi siders, ya.°(ಗдಗ。)°.
Btw, target aku kali ini 160 vote sm 60 komen. Tapi, kalau gak bisa sampai segitu yaudah gpp. Mengsedih akutu liat perbanding viewers sama vote/komen setiap kali up bab baru 😔
Banyakin komen ya, ges. Soalnya bacain komen tuh bikin ada mood buat up gituu
Happy Reading!
Pemakaman Handra dilaksanakan hari ini. Sudah banyak kerabat yang datang untuk berbela sungkawa. Beberapa teman Ravindra juga datang. Sayangnya, satu-satunya anak tunggal Handra tidak hadir.
Ya, Ravindra tidak bisa dihubungi hari ini. Sudah tiga hari lebih sejak kepergian Handra. Naresha beberapa kali menelepon Ravindra untuk menanyakan kabar cowok itu, sayangnya Ravindra hanya menjawabnya singkat dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Pemuda itu menghilang bak ditelan bumi.
Naresha jadi sering menangis juga. Padahal kandungannya sudah sangat besar seperti akan meletus, tapi Ravindra dengan seenaknya pergi meninggalkan dirinya sendiri. Naresha bisa mengerti, kalau Ravindra sedang dilanda rasa kehilangan yang sangat mendalam. Tapi, tidak menampakan diri hingga pemakaman Handra dilaksanakan itu sedikit keterlaluan.
"Mah, kenapa Kak Ravindra gak datang, ya?" tanya Naresha sedih.
Lira tersenyum tipis. "Sabar, kak. Mungkin dia gak kuat kalau harus hadir hari ini,"
"Papa akan kasih dia pelajaran kalau seandainya dia tiba-tiba muncul," tegas Tejo.
"Gak gitu lah, mas..." balas Lira mencoba untuk menenangkan suaminya.
Naresha mengambil tissue dan membuang ingusnya yang sudah meler.
Peti jenazah Handra, sudah dikuburkan dan semua kerabat telah mendoakan almarhum agar tenang disana. Naresha mengelus perutnya beberapa kali, sang anak seakan tahu kalau dirinya tidak akan bisa berjumpa dengan kakek dari pihak ayahnya. Hal tersebut, membuat Naresha benar-benar sedih.
****
Di sisi lain, Ravindra bertindak bodoh lagi. Dia malah pergi ke club untuk meluapkan rasa sakit di hatinya. Tempat terkutuk itu, lagi-lagi menjadi tempat dimana Ravindra akan menghabiskan waktunya agar bisa melupakan masalahnya.
"Long time no see, bos!" sapa Anton sang bartender.
Ravindra tidak menjawab sapaan Anton. Dia langsung duduk di kursi yang ada di hadapan meja bar.
"Pesen satu, kayak dulu." ujar Ravindra.
Ravindra tidak pernah menginjakkan kakinya ke club lagi, setelah dirinya menikah. Dia pernah berjanji pada dirinya sendiri, agar tidak mabuk-mabukan lagi. Tapi, sayangnya hari ini Ravindra malah ke kembali ke club.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA [END]
Teen FictionKeputusan Ravindra untuk melupakan masalahnya di club malam itu, benar-benar sebuah kesalahan besar. **** Ibunya bunuh diri dan ayahnya suka melakukan kekerasan, membuat Ravindra tumbuh menjadi remaja yang tak terkendalikan. Tapi dunianya seakan ju...